Love And Pain, Me And Her - Bab 440 Kedatangan Isyana

Isyana membilas cangkir dengan air mendidih, sambil tersenyum dan berkata, “Bagaimana aku mengetahuinya? Tentu saja karena Don Juan meneleponku. “

Aku terkekeh, tidak menyangka Don Juan akan memberitahu Isyana tentang hal ini. Isyana melanjutkan, “Dia juga memberitahuku. Kamu dan Sutan yang merencanakan ini, menjebaknya. Dia marah, tepatnya, dia sangat marah. Menyuruhku menjauh dari dirimu dan mengatakan bahwa kamu adalah penjahat. “

Kata-kata Isyana, membuatku ketawa. Dia mengatakan begitu kepada Isyana, aku tidak merasa heran. Sekarang orang yang paling dia benci adalah, yang pertama adalah aku, yang kedua adalah Sutan.

Isyana bertanya padaku lagi, “Ugie, apakah hal ini benar-benar direncanakan kamu dan Sutan? “

Aku tidak menjawab pertanyaan Isyana, tapi malah bertanya, “Bagaimana menurutmu? “

Isyana mengaitkan bibirnya, sambil menuangkan teh, dia berkata, “Aku tidak tahu, hal ini tidak ada hubungannya denganku, kalian semua begitu licik, aku tidak bisa menebaknya. “

Kata-kata Isyana membuatku ketawa. Sebenarnya ketika aku bersedia menyerang Don Juan, aku memikirkan Isyana. Pada saat itu aku masih khawatir Isyana akan menyalahkanku karena Don Juan. Tapi sekarang, sepertinya aku terlalu banyak berpikir.

Tiba-tiba aku teringat, besok adalah deadline Don Juan. Apakah dia akan menandatangani kontrak atau tidak, adalah besok. Aku bertanya dengan Isyana dengan ragu-ragu, “Isyana, apa yang dikatakan Don Juan mengenai hal ini? “

Isyana meletakkan cangkir teh di depanku dan menuangkan teh untukku. Isyana hari ini tidak terlihat seperti gadis orang kaya yang dimanjakan. Tetapi seperti istri dan ibu rumah tangga yang lembut dan berbudi luhur.

Perasaan ini lumayan bagus!

Mengambil cangkir teh dan meminumnya. Aku mendengar Isyana berkata, “Mau gimana lagi? Case ini sama sekali tidak bisa dilaksanakan, jika dilaksanakan, tidak tahu akan mengalami berapa kerugian dalam tiga tahun ini. Maksud Don Juan adalah, uang deposit dia tidak mau dan bernegoisasi ulang dengan Wulandari apakah bisa mengambil case ini dengan harga yang lebih masuk akal. “

Aku terkejut dengan apa yang dikatakan Isyana, melihatnya, aku bertanya dengan heran, “Ini yang dikatakan Don Juan kepadamu? “

Keterkejutanku membuat Isyana sedikit bingung. Dia mengangguk kepadaku, “Iya, dia yang memberitahuku. Ada apa? “

“Tidak ada. “

Aku menggelengkan kepala.

Alasan mengapa aku terkejut adalah, karena aku merasa Don Juan terlalu tidak keruan. Dia berpikir untuk bernegoisasi dengan Wulandari dan mengambil ulang case ini. Dia tidak berpikir Sutan sedang berencana mengambil SHOPI miliknya.

Tentu saja, hal ini aku tidak memberitahu Isyana. Setidaknya aku tidak akan memberitahunya pada saat ini.

Setelah berngobrol dengan Isyana, aku bertanya lagi kepadanya, “Oh ya, Isyana, bagaimana dengan kesehatan paman Mirani? “

Isyana menatapku, tersenyum pahit dan berkata dengan enggan, “Tubuhnya seharusnya masih baik-baik. “

Jawaban dua makna Isyana membuatku sedikit terkejut. Aku bertanya kepadanya lagi, “Apa maksudmu ini? “

Isyana mengambil cangkir teh, menghela nafas. Wajahnya sedikit kecewa. Kemudian mendengar bisikannya, “Ugie, sebenarnya sekarang aku jarang melihat ayah di perusahaan. “

Aku merasa bingung dan bertanya kepadanya lagi, “Apakah paman Mirani tidak sering ke perusahaan? “

Tepat ketika Isyana ingin menjawab, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Aku berkata “masuk”. Pintu terbuka dan melihat Jane berpakai rok panjang berdiri di depan pintu.

Aku kaget. Tidak menyangka Jane akan datang. Kami sudah lama tidak bertemu, selain kadang-kadang mengobrol di WeChat, kami tidak pernah saling menghubungi. Jane sedikit berbeda dengan biasanya, mungkin karena pekerjaan, karena dia jarang memakai rok panjang. Belum lagi dia memakai make up hari ini.

Jane juga sedikit kaget, ketika dia melihat Isyana juga disini. Tetapi dengan segera, dia melihat kami berdua dan berkata, “Apakah aku ke sini dengan waktu yang salah? “

Dulu ketika bertemu dengan Jane di tempat mana pun, aku tidak pernah merasa canggung. Tapi sekarang berbeda, sejak kemarin dia menyatakan perasaan kepadaku, ketika aku melihatnya lagi, aku merasa sedikit tidak nyaman.

Aku dan Isyana berdiri. Melihat Jane, sebelum aku berbicara, Isyana berkata duluan, dia berkata dengan senyum, “Jane, lama tidak bertemu. Ayo duduk. “

Setelah mengatakan itu, Isyana menyerahkan kursinya ke Jane.

Begitu Jane duduk, Isyana langsung berkata lagi, “Jane, sebenarnya aku sangat berterima kasih kepadamu. Aku selalu ingin berbicara denganmu. “

Jane memandang Isyana dengan bingung, bertanya dengan senyum, “Presdir Mirani, untuk apa kamu berterima kasih kepadaku? “

Isyana tersenyum lembut, menoleh dan melihatku, kemudian berkata kepada Jane, “Kali itu aku salah menyalahkan Ugie, jika bukan kamu yang membantu di tengah, kami berdua mungkin masih sebagai orang asing. Perlukah aku berterima kasih kepadamu? “

Isyana berkata, berbalik dan bertanya padaku, “Ugie, betul tidak yang aku katakan? “

Aku sedikit konyol dan mengangguk dengan cepat.

Penampilan Isyana hari ini benar-benar mengejutkanku. Dia memberikan orang merasa bahwa sepertinya dia adalah nyonya studio ini. Ketika berbicara, juga berbicara sebagai tuan rumah, ini sangat mengejutkanku.

Selaln itu, Isyana membicarakan hal ini dengan Jane. Ada arti tersirat yaitu, aku berterima kasih padamu dan sekarang aku dan Ugie baik-baik saja. Maksudnya seperti menyatakan kepemilikan.

Aku juga tidak berani berbicara. Aku takut salah berbicara dan menyinggung salah satu dari mereka. Sejujurnya, aku tidak berani menyinggung mereka berdua. Isyana, adalah wanita yang aku sukai. Jane, dia banyak membantuku, aku berhutang banyak padanya. Sehingga aku memilih untuk diam dan mendengarkan mereka berdua.

Jane tidak bodoh, dia mengerti maksud Isyana. Melihat Isyana, Jane tersenyum dan berkata dengan lembut, “Presdir Mirani, kamu tidak perlu berterima kasih padaku untuk hal ini, ini hanya membuktikan bahwa jodoh kamu dan Ugie belum berakhir. Jika sudah berakhir, betapa banyak aku membantu, juga tidak ada gunanya. “

Mereka berdua berngobrol sebentar. Maksud tersirat mereka, aku juga berpura-pura tidak mengerti.

Beberapa saat kemudian, Isyana berdiri, melihat Jane, “Jane, kamu duduk dulu, sudah tiba waktunya aku pergi bekerja. “

Setelah selesai berkata, Isyana mengambil kotak bekal yang di meja, melihatku dan berkata dengan senyum, “Ugie, aku pergi duluan. Katakan kepadaku terlebih dahulu, apa yang mau kamu makan besok, aku akan menyiapkannya untukmu. “

Kata-kata Isyana, membuatku tersenyum pahit. Ini pertama kalinya aku merasa bahwa Isyana licik, makan siang ini sebenarnya disiapkan oleh Bibi Salim, tapi dia sengaja tidak mengatakannya. Aku tahu, dia sengaja berkata begitu untuk didengar Jane.

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu