Love And Pain, Me And Her - Bab 313 Kehilangan Emosi

Ekspresi Isyana menjadi sedikit canggung, sepertinya dia tidak ingin kami tahu mengenai masalah ini.

Isyana menatap Lulu dan segera bertanya," Lulu, kapan peristiwa ini terjadi? Mengapa mereka bisa menemukan workshop ini?"

Lulu baru saja mau menjawab namun aku segera memotongnya, sambil menggelengkan kepala berkata," Sudahlah, mari makan terlebih dahulu baru membicarakan masalah ini."

Masalah yang terjadi hari ini terlalu banyak. Aku khawatir ketika mereka berdua membicarakan ini di depan khalayak ramai akan membawa efek yang buruk bagi Nogo. Isyana juga mengerti maksudku, dia melihatku dengan khawatir dan kemudian tidak melanjutkan pertanyaannya.

Karena santapan kali ini terlambat, semua orang yang hadir sudah kelaparan. Ketika makanan sudah sampai, semua orang langsung menyantapnya dengan penuh nafsu. Aku pun bersulang kepada setiap meja dan kemudian menyuruh Robi dan Deren untuk menjamu tamu terlebih dahulu. Sementara aku memanggil Isyana dan bersamanya kembali ke workshop. Saat ini aku ingin melanjutkan dan mengetahui asal muasal dari masalah ini. Karena aku mempunyai perasaan yang tidak enak, merasa bahwa masalah ini akan lebih parah daripada apa yang aku bayangkan.

Karena sejak pagi hingga saat ini belum makan dan aku sudah minum beberapa gelas alkohol di restoran, membuatku merasa sedikit pusing. Ketika sampai di workshop, aku menyeduh satu poci teh dan langsung duduk di depan Isyana dan langsung bertanya kepadanya," Isyana, apa yang sebenarnya terjadi?"

Isyana tidak menjawabku, dia mengerutkan keningnya dan dengan ekspresi yang penuh pikiran bertanya balik padaku," Ugie, lebih baik kamu yang lebih dulu menceritakan tentang karyawan dari perusahaan konstruksi ini."

Aku pun menganggukan kepala dan menjelaskan kembali secara detail keseluruhan kejadian karyawan perusahaan konstruksi yang datang ke workshop ini kepada Isyana.

Setelah aku selesai menceritakannya, Isyana langsung terdiam sepenuhnya. Tangannya yang memegang gelas teh sudah mulai gemetar. Melihatnya yang tidak bicara, aku hanya bisa bertanya kepadanya," Isyana, mengapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Kemana kamu pergi?"

Isyana menghela nafas, sambil tersenyum pahit menggelengkan kepalanya," Bukan kemana aku pergi, tapi aku dipanggil pergi oleh seseorang."

Aku sedikit terkejut, tidak mengerti apa yang dia maksud. Isyana kembali berkata kepadaku," Tim inspeksi tenaga buruh kota memanggilku! Karena gaji karyawan perusahaan konstruksi sampai saat ini belum dibayarkan dan mereka pergi melaporkannya ke departemen tenaga kerja kota. Tim inspeksi pun hari ini mencariku untuk membicarakannya, menyuruhku untuk menyelesaikan masalah ini secepatnya."

Ketika Depnaker sudah turun tangan sementara di sisi lain karyawan sudah akan membuat keributan. Masalah ini semakin lama akan menjadi sulit untuk ditangani.

Aku menatap Isyana dengan ketidakpuasan berkata kepadanya," Isyana, kamu terlalu berani, bagaimanapun juga tidak seharusnya memindahkan dan menggunakan uang ini."

Ketika aku mengucapkannya, Isyana tersenyum pahit, dia sambil menghela nafas berkata," Ya, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi apa gunanya masih membicarakan masalah ini sekarang?"

Aku mengerutkan kening dan menggelengkan kepala. Sebenarnya aku masih ingin menceramahi Isyana namun ekspresi kasihan dan dia mengerti apa yang dia lakukan membuatku tidak tega menceramahinya lagi.

Isyana yang melihatku tidak berbicara langsung bergumam kepadaku," Jika sesuai rencana budget yang sudah aku hitung, setengah bulan lalu CB akan melakukan pembayaran kedua yang akan masuk ke dalam rekening. Pada saat itu aku berencana menggunakan uang pembayaran ini untuk menutupi pembayaran gaji karyawan perusahaan konstruksi. Namun tidak menyangka hingga saat ini CB."

Isyana pun berhenti berbicara dan hatiku terkejut, Aku menatap Isyana dan dengan buru-buru bertanya kepadanya," Apa yang terjadi dengan CB, apakah kamu sudah menghubungi mereka?"

Ketika menyebutkan CB, Ekspresi Isyana menjadi lebih tidak berdaya. Dia menatapku dan berkata dengan sedikit lamban," Sejak kemarin, aku tidak bisa menghubungi telepon Presdir mereka. Aku juga tidak bisa menghubungi nomor Direktur pemasaran. Pada awalnya hari ini aku berencana untuk pergi ke Beijing, Namun mengingat hari ini adalah hari pembukaan perusahaanmu, aku pun menunda penerbangan menjadi besok. Aku berencana besok untuk pergi ke Beijing dan langsung pergi ke perusahaan CB."

Aku langsung terkejut begitu mendengar telepon dari presdir dan direktur pemasaran mereka tidak bisa dihubungi. Aku takut apa yang aku khawatirkan akan benar-benar terjadi.

Aku segera bangkit berdiri, mengeluarkan telepon dan langsung berkata kepada Isyana," Berikan nomor kedua orang itu kepadaku, biar aku yang mencoba menghubungi mereka."

Isyana menganggukkan kepala. Setelah memberikan kedua nomor itu kepadaku, aku langsung menghubungi masing-masing nomor itu. Saat proses penelponan ini, hatiku pun menjadi dingin, Sama seperti apa yang dibicarakan oleh Isyana, kedua nomor ini sudah tidak aktif. Setelah memikirkannya sejenak, aku kembali menelpon nomor 114 untuk memeriksa nomor telepon kantor CB. Namun jawaban dari operator adalah perusahaan CB ini tidak terdaftar.

Harapanku pun mulai padam satu per satu. Ramalan yang dibuat sebelumnya secara perlahan-lahan mulai terlaksana. Dan Isyana dengan ekspresi termenung dengan tangan memegang gelas teh sambil duduk di sofa dan tidak mengucapkan apapun.

Aku berjalan mondar-mandir di dalam kantor. Setelah memikirkannya sejenak, aku mengambil telpon dan menelpon Viali. Telpon itu tersambung dan terdengar suara asistennya yang dengan sopan dan secara mekanis berkata," Pak Ugie, apa kabar!"

Sepertinya Viali menyimpan nomorku, jika tidak asistennya tidak mungkin langsung memanggil namaku. Aku juga tidak berani menunda dan langsung berkata kepadanya," Hai, apakah Bu Viali ada di tempat? Aku memiliki hal yang ingin dibicarakan, bisakah kamu menyampaikannya kepadanya?"

Walaupun nada bicaraku terdengar panik. Namun asisten itu masih dengan perlahan dan tidak tergesa-gesa menjawab," Maaf, Pak Ugie. Saat ini Bu Viali sedang menghadiri rapat yang sangat penting, saat ini dia tidak bisa menerima panggilan. Jika anda ingin mencarinya, mohon menghubunginya kembali dua jam lagi."

Ketika mendengarnya hatiku menjadi lebih panik. alasan mengapa aku dengan terburu-buru mencari Viali karena aku berharap dia bisa membantu memeriksa apa yang sebenarnya terjadi dengan perusahaan CB ini. Karena besok Isyana baru bisa pergi ke Beijing, mimpi buruk yang aku takutkan akhirnya akan terjadi.

Aku sudah bertemu beberapa kali dengan asisten ini, namun dia masih berbicara dengan nada yang resmi. Karena tidak mempunyai cara lain, aku hanya bisa dengan memohon berkata kepadanya." Tolong dengarkan aku, aku benar-benar mempunyai masalah dan harus berbicara dengan Bu Viali, tolong bantu kami dan sampaikan kepada Bu Viali."

Di dalam ingatanku, selama aku hidup hingga saat ini, ini adalah pertama kalinya aku memohon kepada orang lain dengan nada serendah ini. Namun bukan karena orang biasa, kali ini hanya demi Isyana seorang!

Asisten itu segera menjawab dan berkata," Maaf, Pak Ugie. Namun Bu Viali sudah memerintahkan pada waktu rapat ini dia tidak akan menerima telepon apapun. Aku benar-benar tidak bisa membuatmu, lebih baik anda mencoba menghubunginya dua jam lagi."

Aku menjadi semakin panik. Mengapa hanya Ingin berbicara dengan Viali saja sudah seperti ingin berbicara dengan seorang pimpinan?

Aku yang dibuat marah oleh asisten itu langsung dengan tidak ada cara lain dan sambil berteriak berkata kepadanya," Beritahu Viali! Robi telah ditabrak mobil, saat ini berada di rumah sakit. Tanyakan padanya apakah dia masih tidak mau mengangkat teleponnya."

Setelah mengatakan ini, aku langsung dengan marah menutup panggilan ini.

Isyana walaupun tidak tahu siapa Viali ini. Namun dia mengerti, aku berusaha mencari orang untuk mengecek masalah CB ini. Ketika dia melihat aku yang marah dan menutup telepon dia pun dengan senyum yang pahit berkata," Ugie, sudahlah, tidak usah menelpon lagi. Bagaimanapun juga, besok aku masih harus pergi ke Beijing."

Aku pun menganggukan kepala dengan tanpa daya. Ketika aku baru ingin bertanya kepada isyana mengenai masalah lain, teleponku tiba-tiba berbunyi.

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu