Love And Pain, Me And Her - Bab 592 Menjenguk Raisa

Bagaimanapun Veni sudah menjadi istri orang lain, sedangkan Sutan juga telah menjadi suami orang lain. Aku menatap Veni dan berkata dengan jujur "Sutan sudah bukan dirinya yang dulu lagi, sekarang dia sangat rakus, emosionalnya sudah mencapai batasan tidak terkendali. Berdasarkan pengetahuan aku, kehidupan dia dan Wulandari sama sekali tidak harmonis. Perusahaan Wulandari juga sudah direbut oleh dirinya ….”

Setelah selesai mendengar ceritaku, wajah Veni menampakkan reaksi merasa sayang. Meskipun dia sudah melepaskan perasaannya terhadap Sutan, namun kenangan mereka pada saat bersama, sudah mengukir di lubuk hati masing-masing, sehingga tidak dapat melupakannya degan semudah itu.

Veni tidak berbicara, namun Robi malahan mengeluh sinis dengan tampang tidak acuh, kemudian berbisik sendiri "Sutan memang manusia sampah, tidak ada hal yang tidak berani dilakukan dirinya ….”

Kata-kata Robi memang kenyataan juga, Sutan sudah bukan anak desa yang polos seperti dulunya lagi. Di dalam zaman sosial yang penuh dengan godaan materi, Sutan telah tertular dengan berbagai sifat yang kotor. Bahkan nafsu dirinya masih terus berkembang. Mungkin saja pada suatu harinya, nafsu dirinya terus kembung hingga batasan tertentu, orang yang akan meledak pada pertamanya adalah dirinya.

Setelah tiba di rumah sakit dan masuk ke dalam kamar pasien, Raisa masih sedang diinfus, kondisi Raisa pada hari ini sepertinya sudah lumayan membaik, wajahnya pucat bahkan ada jejak kemerahan. Setelah melihat kami bertiga yang masuk ke dalam kamar, dia langsung menatap Veni dan bertanya dengan nada gembira “Veni, kenapa kamu bisa datang ?”

Padahal ketika masih dalam perjalanan barusan, Veni mengatakan bahwa dirinya pasti tidak akan menangis apabila bertemu dengan Raisa, dia harus menghadapi Raisa dengan menggunakan senyuman. Namun ketika dia melihat Raisa yang berbaring di atas kasur pasien, air matanya tetap saja terus mengalir.

Veni berjalan ke hadapan kasur dan menggenggam tangan Raisa, kemudian sambil menangis sambil berkata dengan suara serak "Raisa, kenapa kamu begitu bodoh ! Kenapa kamu tidak kasih tahu kami di awalnya ? Aku adalah sahabatmu yang terbaik, kenapa kamu malah mengelabui aku juga ……”

Raisa tersenyum sekilas dan menggeleng kepala, kemudian berkata "Veni, jangan menangis, aku tidak apa-apa. Kalau aku kasih tahu kamu, bukannya semua orang juga akan tahu ya ?”

Kata-kata Raisa membuat hidungku semakin pedih. Aku tentu saja mengetahuinya, Raisa tidak memberitahukan Veni, dikarenakan khawatir kalau Veni akan memberitahukan kenyataan ini kepadaku. Raisa yang begitu pengertian membuat aku merasa semakin bersalah.

Air mata Veni tetap saja terus menetes. Dia mengulur tangan dan mengelus raut wajah Raisa yang sangat kurus dan lemah. Dia sambil mengelus dan sambil berkata dengan nada tidak tega "Raisa, maaf, aku terlalu lambat mengetahui hal ini ! Aku bahkan tidak dapat membantu apapun ! Kenapa Tuhan harus begitu kejam kepada kita ?”

Veni sambil berkata sambil menangis. Sementara Raisa juga mengulurkan tangan dan menghapus air mata Veni dengan gerakan ringan, kemudian tersenyum dan berkata "Tidak, Veni, salah katamu. Aku merasa hidup sudah lumayan baik terhadap kita. Kita bertemu dengan cinta dan persahabatan pada umur yang begitu indah. Kita pernah mencintai orang lain dan juga pernah dicintai. Menurutmu, kita masih ada alasan apa lagi untuk mengeluh hidup kita ?”

Keceriaan Raisa membuat kami merasa semakin tidak tega. Sementara pada saat berbicara, air mata Raisa juga terus mengalir. Dia menatap Veni dan berkata lagi dengan nada ringan "Veni, jangan khawatir padaku. Nyawa siapapun juga tetap saja akan berakhir. Aku hanya lebih cepat beberapa tahun daripada kalian saja. Pada suatu hari nanti, kita akan bertemu di surga. Sampai saat itu, kita masih akan menjadi sahabat, iya kan ?”

Kata-kata Raisa membuat semua orang yang ada di dalam kamar tidak sanggup menahan air mata sendiri. Bahkan suster yang hanya sibuk di samping juga diam-diam menghapus air mata. Veni menangis tragis dan hanya bisa mengangguk dengan kuat untuk membalas Raisa. Melihat Veni yang sudah mengangguk kepala, Raisa baru memperlihatkan sebuah senyuman lega.

Raisa tidak ingin membahas masalah sendiri, sehingga langsung mengalihkan pembicaraan dan menanya kabar Veni dalam waktu dekat ini. Veni juga menceritakan keadaan dirinya kepada Raisa. Raisa sangat serius mendengarnya, kadang kalanya dia akan tersenyum, kadang kalanya juga akan balik bertanya. Setelah Veni menyelesaikan pembicaraannya, Raisa baru mengeluh nafas dan berkata "Veni, kamu masih benci dengan Sutan ?”

Veni menggeleng kepala dengan perlahan-lahan. Raisa tersenyum menatapnya, kemudian menggenggam tangan Veni dan berkata dengan nada ringan "Baguslah kalau tidak benci. Kita tidak boleh hidup selamanya di dalam bayangan kebencian. Sebenarnya, apabila dibandingkan dengan hidup dan mati, semua dendam dan kebencian sama sekali bukan masalah ….”

Veni mengangguk lagi.

Mereka berdua mengobrol sejenak. Pada saat mereka berdua tidak berbicara, aku berkata pada Raisa dan Ibu Raisa "Tante, aku ingin membawa Raisa ke ibukota provinsi …..”

Selain Robi yang telah mengetahui hal ini, semua orang lainnya merasa sangat kaget. Khususnya Ibu Raisa, dia langsung menggeleng kepala dan menjawab dengan tegas "Ugie, tante mengerti pemikiranmu. Sebelumnya ketika Raisa meninggalkanmu, aku juga sangat sedih. Di dalam hatiku sebenarnya sudah menganggap kamu sebagai menantuku. Tetapi bagaimanapun waktu telah berlalu, kondisi Raisa kamu juga tahu. Lagi pula, kamu sendiri juga ada kehidupan pribadi. Jadi baik dari segi apapun. Tante tidak mungkin menyetujui permintaan ini ….”

Sama seperti prediksi Robi pada sebelumnya, Ibu Raisa menolak pemintaanku. Aku melirik sekilas ke arah Raisa, saat ini tatapan Raisa sangat rumit, dia pastinya juga tidak menyangka kalau aku akan melontarkan permintaan seperti ini.

Aku terdiam sejenak, kemudian menatap Ibu Raisa dan berkata dengan perlahan-lahan "Tante, di antara aku dan Raisa, sebenarnya tidak mudah seperti yang kamu bayangkan. Benar, kami pernah saling mencintai. Bahkan cinta Raisa terhadap aku sudah mencapai batasan tidak mengenal imbalan. Cinta seperti ini membuat aku merasa bersalah. Bagaimanapun pada saat Raisa mengalami kesulitan, aku malahan tidak menemani di sisinya. Aku berkata demikian, tante jangan merasa kalau aku hanya ingin menebus dosa agar hatiku menjadi lebih lega. Aku tidak pernah berpikir seperti ini, karena meskipun kami telah putus, Raisa tetap pernah menjadi wanita yang aku cinta dan juga sebagai saudara yang tidak dapat dipisahkan ……”

Aku sambil berkata sambil menoleh ke arah Raisa. Saat ini Raisa juga sedang menatapku, sedangkan air matanya juga terus mengalir. Aku baru saja ingin berbicara, Raisa tiba-tiba memotong pembicaraanku dan berkata "Ugie, aku tidak ingin pulang ke ibukota provinsi, serius !”

Raisa berkata demikian pastinya dikarenakan tidak ingin menyusahkan aku. Aku berjalan ke hadapannya dengan perlahan-lahan, kemudian berjongkok dan menatap Raisa, setelah itu berkata dengan nada lembut "Raisa, kalau begitu coba kamu bilang, kamu mau ke mana ? Aku pasti akan menemanimu ! Seandainya ingin pulang kampung, aku akan temani kamu pulang kampung ….”

Setelah mendengar kata-kataku, Raisa langsung mengerut alis dan berkata dengan nada panik "Kalau begitu bagaimana dengan pekerjaanmu ? Bagaimana dengan Isyana ?”

Aku tetap saja tersenyum dan menggenggam tangannya, kemudian menjawab dengan nada ringan "Kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal ini, aku akan mengatasi semuanya !”

Raisa sambil menangis sambil menatapku, kemudian terus menggeleng kepala.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu