Love And Pain, Me And Her - Bab 278 Pentingnya Etika

Setelah beberapa obrolan dengan Sutan, aku bertanya lagi, "Sutan, bagaimana kabar Veni baru-baru ini?"

Mengungkit nama Veni, Sutan tersenyum dengan tulus. Dia mengangguk dan berkata, "Baik-baik saja, aku membawanya ke dokter pengobatan tradisional Tiongkok. Sekarang mediasi fisiknya cukup baik. Ugie, aku memberitahumu satu kabar baik lagi. Aku sudah berdiskusi dengan Veni, kami berencana untuk mendapatkan surat pernikahan terlebih dahulu, kemudian pada saat musim panas mendatang, ketika cuacanya bagus, kami baru akan mengadakan pesta pernikahan.”

Begitu kata-kata Sutan keluar, aku langsung menepuk bahunya dengan gembira, berkata dengan gembira, "Bagus sekali! kalian telah mencapai hasil yang baik. Kita harus pesta makan dan minum di malam hari sebelum kalian menerima surat pernikahan. Untuk mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan jomblo dan merayakan sepenuhnya.”

Aku benar-benar sangat senang untuk Sutan. Dia dan Veni telah mengalamai banyak kesulitan, dan akhirnya bisa bersama lagi.

Kami berdua sedang berbicara, di sisi lain terdengar suara Wulandari yang sedikit tidak sabar, "Sutan, kapan kita pergi?"

Dapat dilihat bahwa hubungan Wulandari dan Sutan juga cukup baik sekarang. Di masa lalu, Wulandari selalu memanggil nama lengkap Sutan, tetapi sekarang tata panggil namanya jelas lebih dekat dari sebelumnya.

Sutan memberiku sedikit senyuman segan, menepuk lenganku dan berkata, "Ugie, aku tidak mengobrol denganmu lagi, kita bicarakannya dihari lain nanti, aku harus pergi dulu."

Setelah berkata, dia pergi dengan tergesa-gesa, ketika sampai di pintu, dia berbalik dan melambai padaku lagi.

Asisten kecil itu masih menungguku di pintu lift, dia tersenyum halus padaku ketika melihatku datang, dan aku sedikit segan dan berkata, "Maaf, aku bertemu seorang kenalan!"

Asisten itu juga tidak menganggapnya serius, aku mengikuti dia naik lift. Aku pikir dia membawaku ke kafe hotel biasa. Begitu masuk, aku baru menyadari bahwa ini adalah ruang konferensi kecil yang berkelas atas. Dalam ada sebuah bar kecil dengan semua jenis minuman kelas atas.

Begitu masuk, aku melihat Viali sedang memegang ponselnya dan berdiri di dekat jendela mengatakan sesuatu. Dia sedikit mengangguk kepadaku ketika melihat kami berdua masuk. Ini termasuk sedang menyapaku.

Dan asisten kecil itu sangat ramah, dan meminta aku untuk duduk di sofa dulu, dan juga membuatkanku secangkir teh.

Aku duduk di sofa sambil minum the dengan bosan, dan Viali di depan jendela masih berbicara di telepon. Dari waktu ke waktu, mulutnya keluar kosakata professional, entah indeks Dow Jones apa, indeks NASDAQ apa, dan kemudian IPO A-share atau sesuatu yang aku tidak mengerti.

Sejujurnya, karena aku tahu apa pekerjaan Viali. Jika aku bertemu dengan seseorang yang menelepon berbicara seperti ini di jalan, aku akan merasa dia adalah seorang psikopat atau berpikir dia sedang menyombongkan dirinya.

Secangkir teh sudah hampir habis, Viali baru meletakkan ponselnya. Dia bergegas berjalan ke arahku, begitu dia duduk, dia baru saja ingin berbicara, tetapi aku berkata terlebih dulu, "Presdir Viali, kamu sudah menelepon selama 27 menit sejak aku masuk, aku sedikit tidak mengerti, Presdir Viali kamu adalah seseorang yang sangat menghargai waktu, bagaimana kamu bisa menyia-nyiakan waktu orang lain dengan begitu mudah?”

Viali tertegun sejenak. Dia tidak menyangka aku akan bertindak seperti ini padanya begitu kami bertemu.

Alasan mengapa aku bersikap seperti ini sangat sederhana. Pertama, pada saat di Beijing kemarin, dia lebih keterlaluan dari ini. Kedua, dia hanya sekedar mengangguk kepadaku ketika aku masuk tadi, bahkan tidak tersenyum. Karena dia begitu tidak beretika, jadi aku juga tidak perlu bersikap sopan padanya. Ada juga, berbicara dengan orang seperti ini, harus mengambil kesempatan, jika tidak, pembicaraan berikutnya akan terus dikendalikan olehnya.

Viali tertegun beberapa saat, kemudian kembali seperti biasa, dia menatapku, dan berkata dengan tenang,

Mustahil bagi Viali untuk meminta maaf, sekarang dia sudah meminta maaf, aku juga tidak perlu bersikap enggan lagi. Tetapi aku masih memandangnya dan berkata,

"Presdir Viali, kamu memiliki jadwal yang penuh setiap hari. Apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan setiap saat, itu semua sudah memiliki rencana yang terperinci, tetapi apakah kamu tidak merasa kamu hidup seperti sebuah robot? Apakah kamu punya kesenangan lain dalam hidup? "

Viali sekali lagi tertegun. Baru saja bertemu, dua topik yang aku katakana ini semuanya di luar harapannya, tetapi dia segera berkata, “Ugie! Kamu juga lulus dari universitas yang terkenal. Apakah perlu aku menjelaskan ideologi subjektif sekali lagi kepadamu?”

Harus mengakui bahwa Viali sangat fasih berbicara. Kata-katanya membuat aku tidak tahu bagaimana membantahnya. Dia sepertinya juga tidak ingin memberiku kesempatan untuk membantah, dia melanjutkan,

"Ugie! Bertemu denganmu hari ini, aku terutama ingin tahu mengapa Robi tiba-tiba ingin membeli perusahaan periklanan?"

Ketika Viali mengatakan ini, ekspresinya dingin dan matanya tajam. Dia menatapku seperti itu, dan membuatku sangat tidak nyaman.

Aku mencibir, mengeluarkan sebatang rokok, baru saja ingin menyalakannya, Viali tiba-tiba mengerutkan kening dan berkata, "Ugie, bahkan etika paling dasar pun kamu tidak mungkin tidak tahu, kan? Kamu ingin merokok di depan seorang wanita?"

Aku terkesima, tetapi aku masih menyalakan rokok, setelah itu aku sengaja berkata, "Iya, benar kata Presdir Viali, aku ada seorang pria yang tanpa sopan santun!”

Viali menatapku tanpa mengucapkan sepatah kata pun, yang membuatku sedikit tidak nyaman, tetapi aku masih berpura-pura acuh tak acuh dan terus merokok.

Viali tidak lagi terus peduli dengan masalah ini, dia masih bertanya padaku, "Kamu belum menjawab pertanyaanku."

Dia merujuk pada pembelian agen periklanan oleh Robi.

Aku mencibir dan menatapnya. “Presdir Viali, Robi ada di kota ini, kamu bisa secara langsung bertanya padanya, aku tidak mengerti mengapa kamu harus berkeliling selingkaran besar dan bertanya kepada aku yang tidak tahu etike ini! "

Aku masih berjuang keras untuk melawan.

Viali tersenyum, tetapi itu senyuman ejekan. Dia berdiri perlahan, meletakkan tangannya di saku celana, berjalan bolak-balik, harus mengakui, bahwa postur tubuh berjalan Viali dan temperamennya yang alami memberi orang perasaan semacam yang sangat mulia, bahkan model di panggung pun tidak bisa menirunya.

Tiba-tiba, dia berhenti dan menatapku, masih terlihat dingin, dia berkata dengan tenang, "Setau aku! Kamu terus berkecimpung di industri periklanan sejak lulus, dan di dalam lingkaran kamu, itu juga sedikit terkenal. Pekerjaan pertama kamu adalah perencanaan periklanan, kamu telah melakukannya selama lebih dari dua tahun, karena putus dengan pacar, kamu memilih untuk berhenti. Lalu pekerjaan kedua kamu bekerja selama sekitar setengah tahun, dari penjualan biasa menjadi asisten khusus ke kantor Presiden! Ini adalah promosi yang luar biasa, tetapi kamu berhenti lagi baru-baru ini! Apakah aku benar? "

Kali ini giliran aku yang tertegun! aku tidak menyangka Viali akan tahu banyak tentang resume aku.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu