Love And Pain, Me And Her - Bab 47 Interaksi Berduaan
Isyana memandang bibi Salim dengan penuh emosi. Tetapi pada akhirnya, dia tetap duduk tak berdaya.
Tetapi untuk menyatakan protes, dia memalingkan mukanya ke samping, mengabaikan aku dan bibi Salim. Sebaliknya bibi Salim tampak belum puas, ia melanjutkan, "Kenapa aku harus mengatakan semua ini di depan Ugie? Supaya Ugie memiliki persiapan mental, tahu orang seperti apa kamu itu. Ini namanya jujur dan terbuka satu sama lain! Jika Ugie dapat menerima semua kekuranganmu itu, tentu bagus. Tapi jika Ugie tidak bisa menerimanya, maka aku akan memperkenalkan orang lain untuknya."
Entah apakah karena aku membawa bibi Salim ke rumah sakit, atau karena aku telah menolak imbalan darinya. Singkatnya, bibi Salim sepertinya amat mengakui aku. Isyana tidak memandang kami, ia hanya memandang ke luar jendela dengan marah.
Melihat Isyana diam saja, bibi Salim bertanya padaku lagi, "Ugie, beberapa hari yang lalu ketika kamu pergi ke rumah sakit, kamu bilang kamu sibuk dengan pekerjaanmu? Ini baru saja berlalu dua hari, kenapa kamu sudah mengundurkan diri? Apakah karena tidak bisa menahan emosi buruknya itu?"
Begitu bibi Salim membuka mulutnya, dia lagi-lagi menstimulasi kemarahan Isyana. Dia berani mengatai Isyana, aku tidak berani. Aku menggelengkan kepalaku dengan canggung dan menjawab dengan volume rendah, "Karena alasan pribadiku"
Aku berpikir, sesuai kesan bibi Salim terhadap aku, ketika mendengar aku berkata demikian, dia pastinya akan menyuruhku kembali ke Nogo. Siapa tahu dia malah melambaikan tangannya, "Bagus, tidak masalah walau tidak bekerja di perusahaan jelek seperti itu. Nanti bibi Salim bantu kamu cari perusahaan lain. Mereka pasti akan memperlakukanmu lebih baik daripada Nogo. Kamu tidak usah menahan emosinya lagi."
Aku benar-benar tercengang! Ibu seperti apa ini, selain memarahi putrinya di hadapanku, dia bahkan juga menjelek-jelekkan perusahaan putrinya. Tetapi setelah berinteraksi dengannya beberapa hari, aku tahu bahwa karakter bibi Salim memang seperti ini. Dia suka bercanda tawa, juga memiliki kepribadian yang ceria.
Melihat aku dan Isyana pada diam, bibi Salim memberi isyarat mata padaku. Kemudian dia berkata pada Isyana, “Sudah, aku tahu kalian merasa aku canggung. Aku pergi sekarang juga, oke? Aku balik ke rumah sakit dulu, kalian anak muda ngobrol sendiri ya.”
Kemudian, bibi Salim memandangku, lalu diam-diam menunjuk Isyana. Maksudnya adalah menyuruhku lebih banyak berkomunikasi dengan Isyana. Aku mengangguk dengan diiringi senyuman pahit.
Setelah bibi Salim pergi, Isyana masih saja memandang ke luar jendela. Dia tidak bicara. Sedangkan aku dengan canggung duduk di sana. Aku tersenyum pahit di dalam hati. Aku tidak menyangka bahwa kencan buta pertama dalam hidupku ternyata adalah dengan Isyana. Mungkin, ini adalah takdir.
Untuk memecah situasi canggung, aku berinisiatif mencari topik, “Direktur Isyana, semalam setelah pulang dari bar BOSS, aku mengirim pesan ke kamu. Kamu sudah melihatnya kan?”
Isyana tiba-tiba menolehkan kepalanya ke aku. Dia menatapku dengan dingin, beberapa saat kemudian, barulah dia bertanya padaku, “Karena aku tidak membalas pesanmu, jadi kamu mau mengundurkan diri?”
Aku menggelengkan kepala. Meski bukan karena alasan itu, tapi aku memang agak terpukul karena Isyana tidak membalas pesanku. Yang paling penting adalah, di masa penting seperti ini, aku tidak hanya tidak bisa membantunya, tetapi juga malah membuatnya kecewa.
Isyana mencibir, dia menatapku dan dengan dingin berkata, "Aku katakan padamu, Ugie! Semalam setelah pulang ke perusahaan dari BOSS, tas tanganku ketinggalan di mobil. Ketika aku pulang rumah, ponselku kehabisan baterai. Pesanmu baru kulihat pagi ini. Aku telah meneleponmu, tapi ponselmu tidak aktif.”
Perkataan Isyana membuatku merasa bersalah. Aku pikir Isyana tidak membalas pesanku adalah sebagai tanda kecewa terhadapku. Tidak sangka, dia tidak membalas karena ponsel ketinggalan di mobil.
Melihat aku diam, Isyana berkata lagi dengan tidak senang, "Yang lebih tidak terduga olehku adalah, kamu malah lari ke sini untuk kencan buta. Ugie, kamu benar-benar mantap. Apakah kamu segitu buru-buru ingin mendapatkan pacar?"
Ini benar-benar fitnah, aku tergagap-gagap menyampaikan bagaimana diriku dipaksa datang oleh bibi Salim. Tetapi emosi Isyana masih saja tidak mereda. Dia menatapku dan bertanya tanpa ampun, "Kalau begitu, aku tanya padamu, kenapa kamu mengundurkan diri?"
Aku menghela nafas. Mengangkat kepala dan menatap Isyana, mencurahkan isi hati padanya.
"Isyana, aku sudah datang ke perusahaan lebih dari dua bulan. Selain tidak berhasil mendapatkan satu kontrak pun, aku juga terus mengecewakanmu. Juga, aku telah membuat janji dengan Kalin. Jika bulan ini aku tidak berhasil mendapatkan kontrak, maka aku akan pergi dengan sendirinya. Aku juga merasa aku tidak cocok dalam bidang ini, aku ingin mencoba industri lain."
Isyana menatapku tanpa berekspresi, bibir merah berkedut, bertanya, "Coba industri apa?"
Aku menggelengkan kepala, "Aku belum memikirkannya. Aku ingin pulang rumah dulu, sudah lama tidak bertemu orang tuaku."
Jawabanku yang tidak jelas sama sekali tidak memuaskan Isyana. Dia mencibir dan menatapku sambil memiringkan kepalanya, berkata, "Ugie! Aku akhirnya tahu kenapa Raisa putus denganmu"
Aku mengerutkan kening, tidak sangka Isyana akan mengungkit Raisa di saat ini. Sebaliknya Isyana merasa bahwa dirinya masih belum puas dengan hanya menyebut Raisa, dia berkata dengan kejam, "Kamu seorang pengecut! Kamu hanya tahu sembunyi ketika bertemu masalah. Kamu putus dengan Raisa dan berhenti dari pekerjaanmu. Sekarang satu kontrak telah hangus, kamu malah mau mengundurkan diri. Heran kenapa Profesor Li bisa mengatakan kamu berbakat. Aku tidak hanya tidak menemukan bakatmu, tetapi juga malah menemukan semua kekuranganmu."
Perkataan Isyana membuatku agak marah. Aku sengaja membuatnya kesal, “Iya, benar, semuanya kekurangan. Jadi lebih baik aku mengundurkan diri, supaya kamu tidak perlu melihatku lagi.”
Begitu aku berkata demikian, raut muka Isyana berubah total.
“Ugie!”
Volume Isyana meninggi, dia memandang tajam aku, mata seketika memerah. Dua tetes air mata yang jernih bergulir di dalam matanya.
Aku langsung panik, tidak sangka Isyana akan menangis. Aku segera menarik tisu untuknya. Tetapi dia malah memukul tanganku ke samping.
Dia berdiri, memandangk sambil menahan air mata dan berkata, “Aku menyetujui pengunduran dirimu!”
Selesai berkata, dia mengambil tas, berbalik dan pergi.
Aku benar-benar panik. Alasan kenapa aku mengundurkan diri adalah untuk tidak mengacaukannya lagi. Tapi dia malah menangis karena ini. Aku bergegas mengejarnya. Sambil mengikutinya di belakang, sambil meneriak namanya.
Tapi Isyana sama sekali tidak menghiraukan aku. Dia berjalan cepat ke arah depan. Begitu sampai di depan mobil, dia membuka pintu.
Dia masuk ke dalam mobil. Aku seketika tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku membuka pintu tempat duduk sebelah pengemudi dan ikut naik ke mobil.
Untungnya, Isyana tidak mengusir aku. Tapi dia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, aku tidak berani bersuara. Aku terus menatap setirnya tanpa mengalihkan pandangan, takut akan terjadi kecelakaan.
Isyana mengemudikan mobil ke arah rumahnya. Tetapi ketika melewati rumahnya, dia malah tidak mengemudi masuk. Pada ahirnya, dia memberhentikan mobil di suatu gang yang agak sepi.
Satu tangan cantiknya memegang setir, sedangkan matanya memandang ke sisi jalan. Sesuai arah pandangannya, aku melihat seorang lelaki tua berambut putih sedang menjual es krim di stan. Ia dikelilingi oleh beberapa anak kecil.
Isyana terbengong-bengong melihatnya. Setelah beberapa saat, barulah dia bergumam, "Ketika aku SD, setiap kali aku dalam suasana hati yang buruk. Aku selalu datang ke sini untuk memakan eskrim. Begitu es yang dingin dan manis itu masuk ke dalam mulutku, aku seolah-olah bisa melupakan semua masalah. Setelah wisuda dan pulang dari luar negeri, aku kira tidak ada lagi stan es krim di sini. Tetapi aku menemukan bahwa ia masih berjualan di sini. Aku pikir dia akan selalu ada di sini, tapi dia sudah tiada.”
Aku tidak tahu mengapa Isyana berkeluh-kesah demikian. Aku hanya tahu, keluh kesah ini tidak ditujukan padaku.
Aku turun dari mobil tanpa bersuara, pergi membeli dua es krim. Kembali ke mobil dan menyodorkannya ke Isyana. Isyana mengambilnya, dia memakan sesuap besar dan akhirnya menunjukkan senyumannya yang menawan.
Aku juga mengambil kesempatan ini untuk menghiburnya, “Isyana, bibi Salim bilang kamu malas dan rakus tampaknya benar.”
Mulut Isyana penuh dengan es krim, tidak bisa membantah perkataanku. Tapi dia tetap menolehkan kepalanya dan memutar mata padaku.
Novel Terkait
Love And Pain, Me And Her×
- Bab 1 Orang Itu Sudah Bukan Seperti Yang Dulu Lagi
- Bab 2 Pertemuan Yang Tidak Di Duga
- Bab 3 Lakukan Sendiri Dengan Baik
- Bab 4 Orang Hebat Melakukan Pekerjaan Mudah
- Bab 5 Orang Terbaik Idaman
- Bab 6 Memenangkan Pertarungan Pertama
- Bab 7 Masalah Yang Disengaja
- Bab 8 Perang Mulut
- Bab 9 Susah Dulu Senang kemudian
- Bab 10 Mengingat Hal Lama
- Bab 11 Kebenaran Terungkap
- Bab 12 Mengubah Cara Hidup
- Bab 13 Tidak Berniat Baik.
- Bab 14 Terjebak Di Dalam Jurang.
- Bab 15 Gagal Melaksanakan Tugas
- Bab 16 Seperti Benar
- Bab 17 Mengalihkan Kontradiksi
- Bab 18 Pengunjung Yang Tidak Terduga
- Bab 19 Tujuan Sebenarnya
- Bab 20 Sengsara
- Bab 21 Mempermalukan Secara Langsung
- Bab 22 Reuni Teman Lama
- Bab 23 Masih Saling Merindukan
- Bab 24 Perjalanan Bisnis Bersama
- Bab 25 Pembuntutan Di Tepi Pantai
- Bab 26 Kontak Intim
- Bab 27 Pertemuan Formal
- Bab 28 Langsung Tatap Muka
- Bab 29 Analisis Komprehensif
- Bab 30 Tidak Bisa Lebih Berubah Lagi
- Bab 31 Akhir Jalan Ini
- Bab 32 Dikritik Di Depan Umum
- Bab 33 Kejutan
- Bab 34 Menganggapnya Nyata
- Bab 35 Melawan Krisis
- Bab 36 Analisis Obyektif
- Bab 37 Sangat Aneh
- Bab 38 Rumah Isyana
- Bab 39 Berbicara Dari Hati Ke Hati
- Bab 40 Bekerja Keras
- Bab 41 Reuni Teman Lama
- Bab 42 Mimpi Siang Bolong
- Bab 43 Marah Besar
- Bab 44 Memutuskan Untuk Pergi
- Bab 45 Pertemuan Tak Disengaja di Alun-alun
- Bab 46 Pertengkaran Antara Ibu Dan Anak
- Bab 47 Interaksi Berduaan
- Bab 48 Menoleh Lagi
- Bab 49 Hanya Satu Garis
- Bab 50 Berada Ditempat Yang Tidak Sesuai
- Bab 51 Makan Siang
- Bab 52 Tepi Sungai
- Bab 53 Keputusan Yang Sulit
- Bab 54 Berlindung Dari Hujan
- Bab 55 Tidak Berdaya
- Bab 56 Berusaha Sekuat Tenaga
- Bab 57 Pilihan Ketiga
- Bab 58 Masa Lalu Nogo
- Bab 59 Kelahiran Kembali
- Bab 60 Khawatir Berlebihan
- Bab 61 Selembar Foto
- Bab 62 Merasa Bingung
- Bab 63 Perubahan Mendadak
- Bab 64 Pembawa Acara Dadakan
- Bab 65 Pernyataan Pers
- Bab 66 Perdebatan Sengit
- Bab 67 Menggunakan Kesempatan
- Bab 68 Banyak Pikiran
- Bab 69 Mitra
- Bab 70 Villa Gunung
- Bab 71 Undangan Ulang Tahun
- Bab 72 Tamu Tak Terduga
- Bab 73 Dunia Mabuk
- Bab 74 Jadi Orang Kaya Sangat Enak
- Bab 75 Aku Orang Norak
- Bab 76 Isi Hati Tertebak
- Bab 77 Peringatan Dengan Niat Baik
- Bab 78 Rose Senyum
- Bab 79 Penyair Modern
- Bab 80 Berkunjung Ke Bukit
- Bab 81 Saling Bertentangan
- Bab 82 Saling Menentang
- Bab 83 Mengobrol Di Taman
- Bab 84 Orang Miskin Berambisi Pendek
- Bab 85 Menunggu Inspeksi
- Bab 86 Kebingungan Semua Orang
- Bab 87 Dentuman Kuat
- Bab 88 Menyisakan Jalan Untuk Kembali
- Bab 89 Perencanaan Tak Telihat
- Bab 90 Kembali Baik
- Bab 91 Mengeluarkan Undangan
- Bab 92 Banjir Cinta
- Bab 93 Kamu Adalah Orang Ketiga
- Menyebutkannya Lagi
- Bab 95 Bertukar Peran
- Bab 96 Undangan Tak Terduga
- Bab 97 Menjelaskan Satu Per Satu
- Bab 98 Perubahan Hidup
- Bab 99 Jalan-Jalan Di Kampus
- Bab 100 Mengenang Masa Lalu
- Bab 101 Obrolan Tengah Malam Yang Romantis
- Bab 102 Pengandaian
- Bab 103 Akhirnya Memutuskan
- Bab 104 Perjamuan Tahunan
- Bab 105 Memutuskan Untuk Menyerang Balik
- Bab 106 Tarian Pertama
- Bab 107 Gaya Bernyanyi Tiba-Tiba Berubah
- Bab 108 Acara Pengundian Hadiah
- BAB 109 Cita-Cita Hidup
- Bab 110 Siapa Yang Menang
- Bab 111 Surga Dan Neraka
- Bab 112 Malam Panjang
- Bab 113 Akan Terpisah
- Bab 114 Pasangan Yang Suka Bertengkar
- Bab 115 Kata-Kata Yang Diucapkan Mengejutkan
- Bab 116 Menentukan Dengan Pemungutan Suara
- Bab 117 Tak Terduga
- Bab 118 Membingungkan
- Bab 119 Tugas Ekstra
- Bab 120 Saran Yang Tulus
- Bab 121 Pertemuan Tak Terduga
- Bab 122 Menyelidiki Secara Rahasia
- Bab 123 Sulit Dipercaya
- Bab 124 Tidak Tahu Apa-apa
- Bab 125 Tidak Ada Kemudian
- Bab 126 Wanita Cantik Meminta Tolong
- Bab 127 Berkah Wanita Yang Tinggi
- Bab 128 Kebahagiaan Dan Kesedihan Pada Waktu Yang Sama
- Bab 129 Perpecahan
- Bab 130 Saling Bertentangan
- Bab 131 Mengambil Kesempatan Dengan Baik
- Bab 132 Awal Sudah Punya Rencana
- Bab 133 Nasib Tidaklah Kekal
- Bab 134 Muncul Masalah Lagi
- Bab 135 Mencari Tahu Kebenaran
- Bab 136 Pertengkaran Sekali lagi
- Bab 137 Memuncaknya Emosi
- Bab 138 Cinta Dan Kesedihan
- Bab 139 Anggapan
- Bab 140 Perubahan
- Bab 141 Siapa Dia
- Bab 142 Punya Mobil
- Bab 143
- Bab 144
- Bab 145
- Bab 146
- Bab 147
- Bab 148 Kompensasi
- Bab 149 Ganti Rugi
- Bab 150 Rose Datang
- Bab 151 Puisi
- Bab 152 Isma Muhad
- Bab 153 Janjian
- Bab 154 Memberi Tekanan
- Bab 155 Maaf
- Bab 156
- Bab 157
- Bab 158
- Bab 159
- Bab 160
- Bab 161
- Bab 162 Pengunduran Diri
- Bab 163 Curiga
- Bab 164 Selingkuh
- Bab 165 Ada Kamu Di Mimpiku
- Bab 166 Tanggung Jawab
- Bab 167 Tidak Setuju
- Bab 168 Keputusan
- Bab 169 Memilih Baju
- Bab 170 Dipertemukan
- Bab 171 Makan Malam
- Bab 172 Rasa Kenangan
- Bab 173 Misteri Jane
- Bab 174 Kangen
- Bab 175 Wirausaha
- Bab 176 Pinjam Uang
- Bab 177 Proposal
- BAB 178 Order Penting
- Bab 179 Curiga
- Bab 180 Proposal Yang Salah
- Bab 181 Mencari Sesuatu Untuk Dipermasalahkan
- Bab 182 Undangan
- Bab 183 Robi
- Bab 184 Kafe Bunga
- Bab 185 Kenangan Masa Muda
- Bab 186 Pindah Kerja
- Bab 187 Pantang Pulang Sebelum Mabuk
- Bab 188 Hanya Teman
- Bab 189 Sebenarnya, Aku Ingin Meminta Satu Hal Kepadamu
- Bab 190 Nirami, Mirani
- Bab 191 Bagaimana Jika Kita Pergi Kerumahku
- Bab 192 Penolakan Sekali lagi
- Bab 193 Direktur Cantik
- Bab 194 Nirami Store
- Bab 195 Kolam Yang Dalam
- Bab 196 Bei Jing
- Bab 197 Jadilah Pacarku!
- Bab 198 Pacar Satu Hari
- Bab 199 Ternyata Adalah Armin
- Bab 200 Apakah Kamu Masih Ingat
- Bab 201 Langkah Berikutnya
- Bab 202 Store Nirami
- Bab 203 Perantara
- Bab 204 Sikap Gao Le Yang Sangat Mencurigakan
- Bab 205 Segelas Anggur Merah
- Bab 206 Setelan Armani dan Seikat Bunga Biru
- Bab 207 Saingan Cinta
- Bab 208 Pemimpin Tim Eksekutif
- Bab 209 Temparemen
- Bab 210 Bunuh Diri
- Bab 211 Propsal
- Bab 212 Resonansi Dan Regenerasi
- Bab 213 Perdebatan
- Bab 214 Pengolahan Ide
- Bab 215 Berita Yang Mengejutkan
- Bab 216 Lupa Janji
- Bab 217 Sutradara Gendut
- Bab 218 Sebuah Pertengkaran
- Bab 219 Isyana Yang Sedang Kesal
- Bab 220 Sebuah Kabar Buruk
- Bab 221 Kedatangan Tidak Terduga
- Bab 222 Berita Baik
- Bab 223 Di Tengah Dua Janji
- Bab 224 Enam Ratus Enam Puluh Enam
- Bab 225 Di Tengah Situasi Sulit
- Bab 226 Siapa Tante Mu?
- Bab 227 Biarkan Berlalu Seperti Ini Saja
- Bab 228 Dinas Ke Beijing
- Bab 229 Tidak Pantas Disebut Pria
- Bab 230 Khawatir Mereka Bertemu
- Bab 231 Janji Harus Ditepati
- Bab 232 Arogan
- Bab 233 Mabuk
- Bab 234
- Bab 235 Negosiasi
- Bab 236 Seorang Jenius
- Bab 237 Kerja sama
- Bab 238 Negoisasi Gagal
- Bab 239 Resiko yang Besar
- Bab 240 Curiga
- Bab 241 Ditinggal
- Bab 242 Mabuk
- Bab 243 Bertengkar
- Bab 244 Harga Diri
- Bab 245 Bar Boss
- Bab 246 Membujuk Isyana
- Bab 247 Makan Malam
- Bab 248 Argumen Panas
- Bab 249 Tidak Ada Yang Bisa Mendapatkan KekayaanTanpa Resiko
- Bab 250 Ada Apa Dengan Raisa?
- Bab 251 Berita Mengejutkan
- Bab 252 Menunggu Panggilan Isyana
- Bab 253 Jebakan ?
- Bab 254 Situasi Panas
- Bab 255 Berpisah
- Bab 256 Selamat Tinggal Nogo
- Bab 257 Jebakan Foto
- Bab 258 Tidak Perlu Dijelaskan
- Bab 259 Harus Bangkit Kembali
- Bab 260 Sayangnya Tidak Ada Jika Dalam Kehidupan
- Bab 261 Selamanya Tidak Dapat Hamil Lagi
- Bab 262 Semuanya Telah Berubah
- Bab 263 Aku Bukan Temanmu
- Bab 264 Berusaha Memperbaiki
- Bab 265 Pertemuan Yang Mengejutkan
- Bab 266 Pertama Kali Dalam Hidupku
- Bab 267 Hukuman Berkelahi
- Bab 268 Kebebasan
- Bab 269
- Bab 270
- Bab 271
- Bab 272
- Bab 273 Penyebab Resign Kerja
- Bab 274 Bertemu Lagi
- Bab 275 Semuanya Sudah Berlalu
- Bab 276 Menjadi Teman Baik
- Bab 277 Diperlakukan Dengan Sopan
- Bab 278 Pentingnya Etika
- Bab 279 Kamu Keterlaluan
- Bab 280 Pemandangan Yang Sangat Spesial
- Bab 281 Viali Masuk Rumah Sakit
- Bab 282 Menjenguk Viali
- Bab 283 Canggung
- Bab 284 Penolakan
- Bab 285 Pertemuan Yang Tidak Disangka
- Bab 286 Kisah Cinta Kak Wang
- Bab 287 Terobosan
- Bab 288 Bertemu Isyana
- Bab 289 Kabar Bahagia
- Bab 290 Beban Pikiran Isyana Mirani
- Bab 291 Unit Perawatan Intensif (ICU)
- Bab 292 Analisis Logika
- Bab 293 Kesempatan Terakhir
- Bab 294 Rekaman
- Bab 295 Tidak Ada Hal Yang Mutlak!
- Bab 296 Berdebar-debar
- Bab 297 Apakah Kamu Menyukai Robi?
- Bab 298 Menambah Minyak Ke Dalam Api
- Bab 299 Pertemuan Yang Tak Diduga
- Bab 300 Bisnis Eugie Sudah Akan Dibuka
- Bab 301 Amal
- Bab 302 Rencana Makan Teman Lama
- Bab 303 Makan Malam Kedua Keluarga
- Bab 304 Menyesal
- Bab 305 Porter
- Bab 306 Menunggu Kehadiran Isyana
- Bab 307 Kehadiran Rose
- Bab 308 Tagih Hutang
- Bab 309 Waktu Peresmian Ditunda
- Bab 310 Poker Face
- Bab 311 Dipermalukan
- Bab 312 Pertemuan
- Bab 313 Kehilangan Emosi
- Bab 314 Dunia Runtuh
- Bab 315 Perusahaan Penipu
- Bab 316 Ke Amerika
- Bab 317 Indoma Food
- Bab 318 Jane Marah
- Bab 319 Papang Yan
- Bab 320 Bibi Zhang Marah
- Bab 321 Tepat Waktu
- Bab 322 Sendiri
- Bab 323 Senyuman
- Bab 324 Wanita Kuat
- Bab 325 Proyek
- Bab 326 Kedatangan Tamu
- Bab 327 Bangkrut
- Bab 328 Menjual Saham
- Bab 329 Dua Wanita
- Bab 330 Melamar Presdir Mirani
- Bab 331 Lamaran
- Bab 332 Tersentuh?
- Bab 333 Lamaran Yang Ditolak
- Bab 334 Harapan Terakhir
- Bab 335 Manusia Pasti Berubah
- Bab 336 Ugie Semakin Berani
- Bab 337 Konferensi Pers
- Bab 338 Akhirnya Mendapatkan Kesempatan
- Bab 339 Ingkar Janji
- Bab 340 Enam Miliar
- Bab 341 Hal Yang Tidak Terduga
- Bab 342 Ugie Membuka Diri Kepada Viali
- Bab 343 Berbagi Tempat Tidur
- Bab 344 Rapat Proposal Dimulai
- Bab 345 Model Penjualan Mitra
- Bab 346 Model Bisnis Baru
- Bab 347 Negoisasi Panjang
- Bab 348 Ugie Dan Viali
- Bab 349 Masa Lalu Viali
- Bab 350 Kebangkrutan PT.Nogo Internasional
- Bab 351 Mencari Di Rumah Bibi Salim
- Bab 352 Kenyataan Yang Tidak Terbayangkan
- Bab 353 Akhirnya Aku Menemukan Isyana
- Bab 354 Beban Pikiran Isyana
- Bab 355 Hal Yang Tidak Terduga
- Bab 356 Cerita Yang Terpendam
- Bab 357 Menunggu Kedatangan Isyana
- Bab 358 Pembicaraan Dengan Sutan
- Bab 359 Pergi
- Bab 360 Respon Positif Isyana
- Bab 361 Aakhirnya Mendapatkan Kabar
- Bab 362 Sutan Ketahuan
- Bab 363 Perasaan Sutan
- Bab 364 Tidak Akan Mengalah
- Bab 365 Kalin Bekerja Di Djarum Grup
- Bab 366 Eddy Santoso
- Bab 367 Nilai Pemasaran
- Bab 368 Catering Online
- Bab 369 Berjalan Keluar Dari Bayangan Gelap
- Bab 370 Reunian
- Bab 371 Acara Makan
- Bab 372 Masalah Penting
- Bab 373 Cinta Pertama
- Bab 374
- Bab 375
- Bab 376
- Bab 377 Curhat
- Bab 378 Kedua Kali
- Bab 379 Satu-Satunya Cara
- Bab 380 Tidak Menerima Sepeserpun
- Bab 381 Jane Menyukaimu
- Bab 382 Pemeran Utama Tokoh Pria
- Bab 383 Masa Mudaku Berbeda
- Bab 384 Isyana Kembali
- Bab 385 Aku Akan Memulai Kehidupan Baru
- Bab 386 Kesepakatan
- Bab 387 Langit Mendung Yang Berubah Menjadi Langit Cerah
- Bab 388 Kejar Kembali
- Bab 389 Sudah Memenuhi Kriteria Kan?
- Bab 390 Kecanggungan
- Bab 391 Menghilang
- Bab 392 Perbedaan Manusia dan Binatang
- Bab 393 Masuk Rumah Sakit
- Bab 394 Presdir Mirani
- Bab 395 Ciuman
- Bab 396 Bercerita
- Bab 397 Menyebalkan
- Bab 398 Gaya Viali Masih Sama
- Bab 399 Tidak Menyangka
- Bab 400 Maaf Merepotkan
- Bab 401 Cuaca Buruk
- Bab 402 Pertemuan
- Bab 403 Ketakutan
- Bab 404 Berdua
- Bab 405 Salah Paham
- Bab 406 Robi Berceramah
- Bab 407 Ketahuan
- Bab 408 Perselisihan
- Bab 409 Viali
- Bab 410 Presdir Pang
- Bab 411 Sejarah Cinta Viali
- Bab 412 Menjemput Veni Di Rumah Raisa
- Bab 413 Pergi Menjemput Veni
- Bab 414 Melihat Bingkai Foto
- Bab 415 Bertengkar Karena Foto Lama
- Bab 416 Kedatangan Isyana
- Bab 417 Melukai Harga Diri
- Bab 418 Sepakat Berbohong
- Bab 419 Bersekongkol Membohongiku!
- Bab 420 Mungkin Aku Sedang Memegang Anganku
- Bab 421 Penawaran
- Bab 422 Mendiskusikan Harga
- Bab 423 Tidak Professional
- Bab 424 Hubungan Istimewa
- Bab 425 Saudara Tiri
- Bab 426 Aku Juga Menjalin Cinta
- Bab 427 Sebenarnya Apa Yang Telah Terjadi
- Bab 428 Keraguan
- Bab 429 Lubuk Hatiku Masih Bergetar
- Bab 430 Pertaruhan
- Bab 431 Mirip Seperti Acara Pelelangan
- Bab 432 Penawaran Akan Di Mulai Secara Resmi
- Bab 433 Tawar
- Bab 434 Selamat
- Bab 435 Ada Sebuah Kesempatan
- Bab 436 Tentu Saja Targetnya Adalah Dia
- Bab 437 Alasan Sutan
- Bab 438 Rencana Sutan
- Bab 439 Penawaran Sutan
- Bab 440 Kedatangan Isyana
- Bab 441 Keputusan
- Bab 442 Tujuan Lain
- Bab 443 Don Juan Yang Kasihan
- Bab 444 Teman Lama
- Bab 445 Membuka Harga Dan Menegosiasikan Persyaratan
- Bab 446 Merencanakan Masa Depan
- Bab 447 Ruang Tawar-Menawar
- Bab 448 Kekasih Bawah Tanah
- Bab 449 Merayakan Ulang Tahun
- Bab 450 Cafe
- Bab 451 Curhat
- Bab 452 Rokok
- Bab 453 Senyum
- Bab 454 Veni
- Bab 455 Kenyataan Sesungguhnya
- Bab 456 Sumbangan
- Bab 457 Putus
- Bab 458 Penyesalan
- Bab 459 Hidup Mewah
- Bab 460 Pertemanan Yang Mulai Hancur
- Bab 461 Berhubungan Dengan Isyana
- Bab 462 Berbelanja
- Bab 463 Produk Indoma Dihapuskan
- Bab 464 Menjenguk Veni
- Bab 465 Tiga Permasalahan
- Bab 466 Jawaban Veni
- Bab 467 Menelepon Sutan
- Bab 468 Kekalahan Don Juan
- Bab 469 Veni Yang Kasihan
- Bab 470 Sutan Dan Wulandari Sudah Mau Menikah
- Bab 471 Kehilangan Veni
- Bab 472 Sebuah Email Masuk
- Bab 473 Menunggu
- Bab 474 Kesal
- Bab 475 Gadis Terampil
- Bab 476 Cantique
- Bab 477 Tidak Bisa Hamil
- Bab 478 Menolak
- Bab 479 Lembaran Baru
- Bab 480 Resmi Menandatangani Kontrak
- Bab 481 Bukanlah Urusanmu
- Bab 482 Tidak Menyembunyikan Apapun
- Bab 483 Menginvestasikan 20 Miliar
- Bab 484 Sangat Sulit Untuk Bergerak
- Bab 485 Urusan Bisnis
- Bab 486 Wanita Yang Ceria Dan Antusias
- Bab 487 Disambut Dengan Penolakan
- Bab 488 Cantique Belum Sempurna
- Bab 489 Situasi Yang Mengkhawatirkan
- Bab 490 Persingkat Garis Pertempuran!
- Bab 491 Target Utama Kita Yaitu Ibukota
- Bab 492 Sebagai Seorang Anak
- Bab 493 Jump Corp
- Bab 494 Bergabung Dengan Cantique
- Bab 496
- Bab 495
- Bab 497
- Bab 498
- Bab 499
- Bab 500
- Bab 501
- Bab 502
- Bab 503
- Bab 504
- Bab 505 Bagaimana Cara Menghabiskan Uang
- Bab 506 Melakukan Penaikkan Peringkat
- Bab 507 Presdir Ugie
- Bab 508 Cara Yang Rapi Dan Cantik
- Bab 509 Bermesraan Dengan Intim
- Bab 510 Urusan Ini, Aku Yang Akan Memutuskannya!
- Bab 511 Kamu Harus Mencariku
- Bab 512 Viali Yang Tidak Biasa
- Bab 513 Curahan Hati
- Bab 514 Membuahkan Hasil
- Bab 515 Berpisah
- Bab 516 Kembalinya Veni
- Bab 517 Setelah Aku Selesai Berbicara
- Bab 518 Pernikahan
- Bab 519 Ibu Sutan
- Bab 520 Kebenaran
- Bab 521 Memberikan Penjelasan
- Bab 522 Robi Yang Munafik
- Bab 523 Ditabrak
- Bab 524 Balas Dendam
- Bab 525 Pacar Baru
- Bab 526 Pertemuan Pertama
- Bab 527 Persahabatan
- Bab 528 Kepergian Veni
- Bab 529 Perasaan Tidak Aman Isyana
- Bab 530 Menemui Sutan
- Bab 531 Ketemu Lagi Adalah Orang Asing
- Bab 532 Keputusan Lulu
- Bab 533 Hal Yang Menyenangkan
- Bab 534 9 Tahun
- Bab 535 Bandara
- Bab 536 Kekhawatiran Isyana
- Bab 537 Masalah Yang Mengkhawatirkan
- Bab 538 Pertemuan Yang Tidak Disangka
- Bab 539 Kejutan
- Bab 540 Bertengkar
- Bab 541 Tidak Setuju
- Bab 542 Cinta Bukan Masalah Dua Orang
- Bab 543 Pertemuan Di Gedung Pengajaran
- Bab 544 Perjalanannya 30 Tahun
- Bab 545 Bergejolak
- Bab 546 Kejutan Besar
- Bab 547 Pertemuan Misterius
- Bab 548 Memanas
- Bab 549 Ganguan Dimulai
- Bab 550 Berita Di Surat Kabar
- Bab 551 Kebenaran Pengaduan
- Bab 552 Ada Orang Di Balik Masalah Ini
- Bab 553 Kasus Yang Tidak Bisa Diajukan
- Bab 554 Wulandari Selingkuh
- Bab 555 Menandatangani Dokumen
- Bab 556 Luluk
- Bab 557 Penemuan Baru
- Bab 558 Pertunjukan Dari Trans TV
- Bab 559 Grandos
- Bab 560 Meningkat Pesat
- Bab 561 Memenangkan Pertarungan Indah
- Bab 562 Pindah Rumah
- Bab 563 Bertemu Dengan Djarum
- Bab 564 Memberikan Vila Pada Ugie
- Bab 565 Penjelasan Djarum
- Bab 566 Persyaratan Djarum
- Bab 567 Bertemu Robi
- Bab 568 Perundingan
- Bab 569 Persyaratan
- Bab 570 Kerja Sama
- Bab 571 Pikiran Hati
- Bab 572 Sahabat Baik
- Bab 573 Djarum Meninggal
- Bab 574 Pertemuan Malam Itu
- Bab 575 Surat Wasiat Secara Lisan
- Bab 576 Kemunafikan Tyas
- Bab 577 Kejadian Malam Itu
- Bab 578 Kematian
- Bab 579 Ketidaksabaran
- Bab 580 Raisa Mengundurkan Diri
- Bab 581 Raisa
- Bab 582 Eliminasi
- Bab 583 Merahasiakan Satu Hal
- Bab 584 Sebenarnya, Aku Sangat Iri Padamu
- Bab 585 Jangan Menolakku
- Bab 586 Kamar 705
- Bab 587 Perpisahan
- Bab 588 Cafe
- Bab 589 Ruang Keamanan
- Bab 590 Paman Isyana
- Bab 591 Menikah
- Bab 592 Menjenguk Raisa
- Bab 593 (1) Rumah Sewaan Kami Pada Dulunya
- Bab 593 (2) Rumah Sewaan Kami Pada Dulunya
- Bab 594 Bertemu Dengan Djoko
- Bab 595 Rencana Menjual Saham
- Bab 596 Video
- Bab 597 Rapat
- Bab 598 Mengundurkan Diri
- Bab 599 Alasan
- Bab 600 Saran Viali
- Bab 601 Dua Dunia
- Bab 602 Permainan Akan di Mulai
- Bab 603 Menghadiri Pertemuan
- Bab 604 Rapat Dewan
- Bab 605 Mencalonkan Sutan Sebagai Presdir
- Bab 606 Hak Veto
- Bab 607 Isyana Dipecat
- Bab 608 Djoko Juga Dipecat
- Bab 609 Dengan Harga Dua Ribu Rupiah
- Bab 610 Saham Dari Sinarmas
- Bab 611 Berhasil Menjadi CEO
- Bab 612 Kita Putus Saja
- Bab 613 Aku Ingin Jawaban Darimu
- Bab 614 Menikahlah Denganku
- Bab 615 Cinta Bukanlah Memiliki, Cinta Itu Memberi
- Bab 616 Hidup Tidaklah Kekal
- Bab 617 Apakah Hidup Itu Seperti Bunga Segar
- Bab 618 Masa Muda yang Berlalu Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 619 Aku Mending Kesepian Sepanjang Hidup
- Bab 620 Isyana Hilang
- Bab 621 Mata-mata
- Bab 622 Situasi Win-win
- Bab 623 Karena Cinta
- Bab 624 Aku Tahu Lebih Banyak
- Bab 625 Aku Tidak Bersalah
- Bab 626 Veni
- Bab 627 Hidup Dan Mati
- Bab 628 Sampai Jumpa Raisa
- Bab 629 Yayasan Amal Kesehatan Wanita Raisa