Love And Pain, Me And Her - Bab 465 Tiga Permasalahan

Aku melirik Veni yang cenderung pucat, lalu langsung berkata kepada Isyana “Isyana, kamu sama Veni mengobrol saja di ruang tamu. Aku yang masak.”

Isyana tersenyum dan mengangguk kepadaku. Setelah itu dia menggandeng Veni dan berjalan ke arah ruang tamu.

Sepertinya Veni memang sangat lemas, bahkan langkah berjalan saja juga cenderung lambat. Apabila tidak ada Isyana yang menggandeng dirinya, aku benar-benar khawatir kalau Veni akan terjatuh begitu saja. Kondisi kesehatan Veni memang sudah tidak baik, ditambah lagi beberapa kalinya operasi aborsi pada sebelumnya, sementara hubungan asmaranya juga mengalami tekanan, saat ini seluruh tubuhnya sudah sangat lemas dan pucat.

Aku mulai membereskan dapur, lalu mencuci sayur dan mulai masak.

Setelah kesibukan sejenak, pintu dapur tersebut. Aku menoleh untuk melihatnya, ternyata orang yang berkunjung adalah Robi. Aku benaran tidak menyadari sejak kapan Robi datang ke sini, tangannya masih menjinjing berbagai buah-buahan dan makanan. Setelah Robi berjalan masuk, aku langsung tersenyum dan berkata,” Masih tinggal dua lauk lagi, kamu yang masak saja.”

“Kamu yang buat saja ! Totalnya ada empat anggota, rumahnya sudah ada dua anggota yang makan, banyak yang makan harus banyak yang bergerak juga.”

Di dalam pandangan Robi, aku dan Isyana jelasnya sudah menjadi satu keluarga.

Robi sambil berkata sambil menyalakan sebatang rokok, saat ini dia sedang berdiri di sampingku dan mulai kesibukannya. Aku meletakkan sayur ke dalam kuali dan menyesuaikan api, sambil memasak sambil melirik Robi, lalu bertanya dengan nada rendah.

“Robi, kamu menghubungi rumah sakit untuk Veni, bagaimana kondisinya ?”

Robi terbengong sejenak, lalu menatapku dengan tatapan tidak mengerti, setelah itu lanjut berkata “Kenapa kamu bisa tahu ?”

Aku berlagak misterius dan menatapnya, lalu bercanda “Kejadian di atas langit aku mengetahui separuh saja, kejadian di bawah langit aku mengetahui semuanya. Kamu masih mau mengelabui aku ya ?”

Robi sama sekali tidak peduli dengan sindiranku, dia menoleh menatapku, lalu berkata “Aku sudah tahu, Viali yang kasih tahu kamu kan ?”

Kejadian ini memang Viali yang memberitahuku pada beberapa hari sebelumnya, namun aku tetap tidak menjawab Robi. Robi melihat diriku yang masih tidak berbicara, dia maju satu langkah dan menatapku, lalu berkata,

“Ugie, aneh juga ya. Kenapa kakak sepupuku yang hebat ini selalu mencarimu apabila ada masalah ? Mobilnya mogok mencari kamu, pulang mendadak ke Beijing juga hanya traktir kamu, bahkan tidak mengajakku yang sebagai adiknya. Terus ada lagi, kejadian yang aku kasih tahu dia, dia bahkan juga memberitahumu. Kelihatannya kalian berdua ada yang tidak beres ya.”

“Minggir !”

Aku sambil menuangkan sayur ke atas piring, sambil memaki Robi.

Robi tersenyum senang, dia menatapku dan berkata dengan tampang bercanda “Aku kasih tahu kamu ya, Ugie. Aku sangat mengerti dengan sikap kakak sepupuku. Dia orang gila, kalau dia benaran jatuh cinta padamu, kamu sama Isyana siap-siap saja menerima ulah dari dia.”

Aku menuangkan air ke dalam kuali dan sedang menyiapkan lauk terakhir. Pada saat yang sama juga bercanda dengan Robi “Minggir sejauh mungkin, kamu ingin menjadi adik iparku, aku belum tentu mau menjadi kakak iparmu.”

Robi membalas dengan gaya tidak acuh, setelah itu aku menambah lagi “Kalau aku memang melakukan hal seperti itu, apa bedanya aku dengan Sutan ?”

Robi langsung menggeleng kepala dan berkata “Tentu saja beda, Sutan sama sekali tidak menyukai Wulandari, dia hanya tertarik dengan latar belakang Wulandari saja. Dia termasuk menjual dirinya. Sedangkan kamu Ugie, aku masih percaya padamu, kamu masih memiliki batasan menjadi seorang manusia. Apabila kamu tidak pacaran bersama Isyana, kamu juga tidak akan mengkhianati dirimu sendiri.”

Aku balik melotot Robi, lalu berkata dengan gaya muak “Kamu sudah selesai belum, kata-katamu seolah-olah aku memang ada sesuatu dengan kakak sepupumu.”

Apabila berpikir dengan wajah Viali yang cenderung dingin dan tegas, aku tidak merasakan apapun lagi selain merasa seru. Oleh sebab itu, kata-kata Robi sama sekali tidak mungkin terjadi.

Namun Robi malahan tidak terima, saat ini dia menatapku dan berkata dengan nada rendah “Sekarang memang tidak ada sesuatu, tetapi kamu bisa menjamin ke depannya juga tidak bakal terjadi sesuatu ?”

Robi terus membahas topik ini, namun aku tidak ingin melayaninya, sehingga mencari topik pembahasan lain dan bertanya “Bahas yang penting dulu, kamu sudah menemukan rumah sakit untuk Veni ?”

Setelah membahas topik ini, wajah Robi menjadi cemberut dalam seketika. Dia manatapku dan mengeluh nafas, setelah itu berkata dengan perlahan-lahan “Aku barusan menghubungi sebuah rumah sakit yang berada di Amerika. Namun kejadian ini ada tiga permasalahan yang tidak mudah diselesaikan. Pertama, rumah sakit ini terlalu mahal, aku melihat beberapa komentar dari pasien dalam negeri, katanya dari pemeriksaan hingga perawatan, lebih kurang membutuhkan biaya tiga miliar. Kedua, rumah sakit mereka juga tidak menjamin dapat menyembuhkan semua penyakit. Berdasarkan hasil penyelidikanku, kondisi Veni belum tentu dapat disembuhkan. Ketiga, yaitu hal yang paling penting juga, aku sekarang sangat khawatir, karena Veni belum tentu mau pergi bersamaku.”

Aku sambil masak sambil mendengar kata-kata Robi. Robi telah menyimpulkannya dengan tepat. Setelah berpikir sejenak, aku mengeluh nafas dan berkata “Bisa menyembuhkan atau tidak, tetap saja harus mencoba dulu. Hasil yang paling buruk paling juga persis seperti sekarang, juga tidak bisa lebih parah lagi. Terus mengenai masalah uang, aku yang mencari solusi, aku sepertinya masih ada dana satu setengah miliar yang dapat digunakan. Uang ini seharusnya sudah cukup, tetapi kalau memang tidak cukup lagi, aku baru mencari solusi lain.”

Setelah selesai bicara, Robi langsung memeluk leherku dan berkata dengan penuh terima kasih “Ugie, kamu benar-benar sahabatku ! Awalnya aku masih bermaksud untuk menipu uang dari Viali, tetapi sekarang sudah tidak perlu lagi, kamu tenang saja, aku pasti akan membayar uangmu ini.”

Aku memiringkan kepala sambil melototnya, lalu mendorong tangannya ke samping dan berkata dengan gaya tidak acuh “Aku sedang membantu Veni, apa hubungannya denganmu, kenapa pula kamu yang bayar, lagi pula, kamu siapanya Veni “

Mungkin dikarenakan didikan dari keluarga, sejak kecil hingga saat ini, aku tidak terlalu berpendapat terhadap uang. Menurutku uang yang penting cukup pakai saja, jangankan mengeluarkan uang tabunganku ini, bahkan menggadaikan seluruh studio tempat kerjaku, aku juga tidak bakal merasa ragu. Sama seperti yang aku katakan pada Sutan di sebelumnya, Veni adalah temanku untuk selamanya.

Robi juga tidak memedulikan sindiranku, dia tertawa sendiri bagaikan orang bodoh. Setelah itu aku bertanya lagi “Robi, kalau begitu kamu sudah selesai berpikir ? Bagaimana kamu meyakinkan Veni untuk berobat di Amerika ?”

Robi mengeluh nafas dan menatapku, lalu menjawab dengan perlahan-lahan “Aku usahakan, nanti kamu dan Isyana juga sekalian membantuku. Bagaimanapun juga, aku harus membawa dia ke sana.”

Aku mengangguk, namun aku tetap merasa penasaran mengenai sesuatu, sehingga balik bertanya lagi “Robi, kamu begitu buru-buru untuk mengobati Veni, jangan-jangan kamu takut kalau pada suatu saat ketika kamu sudah pacaran bersama Veni, orang keluargamu akan menantang karena alasan ini ya ?”

Robi langsung tersenyum sinis “Sama sekali tidak akan ! Kalau aku sudah yakin dengan seseorang, meskipun Tuhan yang melarangnya, tetap saja tidak berguna. Ugie, seharusnya kamu tahu juga, Veni sangat menyukai anak kecil, jadi aku juga ingin mewujudkan impian dirinya saja. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan hubungan kami di masa depan.”

Aku tersenyum pahit sambil mengangguk, kelihatannya aku sendiri yang banyak berpikir.

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu