Love And Pain, Me And Her - Bab 130 Saling Bertentangan

Terlihat jelas Kalin lebih berpihak kepadaku. Tapi ini berbeda dengan Franda. Dia tersenyum dingin, memandang Kalin berkata, “Direktur Kalin, kamu harus tahu. Setelah bergabung di perusahaan Nogo Internasional dalam training jelas-jelas mengatakan, bagaimana menangani masalah karyawan yang memiliki konflik dengan klien. Sekalipun Song memiliki sikap yang buruk dan menghina bawahanmu. Tapi cara penyelesaian bawahanmu tidak profesional. Kalau segala sesuatu diselesaikan dengan cara kekerasan, maka dunia ini tidak perlu ada polisi. Hanya perlu menggunakan kekuatan saja”

Franda dan Kalin saling bertentangan. Wajah Kalin berubah pucat, meskipun dia sangat fasih bersilat lidah, tapi di bawah tekanan Franda, dia tidak tahu harus mengatakan apa.

Tapi Kalin tidak mau kalah, dia terdiam sesaat, dan segera membantah, “Direktur Franda, ini masalah departemen penjualan. departemen penjualan akan menyelesaikannya secara internal, Direktur Frandatidak perlu mengkhawatirkannya”

Franda mendengus dingin, dia masih tetap agresif, dan terus berkata, “Direktur Kalin. pernahkah kamu berpikir? Kenapa klien datang kemari melaporkan keluhan? Itu artinya dia tidak percaya padamu. departemen penjualan juga bagian dari perusahaan Nogo Internasional, tidak mungkin ada pengecualian dari perusahaan. Terjadi masalah ini, tidak mungkin hanya diselesaikan oleh internal departemen penjualan, itu sebuah tindakan yang tidak bertanggung jawab kepada perusahaan. Dan perusahaan Nogo Internasional berada dalam kesulitan. Kalian departemen penjualan harusnya memimpin dalam menjaga hubungan dengan klien dan mencari klien baru. Tapi kalian?”

Franda mengatakannya sambil tersenyum dingin.

Kedua direktur saling bertentangan di depan Isyana, dan Isyana tidak mengatakan apa-apa, dia diam-diam mendengarkan. Setelah Franda selesai mengatakannya, dia mengalihkan tatapan ke Isyana dan langsung bertanya,

“ Presdir Mirani, apa pendapatmu tentang masalah ini?”

Kata-kata Franda, membuat Isyana mengerutkan kening. Dia menengadah menatapku, tatapannya sedikit kacau. Selang sesaat, dia bertanya kepada Franda, “Direktur Franda, menurut peraturan perusahaan, bagaimana menyelesaikan masalah seperti ini?”

“PHK!”

Franda mengatakan kata ini dengan dingin. Hatiku berdegup, tapi aku tidak menatap Franda, sebaliknya menatap Isyana. Ekspresi Isyana semakin rumit. Dia terdiam tidak mengatakan apa-apa.

Kalin tiba-tiba berdiri, wajahnya memerah. Memandang Isyana dan Franda berkata, “Aku tidak setuju! Kontribusi yang diberikan Ugie kepada perusahaan, kita semua bisa melihatnya dengan jelas. Karena masalah ini memecatnya, kamu menyuruh rekan-rekan di departemen penjualan bagaimana bekerja? Kalau ingin melakukan pemecatan, sekalian pecat aku bersamanya”

Tidak ada yang menyangka, Kalin akan mengatakan hal seperti itu. Hatiku selain syok, merasa sedikit tersentuh. Bagiku, Kalin seperti wanita materialistis. Tidak disangka, karena pemecatan diriku, dia memberikan tekanan kepada Isyana.

Isyana juga terkejut, dia menengadah menatap Kalin. lalu menatap diriku. Sudut mulutnya tersenyum pahit membuat orang sulit memahami apa maksudnya.

Isyana tidak mengatakan sepatah kata pun. Franda segera menyambung, “Direktur Franda, kamu bukan orang baru yang pertama kali bekerja. Aku harap kamu jangan gegabah oke? Tentu saja aku tahu kontribusi yang diberikan Ugie kepada perusahaan, kalau bukan karena ini. Sejak awal aku langsung memecatnya, apa masih perlu khusus datang melapor ke Presdir Mirani ?”

Apa yang dikatakan Franda benar. Dia memiliki hak untuk memberhentikan karyawan biasa yang melakukan kesalahan.

Kalin tersenyum dingin, dia memandang Franda, dan berkata dengan dingin, “Aku lihat kamu bukan mengatakan ini pada Ugie, melainkan pada departemen penjualan kami! Ok, karena kamu sudah menyebutkan pemecatan. Aku akan melakukannya sesuai yang kamu katakan, siapa suruh kamu Direktur HRD. Aku pergi, begini sudah bisa kan?”

Setelah itu, Kalin langsung berjalan keluar menuju pintu.

Isyana segera berdiri, memandang punggung Kalin berteriak keras, “Direktur Kalin, tunggu sebentar”

Kalin berhenti, dia melirik ke arah Isyana. Mengangkat bahunya dan berkata, “ Presdir Mirani, masalah ini kalian selesaikan saja. Aku mengatakan apa pun akan ada orang berpikir aku mempertahankan Ugie, kalian hanya perlu memberitahuku hasil penyelesaian saja”

Setelah mengatakannya, dia tidak menunggu Isyana berbicara. Langsung mendorong pintu keluar.

Hanya tersisa kami bertiga di kantor, dan tidak ada yang berbicara. Tenang hingga suara pernapasan kita bisa terdengar jelas. Isyana menatap kami berdua dan berkata,

“Sekarang sudah jam pulang kerja, besok kita bahas cara penyelesaiannya”

Aku memandang Isyana, ekspresi wajahnya tampak dingin, tanpa sentuhan emosi. Dan hatiku merasa kecewa, aku bisa menerima pemecatan. Bagaimanapun dalam masalah ini, aku memang sedikit gegabah.

Tapi aku tidak terima disalahpahami oleh Isyana. Aku harus menjelaskan kepadanya, dia salah paham masalah diriku dengan Elisna. Franda tidak bermaksud untuk keluar, aku hanya bisa keluar terlebih dahulu. Dan mencari kesempatan untuk menjelaskan kepada Isyana.

Aku mengambil sekaleng bir dan duduk di kursi rotan di balkon, melihat pemandangan malam keluar jendela. Memandang ribuan lampu rumah di kejauhan, membuat malamku semakin lebih kesepian.

Kursi rotan di seberang kosong. Mau tidak mau aku berpikir, Isyana pada malam itu, duduk di seberangku, berbicara dan tertawa bersamaku. Dan sekarang, dia bahkan tidak memberikanku kesempatan untuk menjelaskan.

Apa yang sedang dilakukan Isyana sekarang? Aku tidak bisa menebaknya.

Setelah ragu-ragu sesaat, aku mengambil hp, memutuskan untuk mengirimkan pesan Wechat kepada Isyana. Karena tidak bisa bertatap muka, hanya bisa menggunakan pesan untuk menjelaskan.

Pesan pertamaku adalah tentang masalah Song, aku mengakui diriku salah. Tapi aku juga mengatakan yang sebenarnya kepada Isyana. Terlebih Song menggunakan kata-kata hinaan dan makian kepadaku, aku mengatakan semuanya kepada Isyana. Aku harus memberitahunya, aku berada dalam situasi seperti apa melawan Song.

Setelah pesan dikirimkan cukup lama, tidak kunjung mendapat balasan dari Isyana. Aku tersenyum pahit minum segelas bir memandang hp yang ada di meja.

Lalu aku mulai mengirim pesan kedua. Aku mengatakan mengapa Elisna mencariku, mengapa kuncinya tertinggal di bar, tidak bisa pulang ke rumah. Hingga akhirnya, aku menulis satu kalimat, “Isyana, tolong percaya padaku, sebagai teman Elisna, aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Aku memilih untuk menjelaskan ini kepadamu, karena aku tidak ingin kita salah paham karena masalah yang tidak perlu”

Setelah pesan ini dikirim, aku meletakkan Hp di meja. Dan mulai menunggu dengan tidak sabar. Aku tidak tahu apa yang akan Isyana pikirkan melihat penjelasanku. Kalau dia memilih tidak percaya, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa mengikuti takdir.

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu