Love And Pain, Me And Her - Bab 24 Perjalanan Bisnis Bersama

Berbaring diatas kasur, aku seharian merasa pusing. Sangat jelas aku tidak seperti biasanya, aku mabuk. Saat aku menutup mata, bayangan Raisa lagi-lagi muncul di pikiranku. Mungkin juga karena terlalu banyak minum, bayangan Raisa pelan-pelan memudar. Pada akhirnya berubah menjadi Isyana.

Aku tidak tahu kapan aku tertidur. Yang kutahu hanyalah, suara ketukan pintu membuatku bangun dari mimpi.

Bangun dari kasur dalam keadaan linglung. Tiba-tiba aku teringat bahwa hari ini aku mau ke Hainan. Aku sambil mengenakan pakaian sambil membuka pintu.

Begitu pintu terbuka, si asisten muda Lulu berdiri di depan pintu dengan wajah marah. Aku sedikit terkejut, baru saja mau bertanya bagaimana dia tahu alamat rumahku dan apa yang mau dia lakukan disini.

Sebelum sempat membuka mulut, Lulu berkata sambil memelototiku, "Ugie, kamu yang benar saja. Menyuruh kamu melakukan perjalanan bisnis, harus aku sendiri yang menjemputmu secara langsung. Ponselmu juga tidak kamu aktifkan, kamu sebenarnya mau bagaimana?"

Lulu memarahiku seperti petasan. Aku buru-buru mengenakan pakaian dan mengecek ponsel. Tidak tahu jam berapa aku membuat ponselku ke mode senyap semalam. Terlihat ada tujuh atau delapan panggilan tidak terjawab, awalnya Lulu yang menelepon, dan pada akhirnya Isyana secara pribadi yang menelepon.

Aku sembarangan berpakaian, sambil menyikat gigi dengan tergesa-gesa sambil bertanya pada Lulu, "Maaf, aku kesiangan. Bagaimana dengan Presdir Mirani ? Apakah dia sudah pergi ke bandara?"

Lulu menatapku dan berkata dengan nada kurang mengenakkan, "Kamu memang pahlawan kesiangan. Bagaimana mungkin Presdir Mirani pergi ke bandara, dia sedang menunggumu dibawah.”

Aku sedang berkumur ketika mendengar kata-kata Lulu, yang membuatku sangat bersemangat. Sampai-sampai seteguk air untuk berkumur tadi tertelan.

Kelakuan lucuku membuat Lulu tertawa, dia menatapku dan berkata, "Buruan! Presdir Mirani sudah marah! Jika membuang waktu, kamu akan ketinggalan pesawat."

Turun dengan Lulu. Langsung terlihat mobil LS460 warna anggur merah milik Isyana, sedang parkir di lantai bawah. Lulu duduk di kursi penumpang depan. Aku duduk di kursi belakang.

Begitu naik ke mobil, terlihat Isyana yang mengenakan kacamata hitam sedang duduk di dalam dengan wajah dingin. Saat mobil baru berjalan, aku langsung berkata kepada Isyana dengan hati-hati, "Maaf, Presdir Mirani. Aku bangun terlambat hari ini."

Isyana selalu melihat keluar jendela dan menutup telinga terhadap apa yang aku katakan. Lulu menatapku dari kaca spion. Lalu, dia mengambil dokumen dari tasnya dan menyerahkannya padaku sambil mengatakan,

"Ini dokumen tentang rencana produk baru KIMFAR, kamu pelajari dulu sekarang."

Aku tertegun, tetapi tetap menerima dokumen perencanaan itu, dan bertanya kepada Lulu dengan suara rendah, "Perencana perusahaan tidak ikut?"

Lulu menatapku dan tidak menjawab pertanyaanku sama sekali.

Aku sedikit depresi. Kedua wanita ini tidak menghiraukanku, tampaknya mereka benar-benar marah kepadaku. Aku juga sedikit menyalahkan diri sendiri, baru pertama kali terlibat dalam bisnis yang begitu penting. Aku selain terlambat, juga membuat presiden menjemputku secara langsung. Kalau dipikir-pikir aku memang keterlaluan.

Supir itu berkendara kencang. Ketika tiba di bandara, Lulu pergi melakukan check-in. Lalu ketika dia memberikannya kepadaku dan Isyana, aku baru menyadari. Kali ini berada di pesawat kelas bisnis. Aku belum pernah berada di kelas bisnis sebelumnya. Dan Lulu tidak pergi bersama kami, hanya aku dan Isyana berdua yang pergi ke Hainan.

Ketika mau melewati bagian pengecekan keamanan. Isyana memanggil Lulu ke samping dan keduanya bergumam untuk waktu yang lama. Tidak tahu apa yang dikatakan Isyana pada Lulu.

Semuanya beres. Setelah naik ke pesawat, Isyana masih tidak menghiraukanku. Aku lebih baik bersandar saja di kursi yang luas sambil berpura-pura melihat dokumen perencanaan yang ada di tanganku.

Dikarenakan terlalu banyak minum anggur semalam, dan lagi tidak cukup istirahat. Setelah melihatnya sebentar, aku merasa sedikit mengantuk, maka aku bersiap untuk menutup mata. Tiba-tiba Isyana bertanya kepadaku, "Berapa banyak yang kamu minum semalam? Tubuhmu masih bau alkohol."

Aku tersenyum canggung, tidak tahu bagaimana menjawab kata-kata Isyana.

"Raisa ada diantara orang-orang yang minum bersamakan?”

Kata-kata Isyana sedikit mengejutkanku. Aku meliriknya. Wajahnya yang cantik masih tetap dingin.

Aku bertanya balik padanya, "Bagaimana kamu bisa tahu?"

Isyana menatapku dengan tatapan kosong, tetapi dia tidak menjawab pertanyaanku.

Semakin Isyana seperti ini, semakin aku penasaran. Ada terlalu banyak hal yang tidak aku ketahui tentang wanita ini. Aku juga tidak tahu latar belakangnya dan mengapa dia berada dalam kesulitan. Tapi sepertinya dia lebih banyak tahu tentang aku. Sebenarnya dia tahu ada Raisa saat aku minum semalam. Itu membuatku merasa sedikit aneh.

Sepanjang jalan, Isyana mengabaikanku. Setelah turun dari pesawat, kami naik taksi ke hotel. Hotel ini berada di Yalong Bay, hotel bintang lima. Setiba di kamar dan menaruh barang-barang. Aku berniat naik ke tempat tidur dan beristirahat. Tetapi telepon berdering, ternyata Isyana memintaku untuk datang ke kamarnya.

Kamar Isyana adalah kamar suite bisnis. Begitu aku masuk, Isyana memelototiku. Itu membuatku sedikit tidak nyaman. Setelah beberapa saat, dia baru bertanya kepadaku, "Kamu hanya membawa satu setelan ini?"

Jelas, Isyana tidak puas dengan setelanku. Aku tersenyum canggung, menunduk memandangi setelanku dan berkata, "Ini setelanku yang paling mahal."

Isyana tidak memperdulikanku lagi. Dia mengambil tas tentengnya lalu berjalan menuju pintu dan berkata kepadaku, "Turun bersamaku."

Presdir tetaplah Presdir. Beberapa kata dinginnya, harus segera kulakukan.

Ketika tiba di lobi, Isyana membawaku ke toko sebelah. Begitu masuk, dia membantuku memilih dua setelan. Harga yang tertera di atasnya membuatku mengigit lidah. Satu setelan lengan pendek harganya lebih dari 10 juta.

Aku mengikuti Isyana dari belakang dan berbisik, "Presdir Mirani, setelan ini terlalu mahal. Aku tidak mampu membelinya"

Isyana tidak menghiraukanku sama sekali. Dia memilih lagi dua celana panjang dan sepasang sepatu. Setelah menggesek kartu dan meninggalkan toko. Dia baru menoleh padaku dan berkata, "Aku akan menemui Presdir Bong Casa malam ini. Kamu tidak mungkin mengenakan setelanmu ini, bukan? Perusahaan akan menanggung sebagian dari setelan-setelan ini untukmu.”

Segera setelah aku mendengar menanggung sebagian, aku segera membuka besar-besar mataku dan berkata, "Presdir Mirani, menanggung sebagian saja tidak cukup! Aku masih juga tidak mampu membayar sisanya "

Aku berkata yang sesungguhnya. Seluruh kekayaanku sekarang, ditotal-total hanya ada 2 juta. Meskipun gaji sudah mau diterima. Tetapi 8 juta itu akan dikurangi lagi biaya kamar oleh Isyana.

Isyana yang dari tadi bersikap dingin, setelah mendengarkan kata-kataku. Dia tiba-tiba tersenyum dan menatapku sambil memiringkan kepala, lalu berkata dengan ringan, "Aku bisa meminjamkan sisanya padamu. Bunganya tiga persen satu hari, harus dikembalikan dalam tiga bulan."

Aku memelototi Isyana dan bergumam, "Kamu lintah darat, mirip pinjol, aku tidak mampu meminjam. Aku tidak ingin setelan ini."

Wajah Isyana menjadi serius dan berkata, "Tidak usah omong kosong, pergi ganti baju. Aku akan menunggumu di kafe, datang ke restoran dalam setengah jam."

Aku tersenyum pahit, mau tidak mau aku melakukan apa yang dia minta.

Aku awalnya berpikir Isyana dan Bong Casa telah duluan membuat janji. Tetapi ketika tiba di restoran, aku baru menyadari bahwa Isyana tidak punya janji sama sekali. Dia melihat sekeliling lalu memilih tempat duduk dekat jendela. Ini tempat yang bagus, bisa melihat air biru pantai.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu