Love And Pain, Me And Her - Bab 567 Bertemu Robi

Ketika aku datang, aku berpikir bahwa ini akan merupakan negosiasi yang sangat sulit. Tanpa diduga, Djarum bisa membuat kemunduran sebesar itu. Hal ini membuatku merasa sangat bahagia. Dalam perjalanan pulang, aku awalnya berencana untuk menelepon Isyana, tetapi begitu aku melihat waktu, sekarang sudah sekitar jam satu subuh, saat ini Isyana sudah tidur, aku berpikir untuk menghubungi Isyana setelah aku tiba di Beijing besok.

Malam ini, aku hanya tidur selama dua jam. Sebelum jam lima subuh, supir datang menjemputku dan Papang, kami pergi ke bandara bersama. Pesawat kami berangkat jam 6 pagi dan pada saat ini Isyana masih belum bangun. Aku mengirimnya pesan dan memberitahunya bahwa aku akan menghubunginya lagi setelah aku tiba di Beijing. Dan tentu saja, setelah aku naik pesawat, Isyana masih belum membalasku, sepertinya dia masih sedang tidur.

Karena aku kurang tidur semalam, begitu aku naik pesawat, aku mengambil selimut dan ketiduran. Meskipun berada di ketinggian 10.000 meter, tetapi aku tetap bermimpi. Dalam mimpi tersebut, Isyana mengenakan gaun pengantin, Djarum memegang tangan Isyana dan menyerahkan Isyana ke tanganku. Saat aku hendak menggandeng tangan Isyana, tiba-tiba pengantin pria berganti, orang tersebut bukan aku, ternyata adalah Sutan.

Aku terkejut dan terbangun dari mimpi. Ketika memikirkan mimpi tadi, aku tertawa, mimpi ini benar-benar berantakan.

Awalnya, cabang kami di Beijing akan mengatur mobil untuk menjemput kami, tetapi Viali memberitahuku bahwa dia akan mengatur seseorang untuk menjemput kami, sehingga tidak memerlukan cabang perusahaan untuk menjemput kami lagi.

Setelah turun dari pesawat, aku dan Papang, serta dua asisten kami, baru saja meninggalkan gerbang penjemputan. Tiba-tiba pandanganku menjadi gelap dan sepasang tangan besar menutupi mataku dengan erat, perasaan akrab muncul di dalam hatiku, aku sambil marah sambil meraih tangan orang tersebut "Robi, dasar bocah kecil, cepat lepaskan tanganmu."

Kemudian aku mendengar suara tawa. Begitu tangan di depanku menghilang, aku melihat Robi berdiri di belakangku dengan senyum nakal. Aku sudah lama tidak bertemu dengan Robi dan aku sedikit terkejut ketika melihat perubahan Robi. Sebelumnya dia sangat membenci mengenakan pakaian formal, tetapi sekarang dia mengenakan setelan jas dan sepatu kulit, rambutnya dipangkas rapi dan dia terlihat seperti elit bisnis.

Begitu melihat Robi, aku segera melangkah maju dan memukul lengannya dengan tinjuku. Sebelum aku berbicara, aku mendengar suara seorang wanita berkata "Tuan Papang, Tuan Ugie, halo, aku datang untuk menjemput kalian."

Begitu aku menoleh, aku melihat Lulu berdiri di samping, dia sedang menatap kami sambil tersenyum. Ketika melihat Lulu, aku merasa sangat bahagia, gadis kecil yang lugu dan imut sebelumnya, jika mengenakan rok profesional, terlihat seperti wanita profesional.

Ketika melihat Robi dan Lulu, aku merasa sangat bahagia. Tetapi aku tidak terburu-buru untuk mengobrol dengan mereka, aku memperkenalkan Papang kepada Robi terlebih dahulu, mereka berdua bersalaman dan kami pergi ke tempat parkir bersama.

Dalam perjalanan, aku bertanya kepada Robi "Robi, apakah kamu sudah bekerja?"

Aku sebelumnya juga pernah mengobrol dengan Robi di WeChat. Namun, bocah ini terus berkata bahwa dia merupakan pemuda yang menganggur, tetapi melihat penampilannya hari ini, sepertinya dia bukan sedang pengangguran. Benar saja, Robi tersenyum dan berkata dengan malu-malu "Jangan menyebutkannya lagi, pada awalnya aku menjadi tuan muda di rumah selama beberapa bulan dan menjalani kehidupan yang bebas, orang tuaku sih tidak mengatakan apa-apa, aku bisa kembali, mereka sudah sangat puas. Tetapi kakakku tidak setuju, dia menarikku ke perusahaannya dan membiarkanku menjadi asisten khususnya, sekarang aku benar-benar kehilangan kebebasan dan sepenuhnya menjadi bawahannya. "

Aku tertawa, meskipun Robi berkata seperti itu, tetapi aku bisa merasakan bahwa perubahannya sangat besar. Setidaknya untuk saat ini, dia lebih terlihat seperti profesional dan bukan tuan muda yang menganggur sebelumnya.

Untuk memudahkan aku megobrol dengan Robi, Papang memilih naik mobil Lulu, aku dan asisten masuk ke mobil Robi. Robi mengantar kami kembali ke hotel, dalam perjalanan, kami berdua mulai mengobrol tanpa henti.

"Ugie, bagaimana kabarmu dengan Isyana? Kapan kalian akan menikah?"

Begitu Robi selesai berbicara, aku langsung berkata “Untungnya kamu menyebutkan Isyana, kalau tidak aku sudah hampir lupa, aku masih belum menelepon Isyanaku setelah turun dari pesawat."

Sambil berkata, aku mengeluarkan ponsel dan bersiap-siap untuk menelepon Isyana. Robi yang duduk di samping berkata dengan nada menghina "Yooh, Isyanaku, manis banget panggilannya, aku merinding ketika mendengarnya."

Aku mengabaikan candaan Robi dan langsung menelepon Isyana. Telepon sudah terhubung, tetapi tidak tahu mengapa, Isyana tidak mengangkatnya. Aku meneleponnya dua kali berturut-turut, tetapi Isyana tidak menjawab telepon.

Aku melihat waktu, sekarang sudah jam sepuluh pagi. Hari ini adalah hari Senin, mungkin Isyana sedang mengadakan rapat rutin, diperkirakan setelah selesai rapat, dia akan meneleponku kembali.

Aku menutup telepon dan bertanya kepada Robi lagi "Robi, bagaimana kabarmu dan Lulu?"

Begitu menyebutkan Lulu, senyum pahit muncul di sudut mulut Robi, dia menggelengkan kepala dengan tidak berdaya, kemudian dia menghela nafas dan berkata "Apa yang bisa aku lakukan? Hubungan kami masih belum pasti, tetapi dia sudah mengaturku setiap hari, bahkan aku berbicara beberapa kata dengan gadis lain pun, dia bisa bertengkar denganku. Hais! Ugie, semua ini adalah kesalahanmu, sebelumnya aku hidup dengan sangat bebas, tetapi sekarang kehidupanku menjadi berantakan. Di tempat kerja, Viali mengaturku, dalam kehidupan sehari-hari, Lulu mengaturku. Coba kamu katakan, bagaimana aku menjalani kehidupan yang seperti ini? "

Setelah Robi selesai berbicara, dia menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya lagi. Tetapi ketika aku mendengarnya, hatiku terasa hangat. Selama bertahun-tahun, Robi selalu menjalani kehidupan yang mengembara. Sekarang, dia juga seharusnya kembali normal dan menjalani kehidupan biasa.

Saat mendekati hotel, Robi tiba-tiba menoleh dan menatapku, dia tadi masih sedang bercanda, tetapi sekarang dia tiba-tiba menjadi serius, dia bertanya dengan suara rendah "Ugie, apakah kamu masih berhubungan dengan Veni?"

Ketika mendengar Robi bertanya seperti ini, aku merasa terkejut, apakah Robi masih belum bisa melupakan Veni? Tetapi aku masih menggelengkan kepala dan berkata "Aku sudah lama tidak berhubungan dengannya, aku pernah meninggalkan pesan padanya di WeChat, tetapi dia tidak pernah membalas, aku juga tidak tahu bagaimana kondisinya sekarang."

Robin berkata "Oh". Aku meliriknya dan bertanya "Apakah kamu pernah menghubungi Veni?"

Robi perlahan mengangguk dan aku segera bertanya "Bagaimana kabarnya sekarang?"

Robi segera menjawab "Lumayan bagus, dia bekerja sebagai guru di SD setempat dan juga merupakan wali kelas, dia sepertinya sangat bahagia bersama anak-anak setiap hari."

Perkataan Robi memberiku sebuah gambaran, itu adalah Veni, yang dengan gembira bermain bersama sekelompok anak yang energik, meskipun gambaran tersebut sangat hangat, tetapi hati masih terasa sedikit pahit.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu