Love And Pain, Me And Her - Bab 485 Urusan Bisnis

Kami berdua mengobrol beberapa patah kata dan Isyana tiba-tiba berkata "Mau merokok?"

Aku berkata "Hmm." Memang benar, sudah hampir dua jam sejak aku masuk. Aku bahkan belum merokok.

Isyana tersenyum pada jawabanku dan berkata dengan sedikit sombong "Kalau kamu mau merokok, tahan dulu. Aku tidak mau bangun, aku sudah merasa nyaman sekarang."

Aku tertawa, kemudian mengulurkan tanganku dan menyentuh wajahnya dengan lembut. Saat Isyana dan aku tengah melakukan gerakan intim seperti ini, dia bahkan tidak keberatan sedikitpun. Meskipun dia mau untuk menjadi pacarku, tetapi dari cara kami berdua bertingkah laku, sepertinya tidak ada bedanya dengan pacaran.

Kami kemudian mengobrol lebih lama, kemudian tiba-tiba aku teringat bahwa aku akan pergi ke Beijing dalam beberapa hari. Jadi aku langsung mengatakan kepadanya "Isyana, dalam beberapa hari ini, aku akan pergi ke Beijing bersama Direktur Papang untuk mengumpulkan dana. Jadi mungkin aku tidak punya waktu untuk berduaan denganmu."

Setelah berbicara, Isyana tiba-tiba memiringkan kepalanya, dia menatapku dan berkata "Investor yang akan kamu temui itu adalah sepupu Robi, yang bernama Viali, kan?"

Ada kalanya aku sangat mengagumi intuisi wanita. Aku tidak pernah menyebutkan hal ini pada Isyana, tetapi dia langsung bisa menebaknya. Tentu saja, aku tidak akan menyembunyikannya darinya, jadi aku menganggukkan kepala.

Isyana menatapku sambil tersenyum dan berkata "Aku juga bisa menebak bahwa dia ada hubungannya denganmu memasuki Cantique, kan?"

Isyana sangat pintar, hanya dari beberapa potongan informasi dia bisa menghubungkan titik-titik itu dan mengambil kesimpulan. Sekali lagi, aku mengangguk dan berkata "Memang, yang dia membantuku menganalisis pengembangan ke depan pada waktu itu. Bergabung ke Cantique, adalah salah satu sarannya."

Begitu aku selesai, Isyana tiba-tiba mengangkat tangannya. Dia meraih daguku dan menariknya ke bawah, lalu dengan tegas, dia berkata "Ugie, mungkin aku tidak terlibat dalam urusan pekerjaanmu. Tapi jangan katakan aku tidak mengingatkanmu bahwa Viali adalah wanita cantik sekaligus pengusaha sukses. Kamu hanya boleh berbicara tentang pekerjaan dan tidak boleh berbicara tentang hal lain. "

Aku menatap Isyana dan tertawa getir. Dan Isyana tidak mau menyerah, dia lalu mencubit daguku dengan keras dan berpura-pura serius dan berkata "Kamu dengar apa yang aku katakan?"

Aku segera menganggukkan kepala "Aku mendengarmu, Direktur Mirani!"

Isyana memberiku tatapan kosong lagi, yang membuat tanganku menjauh.

Setelah mengobrol beberapa saat, Isyana tiba-tiba teringat sesuatu, dia duduk, menatapku dan berkata "Ngomong-ngomong, Ugie, Jane sekarang ada di Beijing, kan? Jangan lupa temuilah dia setelah kamu sampai disana, kamu tentu tahu bagaimana rasanya berada di posisi tak berdaya tanpa ada yang membantu. "

Aku langsung menganggukkan kepalaku. Sebenarnya Isyana tanpa mengatakannya pun aku sudah tahu, karena aku sangat berhutang budi padanya dan untuk sementara aku tidak tahu bagaimana caranya untuk menebusnya.

Dalam waktu kurang dari seminggu, aku menyelesaikan semua materi yang aku perlukan. Kemudian Papang, aku dan dua rekan kami langsung terbang dan menuju ke Beijing.

Cantique memiliki cabang di Beijing, jadi begitu kami turun dari pesawat, kami langsung naik mobil yang dikirim oleh cabang dan langsung menuju ke hotel. Setelah sampai, Papang masuk ke kamarku. Begitu memasuki ruangan, dia bertanya kepadaku "Ugie, apakah kita akan memanggil Direktur Viali dan membuat janji? Kapan sebaiknya kita akan bertemu?"

Sebenarnya sebelum aku datang, aku ingin menghubungi Viali dulu. Tetapi Papang tidak setuju, dia khawatir kalau Viali tidak akan bersedia ditemui dalam waktu dekat. Jadi kami memilih untuk langsung datang, karena dia akan sungkan untuk tidak menemui kami meskipun dia sedang sangat sibuk.

Setelah Papang mengatakan itu, aku mengeluarkan ponsel dan langsung menelepon Viali. Dulu ketika aku akan menelepon Viali selalu harus melalui asistennya. Tetapi sekarang sepertinya tidak perlu, karena setiap kali aku meneleponnya, Viali lah yang langsung menjawab teleponnya.

Begitu telepon masuk, aku mendengar suara tajam Viali di ujung telepon "Ugie, ada apa?"

Karena aku harus menemui Viali untuk urusan bisnis. Maka aku harus meletakkan posisi untuk menyapanya dan berkata "Direktur Viali, saya saat ini sedang di Beijing dengan Direktur Papang. Kapan anda punya waktu, kami ingin berbicara dengan anda."

"Oh? Cepat sekali?"

Komentar Viali agak membingungkanku. Dia sepertinya menyadari bahwa aku tidak mengerti maksudnya, kemudian dia menjelaskan "Kamu baru bekerja kurang dari sebulan dan kamu sekarang mengerjakan bagian keuangan?"

Tujuan pertemuan kami dengan Viali, tentu saja, sudah jelas baginya. Tetapi pertanyaannya malah membuatku tertawa. Sebenarnya aku tidak mau, tetapi sekarang likuiditas perusahaan sedang sulit dan tanpa pembiayaan, hari-hari berikutnya akan menjadi semakin sulit.

Aku langsung menjawab "Iya, saat ini sayalah yang bertanggung jawab dalam hal keuangan. Lalu Direktur Viali, anda belum mengatakan kapan anda akan punya waktu untuk dapat bertemu dengan kami."

Begitu percakapan selesai, aku mendengar Viali memanggil asistennya. Aku tahu bahwa dia sedang melihat jadwalnya selama beberapa hari ke depan. Apa yang dikatakan oleh asisten itu, aku tidak bisa mendengar dengan jelas. Setelah beberapa saat, aku mendengar Viali berkata "Saya bisa memberimu waktu dua jam besok dari jam lima sampai jam tujuh. Dan saya akan mentraktirmu makan malam dan kita akan berbicara sambil makan. Anggap saja kalau kalian berdua sudah mendapat persetujuan. "

Aku berjanji dan menutup telepon. Kemudian aku memberi tahu Papang apa yang baru saja dikatakan Viali kepadaku. Begitu aku selesai, Papang menjentikkan jarinya. Dia bergegas menuju ke arahku dan berkata dengan penuh semangat "Ugie, selama tidak ada gangguan yang berarti esoknya. Kita pasti akan berhasil ."

Aku memandang Papang dengan bingung, karena tidak mengerti dengan apa yang dia maksuk.

Papang, masih dengan gelisah, menatapku dan menjelaskan, “Kamu tidak mengerti. Kamu pernah tahu debitur mana yang diundang oleh Direktur Viali untuk makan malam? Dia mengundang kita dan ingin berbicara dengan kita akan sambil makan. Itu membuktikan bahwa dia menganggap kita sebagai rekan kerja . "

Mendengar kata-kata Papang, aku tentu setuju dengannya. Karena Viali sudah mengenal Cantique sebelumnya. Terakhir kali dia menolak Papang, karena team buildingnya tidak terlalu bagus dan sekarang Papang memiliki tambahan kekuatan dan ditambah dengan keikutsertaanku. Jadi aku tidak berpikir kalau itu adalah masalah lagi.

Setelah mengobrol dengan Papang, kami berdua pergi ke cabang Beijing untuk melihat - lihat. Kantor utama perusahaan sekarang berada di kota kelas pertama dan kedua di dalam negeri. Seperti di bagian utara, Guangzhou, Shenzhen, semua memiliki cabang perusahaan.

Sore harinya, Papang berencana mengadakan jamuan makan malam untuk para eksekutif cabang Beijing. Tapi aku sedang memikirkan Jane, jadi aku mengambil cuti dari Papang. Kemudian aku meninggalkan kantor sendirian. Saat ini bulan Juli di Beijing dan cuaca tampak lebih panas daripada di kota kami berasalal.

Aku berdiri di jalan sambil memperhatikan lalu lintas. Dalam pikiranku, aku bertanya-tanya bagaimana Jane bisa bertahan dari kesepiannya di kota asing ini.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu