Love And Pain, Me And Her - Bab 364 Tidak Akan Mengalah

Malam ini, aku dan Sutan meminum bir dan bercerita. Meskipun dia mengungkapkan semua perkataan yang ada di dalam hatinya kepadaku. Tetapi tidak diketahui kenapa, melihat teman yang aku kenali di hadapanku ini, teman baikku, aku pertama kali merasakan sedikit tidak mengenalinya.

Setelah meninggalkan rumah Sutan, sudah hampir jam sepuluh. Aku tidak meminum terlalu banyak bir, tetapi aku sedikit mabuk. Aku turun ke bawah dengan sedikit pusing dan aku pun bersiap-siap berjalan ke tepi jalan untuk menaik taksi.

Dan masih belum berjalan jauh. Tiba-tiba, terdapat sebuah lampu mobil yang menyinariku. Ini membuat aku hampir tidak dapat membuka mataku, aku pun menghalanginya dengan tanganku dan menoleh ke arah itu. Aku juga merasa marah di dalam hatiku. Siapa yang begitu jahat dan menggunakan lampu yang begitu terang untuk menyinariku.

Kemudian aku melihat seunit BMW yang perlahan mendekatiku. Ketika sudah berada di sampingku, mobil BMW itu pun berhenti. Jendelanya pun perlahan diturunkan, seseorang yang berpenampilan cantik menatapku. Dan berkata dengan lembut “Masuk saja, aku mengantar kamu untuk pulang”

Aku tidak memikirkan bahwa, orang ini adalah Wulandari.

Aku merasa ragu sejenak, kemudian aku pun masuk ke dalam mobilnya.

Di dalam mobilnya sangat wangi, yang sama persis seperti aroma Wulandari.

Wulandari pun mengendarai mobil dengan lambat, gerakannya terlihat elegan. Kemudian dia pun mengatakan “Ugie, aku tidak pulang dan menunggumu di sini”

Aku tertegun sejenak. Tidak disangka Wulandari telah menunggu di sini hampir enam jam.

Aku terdiam. Tetapi aku mengetahui bahwa, Wulandari menunggu begitu lama, tujuannya pasti tidak hanya ingin mengantar aku untuk pulang.

Setelah keluar dari area rumah Sutan, Wulandari pun menghentikan mobilnya di tepi jalan. Jalan raya yang kosong, apa pun tidak ada. Melainkan terdapat kembang api yang memancar di atas langit.

Wulandari pun menyalakan sebatang rokok, aku juga mengikutinya. Wulandari berkata dengan lambat dan menatapku “Apa yang kamu bicarakan dengan Sutan?”

“Tidak ada apa-apa, hanya membicarakan sesuatu yang biasa saja”

Aku hanya sembarang menjawabnya saja.

Wanita ini, meskipun aku tidak terlalu menyukainya, tetapi juga tidak membuatku merasa benci terhadapnya.

Wulandari tersenyum. Kemudian dia pun menghisap rokok. Gerakannya terlihat menawan, tetapi tatapan matanya terlihat kesepian.

Wulandari membalikkan kepalanya untuk menatapku dan bertanya “Kamu membujuk Sutan untuk meninggalkanku?”

Wulandari berpikir seperti ini, aku juga tidak merasa kaget. Jika adalah aku, maka aku juga akan memikirkannya dengan seperti ini.

Aku tidak berbohong dan langsung mengangguk.

Sudut bibir Wulandari terangkat dan menujukkan senyuman pahit. Wulandari menatapku dan berkata “Kalau begitu kenapa kamu tidak membujuk Sutan untuk meninggalkan Veni?”

Wulandari berkata dengan tampak tidak salah. Seperti dirinya bukan merupakan orang ketiga di antara mereka, melainkan Veni yang merupakan orang ketiga.

Aku tersenyum dingin sejenak dan masih belum mulai berkata. Wulandari bertanya lagi “Apakah karena Veni adalah teman baikmu dan aku bukan?”

Aku mencoba untuk menahan emosi di dalam hatiku dan menatap Wulandari “Direktur Wu! Sutan dan Veni sudah bersama sejak berkuliah”

Perkataanku masih belum selesai, Wulandari pun segera memotongnya “Sutan pernah menceritakannya kepadaku. Apakah ini menjadi masalah? Pasangan yang sudah berpacaran sejak kecil, bukannya tetap akan putus juga?”

Aku terdiam. Sebagai seorang Direktur, perkataan Wulandari memang pedas. Aku mengalihkan topik ini dan bertanya kepadanya “Kalau begitu kamu mengetahui Sutan sudah mempunyai pacar dan kamu masih tidak ingin meninggalkannya. Apakah kamu mencintainya?”

Sutan sudah mengatakan kepadaku. Dirinya dan Wulandari hanya saling membutuhkan, untuk mendapatkan sesuatu.

Wulandari tersenyum dan menggelengkan kepalanya “Apa hubungannya dengan cinta! Setelah tahun baru, aku sudah berusia tiga puluh dua. Dan sudah tidak memiliki niat untuk berpacaran lagi. Mengatakan cinta, lebih baik mengatakan memerlukan seseorang”

Wulandari berkata dengan terus terang. Dia langsung mengungkapkan semua perkataan yang ada di dalam hatinya. Kemudian aku bertanya “Jika tidak cinta, kenapa tidak berpisah saja?”

Wulandari menghisap rokok, lalu dia membalikkan kepalanya untuk menatapku dan berkata “Ada dua alasan, pertama, Sutan orangnya lumayan baik, dia juga berkemampuan, yang dapat dikategorikan sebagai pria yang dapat diandalkan. Aku sudah berusia tiga puluhan. Jika tidak menemukan seseorang yang dapat diandalkan, bagaimana kehidupanku ke depannya”

Kemudian, Wulandari terdiam dan menghisap rokok lagi. Aku pun bertanya “Kalau begitu apa penyebab kedua?”

Ketika mengatakannya, Wulandari tersenyum. Tampaknya dia memikirkan sesuatu yang sangat senang. Kemudian, Wulandari berkata dengan lambat “Yang kedua, anakku Beibei menyukainya. Sutan juga memperlakukan Beibei dengan sangat baik. Apakah cukup dengan alasan ini?”

Perkataan Wulandari membuatku tidak dapat membantahnya. Aku pun menghisap rokok dengan diam.

Wulandari menatapku dan berkata lagi “Sutan dan Veni belum menikah. Jadi, kesempatan aku dan Veni itu sama. Ugie, aku menyarankanmu untuk tidak pergi membujuk Sutan lagi, lebih baik kamu pergi membujuk Veni saja. Kamu boleh memberitahunya, jika dia bersedia untuk meninggalkan Sutan, dia boleh mengajukan permintaan apa pun. Aku dapat memberikan pekerjaan kepadanya, aku juga dapat memberikan uang kepadanya. Yang membuatnya tidak perlu khawatir terhadap masa depannya”

Aku berbalik untuk menatap Wulandari dan tidak berkata apa pun.

Aku dan Wulandari saling memandang, lalu dia pun tersenyum “Kenapa? Tidak cukup?”

Aku menggelengkan kepala dengan tersenyum dingin dan bertanya kepadanya “Apakah kamu merasa Veni akan menerimanya?”

Berdasarkan Veni yang aku kenal. Jika dia hanya karena uang, dapat dipastikan dia tidak akan mencari Sutan. Dulu orang yang mengejar Veni sangat banyak, semuanya berasal dari keluarga yang kaya. Tetapi Veni menolak mereka semua dan akhirnya dia memilih Sutan.

Setelah aku selesai berkata, Wulandari tertawa dan berkata “Tidak masalah juga jika tidak menerimanya! Kalau begitu biarkan Sutan yang memilih sendiri, apakah memilih Veni, atau aku. Aku rasa Sutan akan dapat memutuskannya”

Wulandari berkata, dengan sambil tertawa, yang terlihat sangat percaya diri.

Aku menatap Wulandari dengan bengong. Wulandari menungguku selama beberapa jam, hanya ingin memberitahu kepadaku, dia tidak akan mengalah. Dia ingin berkompetisi dengan Veni. Aku tidak hanya merasa khawatir terhadap Veni, Veni dengan karakternya yang diam, bagaimana mungkin dapat melawan Wulandari yang sudah berpengalaman di dunia bisnis selama bertahun-tahun?

Jika Wulandari tidak ingin mengalah, tampaknya hanya dapat menunggu Sutan sendiri yang mengungkapkannya!

Memikirkan ini, aku tidak ingin berkata dengan Wulandari lagi. Tunggu saja setelah tahun baru.

Jika bukan berada di sisi seorang teman. Sebenarnya, aku juga dapat memahami Wulandari. Bagaimanapun dia membawa seorang anak, bertemu dengan seseorang yang tepat sangatlah susah. Tetapi Wulandari tidak boleh merusak hubungan orang lain. Apalagi, Veni sudah mengorbankan banyak hal untuk Sutan yang tidak dapat dihitung.

Novel Terkait

Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu