Love And Pain, Me And Her - Bab 73 Dunia Mabuk

Di restoran mewah. Hidangan telah disajikan dan tersusun rapi memenuhi meja makan kayu solid. Perpaduan antara daging dan sayuran terlihat sangat menggugah selera.

Setelah kami semua duduk, pengasuh segera mendorong masuk sebuah kue besar. Don Juan langsung berdiri dan berjalan mendekati kue itu. Mengambil korek api dari pengasuh dan menyalakan lilin satu per satu, menatap Bibi Salim sambil tersenyum dan berkata, "Bibi Salim, kue ulang tahun sudah ada di sini, berdoa dulu?"

Harus diakui bahwa Don Juan amat cakap dalam menempatkan diri. Tindakannya benar-benar seperti berinteraksi dengan keluarga sendiri, mudah untuk memenangkan hati Bibi Salim dan Isyana.

Bibi Salim berdiri. Dia tersenyum sambil memandang kue ulang tahun dan merangkap tangannya. Orang lain selalu membuat permohonan di dalam hati, tetapi dia malah menyebutkan permohonannya. Terdengar Bibi Salim bergumam,

“Keinginanku adalah agar putriku bisa cepat-cepat menikah dan melahirkan seorang cucu yang gemuk untukku.”

Selesai itu, Bibi Salim pun meniup lilin. Kata-katanya membuat kami tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Isyana tersenyum pahit dan berkata, "ma, kamu telah membuat permohonan ini bertahun-tahun dan belum juga terkabulkan, jadi membuat permohonan ini jelas tidak akan berguna."

Bibi Salim memelototi Isyana dengan tidak senang. Sepertinya dia benar-benar berharap Isyana bisa cepat menikah.

Isyana meminta pengasuh untuk membukakan wine dan menuangkannya untuk kita. Don Juan tiba-tiba menatapku dan berkata, "Biarkan Isyana dan Bibi Salim saja yang minum wine ! Kita berdua minum vodka, bagaimana?"

Aku terbengong sejenak. Aku menyadari bahwa ini adalah tantangan Don Juan terhadapku. Tapi karena dia sudah mengatakannya, maka aku pastinya tidak bisa menolak. Aku mengangguk dan berkata, "Karena Presdir Don Juan ingin minum, aku pun akan menemanimu minum sedikit. Aku tidak bisa minum banyak, harap maklum."

Isyana menatapku dengan cemas. Aku tahu dia ingin menyuruhku menolak tawaran itu. Tapi aku pura-pura tidak melihatnya.

Bibi Salim meminta pengasuh untuk mengambil sebotol Vodka. Begitu lihat, aku pun tahu bahwa alkohol ini sudah berumur tua, warna merek dagang pada botolnya agak kusam. Don Juan mengambil dan melihatnya, lalu menatap Bibi Salim sambil tersenyum dan berkata, "Bibi Salim, kamu hanya memberikan satu botol alkohol yang begitu bagus, apakah karena tidak rela memberi kami minum?"

Satu botol bahkan dibilang tidak cukup oleh Don Juan! Bibi Salim segera meminta pengasuh untuk mengambil sebotol lagi. Satu botol diletakkan di depan Don Juan, sebotol lagi dihadapanku.

Sehabis menuang alkohol, semua orang mengucapkan selamat ulang tahun kepada Bibi Salim. Perjamuan berlangsung dalam suasana yang pas-pasan ini. Aku dan Don Juan masing-masing minum sedikit vodka.

Kami berempat sambil makan dan mengobrol, beberapa saat kemudian Isyana mengangkat gelas dan berkata kepadaku dan Don Juan, "Terima kasih telah datang untuk menemani ibuku merayakan ulang tahun, aku mau menyulang dengan kalian."

Selesai berkata, Isyana meminum seteguk wine. Tapi Don Juan malah tidak bergerak. Dia melirik ke arahku dengan segelas penuh vodka dan berkata sambil tersenyum, "Tuan Ugie, karena Isyana begitu tulus, bagaimana jika kita berdua habiskan gelas ini saja."

Meskipun aku biasanya juga sering minum dengan Robi dan kawan-kawan, tapi melihat gelas penuh ini setidaknya berisi lebih dari 100-an gram vodka, aku agak takut. Tapi aku tetap mengangkat gelas dan bersulang dengan Don Juan, berkata sambil tersenyum, "Ikut kata-kata Presdir Don Juan"

Don Juan tersenyum juga, dia mendongak dan menghabiskan segelas penuh vodka. Aku tidak mau kalah, juga menghabiskan vodka di gelasku. Tiba-tiba, perut terasa seperti ada api yang membakar, amat tidak enak.

Baru saja selesai minum, Don Juan menuangkanku segelas penuh lagi. Isyana dan Bibi Salim menyuruh kami untuk minum perlahan dan makan lebih banyak. Tapi Don Juan tetap mengambil gelas dan menatapku sambil tersenyum,

“Tuan Ugie, tadi Isyana yang bersulang dengan kita. Kali ini, aku bersulang dengan kamu, senang mengenal kamu.”

Selesai itu, dia tidak menunggu aku bicara. Meminum habis vodka di gelas dengan sekali tegukan. Isyana juga menyadari bahwa Don Juan sengaja mengajakku minum lebih banyak, dia segera membujuk aku, "Ugie, kamu masih ada pekerjaan besok. Jangan minum lagi."

Aku memang bukan orang yang kompetitif, tetapi juga tergantung masalah. Ketika kuliah, ada orang menggoda Raisa dan menantangku. Aku memukul orang itu sampai dirawat inap, hampir dikeluarkan dari sekolah.

Dan sekarang, Don Juan menantangku di hadapan Isyana, aku pastinya tidak akan mundur. Segelas alkohol masuk ke perut lagi, aku sudah merasa sedikit pusing. Aku berusaha membuat diriku tetap terjaga dan mengingatkan diriku untuk tidak memalukan diri.

Dua botol vodka dihabiskan kita berdua. Don Juan masih terlihat baik-baik saja. Aku tiba-tiba menyadari bahwa Don Juan berani minum dengan aku seperti ini, pastinya karena dia memang kuat minum. Barulah aku mengerti bahwa aku telah memasuki perangkap Don Juan. Satu-satunya hal yang dapat kulakukan sekarang adalah tetap terjaga sebisa mungkin, jangan sampai membuat malu.

Sudut bibir Don Juan terangkat, dia menatapku dengan sedikit provokatif, berkata perlahan, "Tuan Ugie, minum lagi?"

Aku belum sempat jawab, Isyana langsung berkata, "Sudahlah, kalian berdua jangan minum lagi. Ayo makan."

Sedangkan Bibi Salim tidak berbicara. Dia memegang gelas wine dan memandang kami dengan tersenyum, seolah-olah semua ini tidak ada hubungannya dengan dia.

Don Juan sama sekali tidak mendengarkan kata-kata Isyana. Dia menatapku dan bertanya, "Tuan Ugie, kalau kamu tidak bisa minum lagi, maka ya sudah deh. Kita bisa minum di lain hari, tapi hari ini benar-benar tidak puas."

Aku tidak tahu masih berapa banyak yang bisa diminum oleh Don Juan. Tetapi aku tahu, jika aku lanjut minum lagi, aku pasti akan mabuk. Aku tahu betul, pikiran rasionalku memberitahu aku untuk berhenti minum.

Tapi harga diriku membuat onar. Dalam semua aspek, aku tidak sebanding dengan Don Juan. Jika minum pun diintimidasi olehnya, maka aku benar-benar tidak pantas untuk menyukai Isyana. Aku mengakui bahwa pemikiranku sangat naif, tetapi harga diriku yang malang telah ditantang oleh Don Juan. Aku mengangguk dan berkata, "Kukorbankan nyawa untuk menemani kamu! Jika Presdir Don Juan ingin minum, aku temani."

Pengasuh mengambil sebotol vodka lagi. Setelah diisi penuh, kami berdua menghabiskan dengan sekali teguk lagi. Begitu ditelan, aku seketika merasa seluruh ruangan sedang berputar, hadapanku muncul dua bayangan orang yang sama. Aku tahu, aku kebanyakan minum.

Don Juan menuang vodka lagi. Isyana segera menghentikannya dan berkata, "Don Juan, Ugie sudah mabuk, kamu tidak boleh memintanya untuk minum lagi."

Don Juan tersenyum sambil menuang vodka, menoleh untuk melihat Isyana, "Isyana, pria tidak boleh mengatakan tidak bisa, wanita tidak boleh mengatakan terserah! Jika seorang pria yang ingin mengejar kamu tidak bisa minum, apakah dia masih seorang pria?”

Mendengar itu, Isyana langsung memelototi Don Juan dengan tidak senang dan berkata, "Don Juan, jangan asal omong, apa pria yang mengejarku! Aku dan Ugie hanyalah hubungan rekan biasa!"

Aku mencoba membuat diriku sadar. Menatap Isyana, ingin melihat ekspresinya ketika dia mengatakan ini. Tapi aku sama sekali tidak bisa melihat dengan jelas.

Kata-kata Isyana seperti batu besar, menekanku sedemikian rupa hingga aku tidak bisa bernapas.

Aku selalu mengira bahwa dia juga berperasaan terhadapku. Ujung-ujungnya? Dia malah berkata, aku hanya bawahannya. Dia tinggal di rumah mewah, aku tinggal di rumah sewaan; Dia mengendarai mobil mewah, aku menduduki kereta umum; Dia adalah presiden perusahaan, aku hanya seorang karyawan biasa. Yang tampak konyol adalah, aku minum lebih dari satu pon vodka hanya agar diriku tidak memalukan di hadapannya, agar dia tidak memandangku rendah. Tapi dia malah berkata, aku hanya rekan biasa! Hanya!

Don Juan masih tersenyum, dia bertanya balik padaku, "Tuan Ugie, ternyata kamu dan Isyana hanya rekan ya. Aku mengira kamu ingin mengejarnya, aku bahkan menganggap kamu sebagai saingan. Tampaknya, aku yang banyak berpikir.”

Aku tersenyum pahit! Memandang Isyana, aku merasa dia tidak henti berputar kanan kiri. Aku meletakkan gelas ke depan, memberi senyuman pada Don Juan, melontarkan dua kata, "Tuang vodka !"

“Ugie!”

Begitu aku selesai bicara, Isyana tiba-tiba berteriak keras padaku, dia jengkel.

Aku tersenyum bodoh pada Isyana, memiringkan kepala, "Kenapa, Presdir Mirani?"

Wajah Isyana memerah. Ini adalah pertama kalinya aku melihat dia begitu marah.

“Kamu masih mau minum?”

Aku menatap Isyana, terdiam.

Don Juan tiba-tiba menginterupsi, “Tuan Ugie, ayo kita main satu game!”

Sambil mengatakan itu, dia meminta pengasuh untuk mengambil tasnya masuk. Dia mengeluarkan dua tumpukan tebal uang kertas dari tas dan meletakkannya di atas meja, berkata dengan somBong Casa, "Tuan Ugie, aku khawatir kamu tidak kuat minum lagi, jadi aku mau menyemangati kamu. Habiskan gelas ini, maka uang ini pun milikmu, bagaimana? Jika kamu merasa tidak cukup, aku boleh tambah, asal kamu menghabiskan gelas ini."

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu