Love And Pain, Me And Her - Bab 156

Tidak tau kenapa, setelah mengirimkan pesan itu, aku malah lebih sadar dari biasanya, sepertinya lebih sadar daripada tidak minum bir.

Aku meletakkan handphone disamping, berbaring ditempat tidur dan berpikir sembarangan. Memikirkan pertemuanku dan Isyana; memikirkan aku pernah makan di rumahnya; memikirkan dia memberikan hadiah kepadaku; terlebih memikirkan perngakuanku kepadanya di pinggir sungai.

Masa lalu terpampang jelas didepan mata! Tapi semua kesenangan dan kebahagiaan tidak bisa mengalahkan tatapan kecewa Isyana hari itu. Antaraku dan Isyana adalah percintaan yang masih belum dimulai, tapi sudah berakhir.

Hati sangat sakit, tapi harus menghadapi kenyataan ini.

Besok adalah hari ketigam Nogo akan membayar kerugian kepada Kimfar. Sedangkan aku juga sudah seharusnya meninggalkan Nogo. Yang paling disayangkan adalah, aku meninggalkan sana sebagai si gagal.

Aku menyalakan rokokku, dengan diam menghisap rokokku.

tiba-tiba, tidak menyangka Isyana akan membalasku. Tapi pada saat dia benar-benar membalas, aku malah sedikit tidak berani membukanya. Aku takut melihat kekecewaan di perkataan Isyana.

Aku menghisap rokokku dalam, pelan-pelan membuka surat. Hanya ada dua kata: "Cepat istirahat!"

Aku tidak tau, Isyana sedang dalam perasaan yang seperti apa membalas pesanku. Apakah perhatian? Atau kecewa? Ataupun kecuekan yang dingin. Kuletakkan handphoneku, lagi-lagi terjatuh ke dalam penderitaan yang dalam.

Hari kedua pagi-pagi sekali, saat aku membawa tubuh lelahku datang ke perusahaan. Melihat sangat banyak karyawan divisi penjualan sedang berbincang dengan suara kecil. Melihatku masuk kedalam, mereka langsung diam, kembali ke tempat mereka masing-masing.

Aku tau, mereka sedang membicarakanku, membicarakan ganti rugi Nogo kali ini. Aku duduk di tempatu, sedangkan Armin yang tidak jauh, dengan dingin berkata, "Ada orang memang tidak tau malu. Membawakan kerugian begitu besar kepada perusahaan, masih berani datang bekerja, kalau aku, sudah pergi mengundurkan diri"

Semua orang tau kalau dia sedang membicarakanku. Tentu saja aku juga tau, tapi aku tidak bisa membantah. Bagaimana juga, aku yang menyebabkan masalah ini.

Seperti Armin belum cukup, dia lanjut mengatakan, "Mengira dirinya bisa mendapatkan kerjasama besar dari Kimfar langsung merasa sok hebat"

Armin masih belum selesai berbicara. Langung mendengar suara seprang wanita, terdengar dari luar pintu sana, "Kamu sudah selesai bicara belum? Kalau kamu tidak ada kerjaan, pergi ke bawah temui pelanggan. Setiap hari di kantor hanya bisa bergosip saja, aku lihat kamu lebih parah dari ibu rumah tangga"

Tidak ada satu orangpun yang berani membalikkan kepalanya. Sedangkan aku tidak perlu membalikkan kepala, juga tau kalau ini adalah suara Kalin.

Aku membalikkan kepada melihat Kalin, tersenyum pahit kepadanya. Kalin juga sama tersenyum padaku, setelahnya seperti berkata kepadaku, juga berkata kepada semua orang, "Menjadi bagian penjualan memang seperti ini. Ada kemungkinan menghadapi kesulitan apapun, tapi harus ingat satu hal, tidak peduli itu keberhasilan ataupun kesulitan, suatu saat pasti akan berlalu"

Kalin sambil berbicara, membalikkan pinggang rampingnya, kembali ke kantornya sendiri.

Aku tau dia sedang menyemangatiku. Tapi sekarang sepertinya tidak perlu lagi. Aku mulai menyimpan barangku dengan diam. Setelah menyimpan semuanya, aku membuka document di dalam komputer, mengetikkan 3 kata: Surat Pengunduran Diri.

Setelah mengetikkan tiga kata ini, otakku langsung kosong. Mengundurkan diri dengan alasan apa? Kelalaian dalam pekerjaan, atau alasan lainnya? Aku bingung.

Wechat di handphone menampilkan pesan. Aku mengambil dan membuka, melihat Lulu mengirimkan sebuah pesan untukku, isinya adalah: "Dana untuk mengganti rugi sudah sampai, Presdir Mirani sudah menandatanganinya. Jam 3 sore, Presdir Mirani dan direktur Adel akan pergi ke Kimfar"

Aku melihat pesan ini, hatiku suram sekali. Aku tau alasan Isyana memilih pergi langsung, karena dia tidak ingin kehilangan pelanggan sepenting Kimfar. Dia ingin setelah mengganti rugi, masih bisa lanjut bekerja sama dengan Kimfar. Tapi mengenai bisa atau tidak, semua bergantung pada Bong.

Sebuah pesan, aku melihatnya begitu lama. Tapi tidak tau harus bagaimana membalas Lulu. Setelah beberapa saat, Lulu mengirimkan sebuah pesan lagi: "Ugie, ayo bangkit lagi. Cari kesempatan jelaskan lagi kepada Presdir Mirani! Aku percaya dia bisa mengerti"

Aku tersenyum pahit. Hiburan Lulu bagiku sudah tidak ada gunanya lagi. Memikir beberapa saat, aku membalasnya: "Kalau Presdir Mirani sudah selesai tandatangan dengan Kimfar, beritahu aku. Aku ada sesuatu mencari Presdir Mirani"

Tidak lama pesan itu kukirim, Lulu langsung membalas: "Membicarakan apa? Kenapa tidak membicarakannya sekarang? Sekarang Presdir Mirani ada di kantor, juga tidak ada orang yang mencarinya. Ugie, kamu bukan mau mengundurkan diri bukan?"

Lulu sangat pintar, dia tau maksudku.

Aku membalasnya satu kata, "Ehn!"

Lulu langsung membalasku, "Ugie, kamu gegabah sekali! Kamu tau tidak kalau kamu mengundurkan diri sama saja dengan apa? Sebelumnya semua usahamu kepada Presdir Mirani, akan sia-sia. Bukankah kamu menyukai Presdir Mirani? Dulu aku tidak menyemangatimu, tapi sekarang, aku menyemangatimu mengejarnya. Meskipun aku pernah bilang kamu dan Presdir Mirani ada perbedaan, tapi aku bisa merasakan, kamu benar-benar peduli dengan Presdir Mirani. Setidaknya lebih peduli daripada pria-pria lainnya, sungguh!"

Aku tersenyum kecil. Tidak kusangka saat ini, Lulu malah mendukungku mengejar Isyana.

Tapi, semuanya sudah terlambat! Semuanya sudah seperti air sungai yang mengalir, tidak bisa kembali lagi.

Aku tidak membalas pesan Lulu. Berhadapan dengan komputer, mulai menuliskan surat pengunduran diriku. Setelah menulisnya sekali, tidak puas, hapus! Tulis sekali lagi, masih saja tidak puas, hapus lagi.

Sampai terakhir, lebih baik aku hanya menuliskan: "Bertemu baik-baik, berpisah baik-baik!"

Kalimat ini awalnya digunakan pria dan wanita ketika bercerai. Tetapi aku menuliskan didalam surat pengunduran diri, malah jelas sekali sangat ccok. Mungkin aku meninggalkan Nogo, bagiku, bagi Isyana, bagi Nogo adalah hal yang sukacita.

Aku memprint surat itu. Menuliskan namaku sendiri. Menunggu setelah ganti rugi hari ini berakhir, aku memberikannya langsung kepada Isyana. Pada saat datang, Isyana yang memperkerjakanku. Pada saat pergi, aku juga ingin berpamit langsung kepadanya.

Ini juga satu hari yang menyiksa lagi.

Pada sata jam 1 sore, Lulu mengirimkan pesan lagi kepadaku, dia mengatakan padaku. Presdir Mirani membawa direktur Adel, sudah berangkat ke Kimfar.

Aku yang sebelumnya, seperti tersangka yang menunggu hasil persidangan hukum. Tapi saat melihat pesan ini, hatiku malah mempunyai semacam perasaan terlepas.

Semuanya sudah seharusnya berakhir!

Aku berdiri, berencana pergi merokok. Baru saja mau pergi, handphoneku berbunyi. Begitu mengambilnya keluar, adalah nomor tetap dari resepsionis.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu