Love And Pain, Me And Her - Bab 273 Penyebab Resign Kerja

Jane datang tepat waktu. Baru saja jam Sembilan, dia sudah tiba. Sudah sekian lama tidak berjumpa dengannya, Jane tetap saja terlihat cantik. Dia duduk di hadapanku, sambil melepaskan mantelnya. Lalu dia bertanya padaku,

“Apakah sudah menunggu lama?”

Aku menggelengkan kepala. Melihat Jane tampak kedinginan, aku bertanya kepada dia dengan penasaran, “Apakah kamu tidak membawa mobil?”

Jane menggelengkan kepalanya.

“Tujuan mengajakmu keluar adalah untuk minum dan bercerita, jika membawa mobil, apakah masih bisa minum?”

Aku tersenyum sejenak. Tidak disangka Jane telah memikirkannya.

Aku membuka sebotol bir, dan menuangkannya untuk Jane. Kami berdua membenturkan gelas kami, setelah meminumnya, aku bertanya kepada Jane, “Apakah kamu sudah bertemu dengan Riski?”

Siapa sangka Jane tidak menjawabku. Wanita itu menatapku, dan bertanya, “Saat ini kita jangan membicarakan mengenai Riski. Lebih baik mengatakan kenapa kamu melakukan resign, aku lebih tertarik dengan masalah ini, dari pada Riski”

Topik ini, membuat hatiku yang awalnya terasa tenang, kembali menjadi berat. Aku mengambil gelas, dan berpura-pura tersenyum, “Apa yang harus dikatakan lagi? Kamu pergi saja ke gedung perkantoran, masalah seperti ini terjadi setiap hari”

Sikapku membuat Jane sedikit tidak senang. Jane segera membantah, “Aku tidak tertarik dengan masalah orang lain. Aku ingin mengetahui alasan kamu melakukan resign. Setahu aku, hubungan percintaan kamu dengan Presdir Mirani sangat baik, kenapa kamu melakukan resign pada saat seperti ini?”

Jane sebagai seorang wartawan, tampaknya lebih sensitif dari orang biasanya. Perkataannya, langsung tertuju pada inti pertanyaan yang ingin dirinya tanyakan.

Aku meminum bir, dan tidak berkata apa pun. Selain beberapa orang yang sudah mengetahui masalah ini, aku tidak ingin membicarakan masalah ini lagi kepada orang lain. Kemudian aku mengeluarkan sebatang rokok, dan menghisapnya. Lalu aku mengalihkan tatapanku menuju ke luar jendela.

Melihat aku tidak berkata apa pun, Jane mengambil gelasnya, dan meminum bir, lalu dia menatapku sambil berkata, “Ugie, jika kamu masih menganggapku sebagai teman. Maka diriku meminta kamu untuk mengatakan alasannya kepadaku”

Nada bicara Jane terdengar sangat serius, yang membuatku merasa sedikit tertekan.

Aku membalikkan kepalaku, dan menatap Jane. Saat ini Jane sudah berkata seperti ini, aku hanya dapat mengungkapkannya, “Dua alasan, yang pertama, dijebak oleh orang lain. Yang kedua, Isyana salah paham denganku”

Setelah mendengar perkataan Ugie, Jane segera berkata, “Lebih jelas lagi, apa yang terjadi!”

Kali ini aku tidak menutupnya lagi. Dan mulai mengungkapkan masalah Gao Le. Setelah mengatakan masalah ini, Jane segera bertanya lagi, “Kalau begitu ada masalah apa lagi yang membuat Isyana salah paham denganmu?”

Aku menatap Jane, dan tersenyum pahit sambil berkata, “Karena kamu!”

Jane tertegun. Tetapi reaksinya sangat cepat, dan dia segera berkata, “Apakah karena kemarin aku mengajakmu untuk makan bersama dengan ibuku?”

Aku mengangguk, dan berkata, “Iya, meskipun tante Salim mengetahui masalah ini. Tetapi kami berdua tidak ada yang memberitahu kepada Isyana. Tetapi yang tidak disangka, ketika hari itu bertemu dengan Bang Ndut, dia mengambil foto kita yang sedang makan bersama. Dan mengirimkan foto itu kepada Isyana”

Setelah aku selesai berkata, Jane tiba-tiba tersenyum. Dia memegang gelas bir, dan menatapku. Lalu Jane berkata sambil menghela nafas, “Ugie, apakah kamu percaya? Sebenarnya tadi ketika kamu mengatakan masalah kamu melakukan resign, aku samar-samar merasakan, mungkin berkaitan dengan masalah ini. Tetapi aku mengira karena Tante Salim mengatakan sesuatu kepada Isyana. Aku tidak menyangka bahwa, semua ini karena si Ndut itu”

Aku menghela nafas, dan menatap ke luar jendela. Sebenarnya siapa yang memberitahu Isyana, sudah tidak penting lagi. Yang terpenting adalah, Isyana tidak hanya tidak mempercayai aku, bahkan juga tidak memberikan kesempatan kepada aku untuk menjelaskan semua ini.

Jane menghabiskan bir yang tersisa di dalam gelasnya. Lalu dia mengangkat kepalanya untuk menatapku, dan bertanya, “Ugie, kalau begitu kenapa kamu tidak menjelaskannya kepada Isyana?”

Aku menggelengkan kepalaku, dan tersenyum pahit, aku tidak menjawab Jane. Kemudian Jane bertanya lagi, “Apakah Isyana tidak ingin mendengar penjelasanmu?”

Aku tetap saja tidak berkata apa pun.

Jane meletakkan gelas birnya, dia juga menatap ke pemandangan di luar jendela. Setelah sejenak, dia berkata, “Masalah ini terjadi karena aku, aku akan mencari sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah ini”

Perkataan Jane terdengar merasa bersalah. Ini membuat aku merasa tidak nyaman. Aku segera menggelengkan kepala dan berkata, “Tidak apa-apa, biarkan saja yang sudah berlalu”

Jane tersenyum, dan tidak berkata apa pun.

Kami berdua meminum bir, dan berbicara sejenak. Lalu Jane juga menanyakan apa rencana ke depanku. Tetapi aku tidak memberitahu kepadanya, bahwa aku ingin membangun perusahaan sendiri. Aku hanya mengatakan aku ingin beristirahat untuk sementara.

Malam ini, aku dan Jane tidak meminum bir yang terlalu banyak. Tampaknya Jane juga ada sesuatu, setelah sejenak kemudian, kami berencana untuk pulang. Aku mengantarnya sampai di bawah rumahnya, dan Jane tiba-tiba berkata,

“Ugie, beberapa hari ini aktifkan posnelmu. Aku ingin mencarimu!”

Aku menjawab “Um”, dan mengangguk. Aku tidak mengetahui apa tujuan Jane mencariku, tetapi melihat ekspresinya yang serius, aku menebak seharusnya ada sesuatu.

Sebenarnya jika Jane tidak berkata, aku juga akan mengaktifkan ponselku. Bagaimanapun aku sudah berjanji dengan Amori, untuk membantunya membuat perencanaan KIMFAR. Aku juga perlu berkomunikasi dengannya untuk banyak hal.

Pada hari berikutnya ketika sedang menyusun perencanaan KIMFAR. Ponselku tiba-tiba berdering, panggilan dari kantor penerbitan. Mereka memberitahuku puisi Rose sudah selesai dicetak, dan meminta orang kami untuk pergi mengambilnya. Kemudian aku menelepon Rose, awalnya aku berencana membiarkannya pergi sendiri. Tetapi dia tidak kenal dengan editor itu. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi bersamanya.

Rose tidak menganggapku sebagai orang luar, ribuan buku itu. Dia memintaku untuk membantunya meletakkan buku itu ke dalam mobil. Meskipun aku tak berdaya, tetapi bagaimanapun sudah datang, langsung pulang juga tidak bagus. Akhirnya aku hanya dapat membantunya untuk meletakkan semua buku itu ke dalam mobil.

Sepanjang siang ini, aku telah menjadi pembantu Rose. Setelah itu, aku ditarik Rose ke tempat kontrakannya. Rose menyewa sebuah apartemen single. Baru saja keluar dari dalam mobil, seorang wanita berusia lima puluh lebih berteriak kepadanya, “Hei, kontrak sewamu sudah mau berakhir. Apakah kamu ingin melanjutkannya, jika tidak aku akan memasang spanduk, dan menyewa kepada orang lain?”

Rose sedikit tidak sabar dan berkata kepada wanita tua itu, “Siapa yang mengatakan tidak? Besok aku akan membayarnya kepadamu. Kamu jangan terburu-buru”

Percakapan mereka berdua adalah percakapan yang biasa. Tetapi aku menjadi tertegun setelah mendengarkannya. Tiba-tiba aku mengingat bahwa, rumah yang aku tinggal saat ini, dibayar oleh Isyana. Kemarin telah disepakati bahwa uang sewanya akan dikurang dari gajiku. Saat ini aku sudah resign, dan tidak patut untuk tetap tinggal di sana.

Memikirkan ini, diriku terasa bingung. Tampaknya aku harus berpindah dari rumah itu, dan mengembalikan rumah itu yang sudah aku tinggal selama tiga tahun lebih kepada Isyana.

Ketika memikirkan Isyana, hatiku terasa berat. Ketika sedang mengangkat buku, diriku juga sedikit tidak semangat. Baru saja mengangkat sebagian buku, ponselku tiba-tiba berdering. Aku mengeluarkannya, sebuah pesan yang dikirim oleh Jane. Ketika dibuka, di sana terlihat: “Ugie, jam tiga sore. Kita bertemu diTeh Tongjie! Harus datang tepat waktu, diingat!”

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu