Love And Pain, Me And Her - Bab 621 Mata-mata

Kata-kata Sinarmas sekali lagi membuktikan pemikiranku sebelumnya. Sebelumnya aku sudah berpikir bahwa masalah ini berkaitan dengan Tyas dan Sutan.

Aku melihat Sinarmas, bertanya, "Apakah kamu sudah lapor polisi?"

Sinarmas menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia menjelaskan kepadaku: "Sekarang belum bisa lapor polisi. Isyana baru kehilangan kontak selama beberapa jam. Polisi tidak akan menerima kasus ini. Selain itu, kelakuan Tyas paling hanya akan disebut sebagai perselisihan komersial. Jadi, tidak ada gunanya lapor polisi. Satu-satunya cara adalah pergi ke pengadilan untuk menuntutnya. Tapi aku rasa keputusan pengadilan akan memakan waktu setengah tahun. Pada saat itu, perusahaan entah sudah jadi seperti apa."

Usai bicara, Sinarmas menghela nafas berat. Aku tahu bahwa Sinarmas benar-benar mengkhawatirkan Isyana sekarang. Harus diketahui bahwa saat Djarum memimpin Djarum Group, Sinarmas hanyalah seorang wakil presiden. Setelah Djarum Group dipimpin Isyana, Sinarmas menjadi presiden. Selain itu, aku juga berjanji padanya jika pengembangan perusahaan kembali masuk secara formal, aku akan mengembalikan setengah sahamnya. Oleh karena itu, sekarang dia membantu Isyana dengan sepenuh hati.

Aku sekilas memandangi Sinarmas, bergumam: "Meski begitu, tetap harus lapor polisi!"

Sinarmas menatapku dengan aneh. Aku tidak memberi penjelasan apapun kepadanya. Sebaliknya, aku mengalihkan topik, berkata, "Presiden Sinarmas, aku akan mencari solusi permasalahan ini. Kamu tinggal di perusahaan, jangan membiarkan masalah ini mempengaruhi pekerjaan karyawan. Kita jaga kontak, beri tahu satu sama lain saat ada kabar."

Selesai aku berbicara, Sinarmas segera meraih tanganku. Dia menggenggam tanganku dengan erat, lalu terus-menerus mengucapkan kata terima kasih.

Setelah aku keluar dari Djarum Group, aku mengeluarkan ponsel. Panggilan pertama ditujukan ke Papang. Dia memiliki kenalan di kantor polisi. Aku memberi tahu dia apa yang terjadi dan memintanya untuk membantuku menghubungi orang-orang di kantor polisi. Sebenarnya apa yang dikatakan Sinarmas benar, waktu kehilangan Isyana masih sangat singkat. Jadi, polisi tidak akan mungkin menyelidiki kasus ini. Tapi Sinarmas tidak tahu bahwa aku melaporkan kasus ini dalam bentuk lain.

Setelah menghubungi Papang, aku menelepon Wulandari lagi. Begitu telepon terhubung, suara malas Wulandari terdengar dari ujung lain telepon: "Ugie, ada apa?"

Aku tidak berbasa-basi, langsung bertanya kepadanya: "Di mana Sutan? Apakah kamu tahu?"

Setelah itu, Wulandari mencibir. Dia bertanya balik, "Ugie, menurutmu aku mungkin tahu di mana keberadaannya?"

Hubungan mereka berdua sudah hancur sepenuhnya. Bagi mereka, pernikahan hanya sebatas status. Perkataan Wulandari membuatku sedikit kecewa. Melihat aku diam, dia langsung bertanya: "Ugie, ada apa, apa yang terjadi?"

"Isyana hilang, masalah ini sepertinya berhubungan dengan Sutan"

Aku menyampaikan kronologi kejadian kepada Wulandari secara singkat dan padat. Setelah dia mendengarkan, dia terdiam beberapa saat. Kemudian dia tiba-tiba berkata kepadaku: "Ugie, aku sarankan kamu mengunjungi suatu tempat."

"Di mana?"

Aku langsung bertanya. Melihat aku tergesa-gesa, Wulandari langsung menjawab: "Klinik kecantikan Tyas, Grandos. Aku tahu mereka sering pergi ke Grandos untuk mendiskusikan masalah. Tapi aku tidak yakin apakah mereka juga ada di sana sekarang."

"Oke! Kalau begitu, aku akan pergi ke sana sekarang."

Selesai berbicara, aku hendak mematikan telepon. Wulandari segera berkata lagi: "Ugie, jangan lupa apa yang kamu janjikan padaku!"

Wulandari mengingatkan aku lagi. Tanpa berpikir, aku langsung berkata: "Jangan khawatir, aku ingat."

Aku meletakkan ponsel, mengemudi mobil menuju Grandos.

Karena hari masih pagi, sehingga tidak banyak tamu di Grandos. Aku memarkir mobil. Baru saja masuk, aku langsung dihentikan oleh resepsionis. Dia melontarkan beberapa pertanyaan formalitas kepadaku dengan sopan.

Aku sekilas memandangi resepsionis, lalu berkata: "Aku dari Djarum Group, aku mau menemui Direktur Tyas."

Resepsionis melihatku dengan bingung. Dia segera menggelengkan kepalanya dan berkata:

"Tuan, maaf. Direktur Tyas tidak ada di klinik. Ada apa Anda mencarinya, saya akan menyampaikan kata-kata Anda padanya."

Saat resepsionis berbicara, aku terus menatapnya. Sepertinya dia tidak sedang berbohong. Aku langsung bertanya lagi: "Bagaimana dengan manajermu? Aku bisa bertemu dengannya juga."

Resepsionis menatap aku, dia menggelengkan kepalanya lagi, "Maaf, tuan. Manajer kami juga tidak ada di sini. Dia pergi ke cabang lain untuk melakukan pemeriksaan pekerjaan di sana."

Karena aku melaporkan nama Djarum Group, jadi dia menjawab pertanyaanku dengan sangat detail. Jawabannya membuatku merasa agak lega. Karena aku hanya kenal salah satu dari manajer di Grandos. Aku tidak mengenal manajer lain.

Melihat respsionis, aku mengernyit, berpura-pura gerah: "Kalau begitu, siapa yang bertanggung jawab atas Grandos sekarang?"

Resepsionis terpaku, dia menatapku dengan bingung. Dia tidak langsung menjawab pertanyaanku. Aku berpura-pura kesal, menepuk-nepukkan telapak tangan di meja, berteriak pada saat yang sama: "Panggil penanggung jawab kalian sekarang juga, aku punya urusan yang mendesak! Biar aku kasih tahu kamu, ini adalah urusan yang sebelumnya telah diatur oleh Direktur Tyas. Kalau kalian bertele-tele dan menunda urusan besar ini, Direktur Tyas tidak akan mengampuni kalian."

Resepsionis dibuat ketakutan olehku. Dia melihat aku, segera berkata, "Asistennya Direktur Tyas yang bekerja di klinik ada di sini! Mohon tunggu sebentar, saya akan membantu Anda menghubunginya."

Setelah itu, resepsionis buru-buru menelepon asistennya Tyas. Setelah mengucapkan beberapa kata, resepsionis meletakkan telepon dan mempersilakan aku untuk masuk. Dia memandu aku ke lantai atas.

Asisten ini hanya bertanggung jawab atas bisnis khusus Grandos. Dia hanya sekadar memahami urusan Djarum Group, tidak tahu secara mendalam. Ketika resepsionis dan aku memasuki pintu, asisten itu menatapku dengan bengong: "Tuan, siapa nama Anda?"

Aku melirik resepsionis, resepsionis segera meninggalkan kantor. Hanya aku dan asisten yang tersisa di kantor. Aku masih bersikap dingin, melihatnya, berpura-pura angkuh: "Aku adalah asistennya Sinarmas! Aku punya dokumen yang harus dibawa ke Direktur Tyas sekarang juga."

Asisten ini pastinya pernah mendengar nama Sinarmas. Dia kiranya tahu perselisihan internal Djarum Group. Melihat aku, dia mengira aku adalah orang yang ditugasi Tyas untuk menjadi mata-mata di sisi Sinarmas.

Begitu aku selesai berbicara, dia langsung berkata: "Bukannya aku tidak mau membantu kamu mencari Direktur Tyas. Tapi ketika Direktur Tyas pergi pada pagi hari ini, dia tidak memberi tahu aku ke mana dia pergi."

Asisten itu sepertinya tidak berbohong. Aku berpura-pura sangat terburu-buru, bertanya lagi padanya: "Kalau begitu, apakah tidak ada cara untuk menghubungi Direktur Tyas?"

Asisten itu menggelengkan kepala: "Kedua ponsel Direktur Tyas tidak aktif, Asisten Han juga tidak bisa dihubungi."

Alisku mengerut lebih dalam. Tepat ketika aku kehilangan akal, asisten itu tiba-tiba berkata: "Oh, ya. Ketika Direktur Tyas pergi, dia dan Asisten Han menyebut Villa Gunung Moon."

Apa yang dikatakan asisten itu mengejutkan aku. Jika tebakanku benar, mereka sepertinya berada di Villa Gunung Moon. Aku tidak punya waktu untuk mendalaminya. Aku sekilas menyapa asisten itu, lalu bergegas ke lantai bawah.

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu