Love And Pain, Me And Her - Bab 180 Proposal Yang Salah

Aku meresapi perkataan Isyana. Beberapa perusahaan besar tersebut yang masih belum tentu menjadi pihak kedua dalam kontrak kerja, memang sulit untuk diraih, sedikit saja kamu ceroboh maka mereka segera berbalik badan menjauhimu. Aku sudah bergelut di bidang ini hampir tiga tahun, jadi sudah sering menjumpai hal seperti ini.

Sikaitun adalah salah satu hotel bintang lima paling berkelas di provinsi kami. Dalam perjalanan dinasnya Direktur Pemasaran CB juga tinggal disini. Isyana sengaja menyuruh bagian administrasi untuk memesan ruang Executive Suite yang harga per malamnya diatas 10 juta, harganya bahkan lebih tinggi daripada gajiku sebulan.

Kamar Abby berada di lantai 18, jadi kami mengetuk pintu, ketika pintu dibuka terlihat seorang wanita yang kurus tinggi berusia sekitar 40 tahunan, dengan tangan memegang buku catatan serta handphone yang di jepit di lehernya, kelihatannya dia sedang sibuk mencatat sesuatu.

Tidak perlu ditebak lagi, orang ini pastilah Abby sang Direktur Pemasaran CB. Dilihat sekilas dia adalah orang yang kasar dan cerewet. Dia berbicara dengan cepat, dan tutur bahasanya sering bercampur dengan bahasa Inggris.

Dia masih memakai make up tebal, dan rambutnya disemir warna pirang. Yang paling menarik perhatian adalah bibirnya yang sangat tebal dan dipulas dengan lipstick warna merah terang, ketika dia berbicara rasanya seperti mulut besar yang berlumuran darah.

Diam-diam aku mencoba melihat kamarnya selagi dia masih menelepon. Kamar ini memang sangat mewah, bahkan ruang tamunya saja luasnya sekitar 150-200an meter persegi. Kamar tersebut punya jendela panjang yang sangat besar, sehingga sinar matahari menyinari ruangan tersebut tanpa ada halangan.

Ketika aku sedang melihat-lihat, Abby menutup teleponnya. Dia menoleh menatap Isyana, dan Isyana langsung tersenyum dan berkata, “Hallo, Abby. Kuperkenalkan padamu, orang ini adalah asisten khusus Presdir kami.”

Tadinya Isyana berniat memperkenalkan diriku, tapi sayangnya belum selesai dia bicara, Abby sudah memotong ucapannya, dia berkata dengan wajah serius, “Presdir Mirani, aku sangat sibuk. Lebih baik kita segera membahas proyek ini, aku tidak ingin berkenalan dengan orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan proyek ini. Aku hanya ingin memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin.”

Selesai bicara Abby mengerutkan kening kemudian mengedikkan bahunya.

Abby berkulit kuning langsat dan bahasa Mandarinnya lancar, akan tetapi gerak-geriknya terlihat kebarat-baratan. Entah kenapa aku merasa ada yang janggal dari dirinya.

Isyana memandangiku sekilas dengan canggung, lalu dia tersenyum, “Baiklah, kalau begitu kita langsung membahas proyek ini”

Semua orang duduk di sofa, lalu Amori mengeluarkan proposalnya.

Aku malah tertawa getir di dalam hati, ini adalah sebuah rapat kelas atas yang paling tidak mirip dengan pengajuan proyek. Bahkan sampai presentasi ppt pun tidak ada, jadi hanya menjelaskan berdasarkan proposal yang dibawa. Jadi, memberikan kesan yang pasif dan kurang interaktif.

Namun aku bisa menebak kalau Isyana pasti akan mengundang pihak CB untuk meeting di PT Nogo. Bisa jadi mereka tidak mau datang, dan tidak mau menggunakan ruang meeting yang disediakan oleh hotel, maka jadilah meeting apa adanya di ruang tamu.

Abby mengambil sebuah proposal, dia membalik lembaran proposal sambil mengerutkan alis, lalu berkata dengan nada angkuh pada Amori, “Baiklah, jelaskan padaku”

Amori berdeham, lalu pelan-pelan menjelaskan : “Semenjak tahun 2000 hingga sekarang ini, pangsa pasar perhiasaan di China semakin meningkat penjualannya dari tahun ke tahun. Dan sampai dengan tahun lalu nilai penjualan perhiasan di pasar China sudah mencapai 28 triliun USD.”

“Sudah, kami sudah sejak awal mensurvei sendiri jadi bagian itu tidak perlu dibahas. To the point”

Abby memotong ucapan Amori tanpa sungkan.

Amori tersenyum kikuk, kemudian dia melirikku dan aku juga tersenyum pasrah.

Amori segera mengubah pokok pembicaraannya dan terus berkata, “Poin utama proposal pemasaran ini adalah untuk membentuk image keseluruhan dari produk CB. Karena image merk tersebut itu sendiri masih kosong, maka di dalam proposal ini saya sengaja memasukkan sesuatu yang baru ke dalam merk tersebut. Misalnya, terharu, bahagia, darah, dan kehidupan sebagai sebuah rangkaian seri dan membuat orang merasa tergugah, jadi bukan hanya sebuah perhiasan yang sederhana dan terkesan dingin. Penjelasan dan implementasi khusus mengenai bagian ini akan saya jelaskan lebih lanjut”

Amori berhenti sejenak, tak disangka Abby langsung berkata dengan nada dingin, dia melemparkan proposal itu ke atas meja, lalu tertawa dingin, “Amori! Apakah kamu tahu kalau sekarang kamu sedang membuat kesalahan?”

Perkataan Abby membuat kami semua terkejut, siapapun tidak mengerti maksud perkataannya.

Dia memutar bola matanya, lalu meneruskan ucapannya, “Yang kamu jelaskan barusan itu hanyalah omong kosong, tidak bermakna sedikit pun. Sekarang ini kamu hanya membuang-buang waktu dan kehidupanku. Kamu sedang membuat kesalahan besar!”

Aku menatap Amori dengan pandangan penuh simpati, akhirnya aku mengerti kenapa dia terlihat sangat putus asa. Aku sudah berkali-kali bertemu dengan customer yang aneh-aneh, tapi belum pernah melihat customer yang seperti Abby. Aku tidak merasakan ketulusannya sedikitpun, sebaliknya dia malah menggertak kami dengan angkuh.

Akan tetapi ekspresi wajah Isyana malah terlihat sangat tenang, mungkin karena dia sudah terbiasa dengan sikap Abby, tidak seperti diriku yang baru pertama kali bertemu dengannya, jadi aku tidak bisa menahan diri dengan sikap angkuhnya yang seperti itu.

Abby menunjuk-nunjuk proposal di atas meja dengan tidak puas, “Amori, ini sudah proposalmu yang keberapa kali. Aku tidak mengerti kenapa kamu bisa dengan mudah membuat kesalahan ini, kamu sudah memposisikan target pelanggan yang salah”

Mendengar Abby berkata seperti itu, aku pun ternganga. Perlu diketahui kalau target pelanggan saja sudah salah, maka semua proposal itu tidak akan ada nilainya sama sekali. Bagaimana mungkin Amoribisa melakukan kesalahan remeh seperti itu?

Isyana pun merasa terkejut, dia melirik Amori yang kebingungan.

Amori adalah pemain lama, dia mengerti kekuatan perkataan Abby, lantas dia segera bertanya, “Direktur Abby, mohon petunjuk dimana kesalahanku?”

Abby mengambil proposal tersebut, kemudian menggoyang-goyangkannya dengan ekspresi tidak suka, “Kamu sampai memposisikan target pelanggan kita menjadi kosong! Harusnya kamu tahu kalau target pelanggan kita adalah masyarakat kelas menengah”

Amori terkejut, lalu dia menoleh menatapku, tatapannya menyiratkan kalau dia tidak mengerti tapi dia diam saja. Amori memang seperti itu, dia jarang menjelaskan kepada orang lain, sehingga orang lain sering salah paham.

Justru aku yang tidak bisa menahan diri, akku menatap Abby dan balik bertanya padanya tentang jumlah pendapatan per kelompok yang juga merupakan target pelanggan kami. Tapi bukan merupakan pelanggan utama”

Begitu aku mengucapkan kata-kata tersebut, ekspresi wajah Abby langsung berubah.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu