Love And Pain, Me And Her - Bab 18 Pengunjung Yang Tidak Terduga

Setelah pulang kerja, sesuai janjiku dengan bang Sutikno. Aku pergi ke stand semangkanya, semangkanya sudah terjual habis. Bang Sutikno dan istrinya sedang menungguku sehingga mereka tidak pulang rumah.

Kami bertiga berngobrol sebentar, kemudian bang Sutikno melihat istrinya dan berkata, "sayang, kamu saja yang bilang. Aku tidak pandai ngomong takut tidak bisa menjelaskan dengan tepat."

Aku memandang mereka dengan bingung, tidak tahu apa yang ingin mereka katakan kepadaku.

Istrinya melihatku dan berkata dengan tersenyum, " begini, Ugie. Aku dan bang Sutikno ingin menyewa ruko di sekitar sini dan membuka toko buah. Dengan cara yang kamu ajari ke kami. Mengolah semua buah-buahan dan menjualnya ke gedung kantor sekitar."

Aku berpikir sejenak, mengangguk dan berkata, " Ide ini cukup bagus, hanya perlu memperhatikan dua hal, yang lain masih ok. Pertama, harus memastikan kesegaran buah. Kedua yaitu penjualan. Akan lebih baik jika bisa mendapat pesanan dari gedung kantor. Namun, biaya penyewaan di sekitar sini sangat tinggi. sebenarnya ruko kecil sekitar dua tiga puluh meter persegi biaya penyewaan setahun juga harus sekitar ratusan juta. Apakah kalian telah menyediakan uang sebanyak gitu?"

Istrinya ketawa dan menjelaskan kepadaku, " Aku dan bang Sutikno sudah melihat beberapa ruko selama dua hari ini, biaya penyewaan memang tinggi. Namun, kita bisa berbagi kontrakan dengan orang lain. Kita tidak perlu ruangan yang besar, kurang lebih sepuluh meter persegi sudah cukup. Karena kita mengutamakan pengantaran barang."

Aku mengangguk. Gagasan istrinya memang benar, sebelum aku berkata, istrinya berkata, " Ugie, aku dan bang Sutikno memberitahumu tentang hal ini karena kami ingin kita bersama membuka toko buah ini. Meskipun kita kenal tidak lama, tetapi aku bisa merasakan bahwa kamu orangnya baik dan punya kemampuan sehingga..."

Aku tersenyum pahit, menggelengkan kepala dan menolak, " aku tidak mau berbohong, saat ini aku tidak bisa mengeluarkan se-sen pun."

Barusan siap aku bicara, istrinya menyela dan berkata, " Aku dan bang Sutikno yang akan mengeluarkan uang, kamu tidak perlu khawatir."

Aku memandang mereka dengan heran, mengapa mereka tiba-tiba bisa mengeluarkan uang sebanyak itu. Bang Sutikno tersenyum dan menjelaskan, " Kakak iparmu menjual jam tangan itu."

Awalnya aku penasaran, mereka hanya pasangan suami istri yang miskin mengapa bisa mempunyai jam tangan yang berharga. Namun, itu adalah urusan pribadi mereka jadi aku tidak banyak bertanya.

Namun, aku menolak mereka dengan alasan bahwa aku sekarang bekerja di Nogo dan sangat sibuk sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk mengurus toko.

Mereka berdua merasa kesal, bang Sutikno memberitahuku kapan saja jika aku ingin menaruh saham dia akan menyetujuinya.

Sampai di rumah, aku tidak mempunyai nafsu makan. Jadi aku berbaring di sofa, minum teh, merokok dan tidak masak.

Pikiranku dipenuhi apa yang terjadi hari ini. Yang membuatku sakit hati adalah tampilan kesal Raisa. Setelah berpikir sejenak, aku akhirnya mengirim pesan kepadanya, " apakah kamu baik-baik saja?"

Beberapa saat kemudian, Raisa membalas, " Baik, terima kasih!"

Balasan Raisa sangat formal sehingga membuat hatiku merasa sedih. Mungkin dalam hatinya, Rehan adalah orang yang paling dia sayangi.

Aku terus merokok, sebentar kemudian. Sebuah pesan masuk dari Raisa.

"Ugie, bekerjalah dengan baik. Nogo adalah platform yang bagus. Terima kasih untuk hari ini. Namun, kita sebaiknya tidak perlu berhubungan lagi. Aku sekarang bersama Rehan, tidak perlu membalas pesanku. Dia tidak ingin melihat kita masih berhubungan."

Setiap kata dalam pesan tersebut seperti jarum menusuk di hatiku. Aku tiba-tiba menyadari bahwa aku sangat murah! Wanita yang sudah menganggapku sebagai orang asing, aku masih merindukannya.

Hari menjadi gelap. Aku juga tidak menyalakan lampu, hanya berbaring di sofa, terus merokok.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Aku tidak bergerak dan tidak tahu siapa yang mengetuk pintu. Namun, orang itu tampaknya sangat keras kepala, dia terus menerus mengetuk pintu.

Sungguh berisik dan membuatku emosi. Aku berjalan menuju pintu dan mendorong buka dengan kuat. Sebuah aroma wangi memasuki hidungku.

Aku tertegun. Dan melihat seorang wanita cantik berpakaian rok pendek berdiri di pintu. Itu adalah Isyana. Dia membawa dua kantong plastik.

Melihatku, dia mengerutkan kening dan bertanya kepadaku, " Gelap sekali, kenapa tidak menyalakan lampu?"

Setelah selesai bicara, dia tidak menungguku memberikan jalan. Dia langsung masuk dan menyalakan lampu.

Isyana meletakkan kantong plastik di atas meja dan aku baru tahu itu adalah makanan yang dibungkusnya.

"Apakah kamu mau menaiki awan di rumah? Sudah berapa batang rokok yang kamu habiskan?"

Kemudian, Isyana menutup mulutnya dan membuka semua jendela.

Aku tetap berdiri di pintu dan memandangnya dengan heran. Aku benar tidak mengerti mengapa dia masih datang kerumahku sedangkan hari sudah gitu malam.

Isyana melihat asap yang begitu tebal, dia berdiri di jendela menunjuk kotak makanan di atas meja dan berkata, "Mengapa terus berdiri? Cepat makan."

Aku melihatnya dengan heran, tidak mengetahui apa yang di maksudnya. Namun, aku tidak berpikir banyak karena sudah lapar. Duduk di sofa, sambil membuka kotak makanan sambil bertanya, " Presdir Mirani, mengapa kamu tahu aku masih belum makan?"

Isyana tersenyum, melihat jendela dan berkata, " Sekarang sudah pulang kerja, tidak perlu memanggilku Presdir Mirani. Panggil saja namaku. Mengapa aku tahu kamu belum makan jika aku memberitahumu bahwa aku hanya menebak. Apakah kamu percaya?"

Aku tidak punya mood untuk membedakan apa yang dia katakan benar atau tidak. Aku mulai makan. Namun, Isyana sekarang seperti berubah menjadi orang lain. Berbeda dengan Presiden cantik yang dingin. Dia pergi menuangkan air, meletakkan di atas meja dan berkata dengan lembut, " Makan dengan lambat, jangan terburu-buru."

Tersanjung, itulah yang aku rasakan pada saat ini.

" Kamu naik begitu saja, apakah tidak takut aku tidak ada di rumah?"

Isyana tersenyum, " Kamu harus percaya naluri perempuan. Aku tidak hanya merasakan bahwa kamu ada di rumah. Tetapi juga merasakan bahwa kamu belum makan. Lihat, naluriku semua benar, kan?"

Dengan mengatakan itu, dia menarik sebuah kursi dan duduk di depanku dan melihatku makan.

Meskipun wajahku tidak menunjukkan apa pun. Namun, hatiku penasaran. Aku tidak percaya dia hanya datang untuk membawakanku makanan selarut malam ini.

Setelah kenyang, aku meletakkan sumpit ke dalam kotak makanan, mengambil tisu, mengelap mulut dan bertanya kepada Isyana, "Presdir Mirani, sudah begitu malam. Ada apa?"

Setelah mengatakan itu, Isyana tersenyum. Dia mengambil sebatang rokok dengan elegan dan meletakkan di bibir merahnya.

Tidak menyangka, dia juga merokok.

Dia mengambil mancis dan menyalakan rokok, menghirup dengan kuat dan kemudian terbatuk.

Ternyata, dia tidak bisa merokok. Dia hanya berpura-pura.

Sebentar kemudian, dia berhenti merokok, mematikan asap dan bertanya kepadaku, "Ugie, apakah kamu mempercayai cinta?"

Aku tertegun. Dia membawakanku makanan selarut ini hanya untuk menanyakan apakah aku percaya cinta?

Aku memandangnya dan bertanya dengan muka tebal, " Presdir Mirani, jangan-jangan kamu jatuh cinta kepadaku?"

Isyana tertawa dan melihatku, " Aku sudah memberitahumu. Aku akan jatuh cinta dengan siapapun tetapi tidak akan jatuh cinta kepadamu. Sudahkah kamu merasa aman?"

Sedih, aku telah menanyakan pertanyaan yang menghina diriku sendiri.

"Beritahu aku tentang masa lalu kamu dan Raisa yang di KIMFAR."

Aku tersenyum pahit, melihat Isyana dan sengaja mengejeknya, " Isyana, bagaimanapun kamu seorang presiden. Kamu begitu penasaran dengan urusan pribadi karyawan, itu kayaknya tidak bagus."

Isyana tidak peduli, mengambil mancis, menunduk kepala dan menyalakannya. Namun, dia tidak tahu karena dia menunduk, saat ini dadanya kelihatan.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu