Love And Pain, Me And Her - Bab 511 Kamu Harus Mencariku

Isyana juga sedikit marah. Dia kembali menatapku dan berkata tak berdaya,

"Kamu jangan menganggap kata-kata ibu tadi dengan terlalu serius. Jangan sampai menyuruh orang tuamu datang. Aku benar-benar masih belum berpikir untuk menikah."

Aku tersenyum kecut dan menggelengkan kepalaku. Isyana tidak setuju, jadi percuma saja kalau orang tuaku datang.

Yang awalnya hanyalah makan bersama dengan Bibi Salim, tapi akhirnya malah berakhir dengan tidak bahagia. Setelah mengobrol sebentar dengan Isyana, aku turun dan pulang.

Semakin kupikirkan, aku merasa ini semakin aneh. Sebenarnya Bibi Salim kenapa hari ini? Begitu mengemudi sampai di pintu gerbang distrik kecil. Aku tiba-tiba teringat satu hal. Beberapa waktu lalu, aku datang untuk menjemput Isyana. Aku pernah melihat Bibi Salim turun dari mobil Djarum di depan pintu gerbang ini. Saat itu mood Bibi Salim juga sedikit salah. Apakah ada hubungannya saat itu dengan hal ini?

Sepanjang jalan, aku terus memikirkannya. Tapi setelah memikirkannya cukup lama, aku masih tidak menemukan sisi terangnya.

Karena tidak ada jadwal dan rencana lain akhir pekan ini, jadi aku pun sibuk di ruang kerjaku malam ini. Sekarang Cantique telah memulai pemasaran skala besar. Oleh karena itu, aku berusaha untuk langsung menanyakan dan mengawasi sendiri semuanya di semua aspek. Bahkan rencana yang Amori yang dikerjakan langsung olehnya, aku juga harus membacanya lebih dulu dengan cermat, baru setelah itu membiarkannya melaksanakan rencananya itu.

Setelah menyibukkan diri cukup lama, aku mengecek jam. Dan ternyata jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku pun meregangkan otot pinggangku, berniat mandi sebentar lalu tidur. Baru saja berdiri, ponsel yang ada di meja tiba-tiba berdering. Aku pun mengambil ponsel itu lalu melihat kalau ternyata Viali yang meneleponku.

Aku sudah terbiasa dengan kebiasan Viali yang tiba-tiba menelepon di tengah malam. Karena bagaimanapun juga, dia adalah wanita pebisnis yang sering bekerja sampai tengah malam. Baru setelah tengah malam dia istirahat.

Aku menjawab telepon itu, tersenyum dan berkata, "Presdir Viali, apa kamu ini lagi-lagi baru selesai bekerja?"

Viali mengiyakan sejenak, lalu dia tidak bicara omong kosong dan langsung bertanya padaku, “Ugie, aku dengar kalau kamu telah menyelesaikan investasi di putaran a?"

Aku tidak terkejut karena Viali tahu tentang ini. Aku menjawab langsung, "Iya, itu diinvestasikan oleh wakil Presdir Djarum Grup."

Viali tidak menjawabku. Dia terdiam beberapa saat, lalu bertanya padaku, "Ugie, apa kamu pernah memikirkan? Kenapa aku terakhir kali tidak berinvestasi padamu?”

Kata-kata Viali membuatku tercengang. Dia mengatakan terakhir kali bahwa tim kami masih mengalami beberapa masalah. Selain itu, pengajuan nilai nominal kami agak terlalu tinggi. Inilah alasan mengapa dia menolak untuk berinvestasi.

"Mengapa?"

Aku balik bertanya

Viali menjawab perlahan: "Sebenarnya sangat sederhana, aku menunggumu untuk membiarkanmu sendiri yang mencariku.”

Aku kaget karena aku tidak mengerti apa yang dimaksud Viali. Saat itu aku dan Papang mencarinya, kenapa dia masih bilang aku harus mencarinya?

Melihat aku yang tidak bicara, Viali pun juga menyadari kalau aku tidak mengerti apa yang dia maksud. Aku hanya mendengar dia menghela napas berat, lalu lanjut berkata, “Aku ingin membuatmu terus mencariku. Bukan atas nama Cantique, tapi atas namamu sendiri!”

Aku jadi semakin terkejut dengan bodohnya. Karir Viali aku sudah mempelajarinya sejak lama. Walaupun aku tahu, kalau malaikat investor itu memiliki pepatah sendiri, yaitu selain perusahaan mewah untuk investasi. Ada juga investor yang suka berinvestasi pada individu dengan kemampuan yang kuat, walaupun proyeknya biasa-biasa saja, mereka akan tetap memilih untuk berinvestasi. Apakah ini yang dimaksud oleh Viali?

Viali hari ini sedikit berbeda dengan hari-hari biasa. Saat dia bicara biasanya begitu tegas dan lugas, seolah memberikan perasaan serius dan tekun mengerjakan.

Tapi hari ini, di nada bicaranya tersirat luka dan kesedihan yang samar. Suasana hati sedih dan terluka ini membuatku merasa sesak tanpa sadar.

Aku langsung bertanya kepada Viali dengan berkata, "Viali, aku masih belum mengerti apa maksud dari ucapanmu. Aku sudah mengunjungi dan mencarimu bersama dengan presdir Papang. Apa maksudmu ini, kami kurang tulus dan kami harus terus mencarimu lagi dan lagi. Apa ini maksudnya?"

Segera setelah aku bicara, Viali tiba-tiba tersenyum. Tapi aku bisa mendengar dia tersenyum tak berdaya, bahkan terdengar sedih. Lalu, aku mendengarnya pelan-pelan berkata, "Ugie, aku sudah mengatakan semuanya dengan sangat jelas. Yang aku inginkan yaitu kamu mencariku. Sebenarnya selama kamu datang mencariku atas namamu sendiri. Aku tidak akan mengobrol dan membahas mengenai nilai. Dan tidak akan memikirkan sebenarnya Cantique layak disamakan dengan harga berapa. Lebih lagi, aku tidak akan tawar menawar denganmu, aku akan langsung berinvestasi pada kalian.

Kata-kata Viali membuatku merasakan perasaan aneh tiba-tiba. Di saat yang sama, aku juga sedikit merasa bersalah. Karena saat itu, aku dengan sengaja menaikkan nilainya dengan cukup tinggi dengan niat untuk memberinya ruang tawar menawar. Tapi aku tidak pernah menyangka kalau Viali yang begitu profesional seperti itu bisa benar-benar mengatakan hal seperti itu.

Begitu Viali selesai bicara, dia diam lagi. Viali tidak bisa melihat ekspresiku, tapi dia seharusnya bisa menebak rasa canggung dan tidak nyaman ku saat ini. Dia mengambil sebatang rokok untuk menyembunyikan rasa canggungku. Aku berkata dengan lembut, "Viali, bukankah menurutmu apa yang baru saja kamu katakan itu agak tidak profesional?"

Viali menghela nafas, dia berkata pelan, "Seseorang yang bisa pergi ke alam liar tengah malam tanpa peduli dengan bahaya hujan lebat dan aliran lumpur bebatuan hanya untuk menyelamatkanku. Untuk apa aku perlu membahas masalah dengan profesional atau tidak profesional dengan orang seperti ini. Kalau begitu aku benar-benar bukan seorang wanita.Tapi mesin yang hanya bisa bekerja saja."

Aku terkejut dengan kata-kata Viali. Aku tidak menyangka bahwa dia tidak pernah melupakan kejadian ini. Aku langsung berkata, "Viali, aku harap kamu berinvestasi di Cantique karena masa depan Cantique. Bukan karena berterima kasih padaku, benaran!”

Ini adalah apa yang aku pikiran sebenarnya. Baik itu dengan Viali atau Isyana. Aku berharap pekerjaan adalah pekerjaan dan aku tidak ingin membawa emosi pribadi ke dalam pekerjaan. Aku tidak ingin Viali seperti ini. Hanya karena berterima kasih dan merasa hutang budi. Dia menghabiskan begitu banyak uang untuk diinvestasikan pada kami.

Kata-kataku membungkam Viali. Saat aku hendak bicara lagi, Viali tiba-tiba merebut kesempatan ini dan berkata, "Ugie, tahukah kamu? Aku akhir-akhir ini selalu saja teringat malam dimana hujan angin yang lebat turun waktu itu. Jika malam itu tidak ada kamu yang muncul di sana, aku tidak tahu aku akan jadi seperti apa sekarang. Aku sudah memikirkan semuanya itu. Aku terus berpikir, kenapa malam yang sangat menakutkan seperti itu, aku bisa tidur nyenyak di dalam mobil.”

Ucapan Viali membuatku tersenyum. Aku ingat dengan jelas, kami berdua berada di dalam mobil malam itu. Dia merangkul lenganku, bersandar padaku erat dan tertidur lelap.

Viali menghela napas dan dia balik bertanya, "Ugie, apa kamu pernah memikirkan kenapa?"

"Belum pernah!"

Jawabku.

Viali lanjut berkata "Meskipun aku sudah lama memikirkannya, jawabannya sebenarnya sangat sederhana. Karena kamu selalu memberi orang rasa nyaman dan tenang. Justru karena kamu ada di sampingku, karena itulah, kamu memberikanku perasaan semacam ini. Itulah mengapa aku bisa tidur dengan lelap tanpa terganggu.”

Novel Terkait

My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu