Love And Pain, Me And Her - Bab 471 Kehilangan Veni

Dari perusahaan ke studio kami, jam segini tidak macet, membutuhkan perjalanan sekitar 40 menit. Aku harus menyiapkan bahan untuk memasak mie dan mulai memasaknya setelah 20 menit.

Tunggu Isyana sampai, dua mangkuk mie goreng yang wangi disajikan di depan Isyana. Tanpa mempedulikan citranya sebagai wanita elegen, Isyana mengambil sumpit dan mulai makan dengan enak.

Kami mengobrol sambil makan, tiba-tiba Isyana bertanya kepadaku, "Ugie, apakah kamu merasa Veni akan bersama dengan Robi?"

Membahas tentang topik ini, aku menggelengkan kepalaku, "Sekarang masih sulit mau berkata. Veni sekarang masih berada di dalam trauma diputusin. Semuanya harus menunggu dia melepaskan perasaan dia terhadap Sutan dulu"

Meskipun hari ini Veni berkata dia dan Robi itu tidak mungkin, tetapi aku merasa mereka berdua memiliki dasar untuk berpacaran, di tambah cinta Robi dan Veni itu benar-benar sangat dalam. Asal jangan menyerah, aku merasa mereka bisa jadi bersama.

Setelah aku berkata, Isyana tiba-tiba menghela nafas panjang sebelum berkata dengan wajah tidak berdaya, "Hais, satu sisiku berharap mereka bisa bersama. Tetapi di sisi lain, aku merasa sedikit sakit hati untuk Lulu. Gadis ini sangat menyukai Robi, beberapa hari ini dia tersenyum dengan terpaksa"

Aku juga menyadari apa yang dikatakan Isyana. Meskipun dari penampilan Lulu terlihat biasa saja, tetapi baru-baru ini gadis ini terus melamun sendiri. Kadang-kadang aku menggoda dia pakai makanan enak dan dia pun terlihat tidak tertarik lagi,

Setelah membahas tentang masalah Robi, kami juga sudah hampir selesai makan. Isyana meletakkan sumpitnya dan membersihkan sudut bibirnya dengna elegan, kemudian dia berkata lagi.

"Ugie, ada sebuah hal menyenangkan yang belum aku beri tahu kamu"

Melihat ekspresi Isyana yang bahagia, aku sengaja bercanda, "Apa? Kamu sudah memutuskan mau menjadi pacarku ya?"

Setelah mendengar kata-kataku, Isyana langsung melirikku dan berkata dengan lembut, "Mimpi! Yang ingin aku katakan adalah perintah perusahaan terhadapku sudah bulat. Aku sudah secara resmi menjadi wakil Presdir perusahaan"

"Apa?"

Aku melihat Isyana dengan kaget, dulu ketika Isyana pergi ke Djarum Grup, dia tidak memiliki posisi yang pasti. Katanya perusahaan meminta dia untuk bergilir di setiap departemen dulu baru mengatur posisi spesifik untuknya. Tidak menyangka dalam waktu begitu singkat Isyana sudah mendapat posisi spesifik dan bahkan posisinya adalah menjadi wakil Presdir.

Aku segera bertanya, "Tanggung jawab utama kamu dalam posisi itu apa?"

Isyana berkata dengan senang, "Untuk sementara di bagian manajemen administrasi dan sumber daya manusia"

Aku tertawa dan melihat ke Isyana, "Baik, kalau aku melamar pekerjaan di Djarum Grup, bisakah kamu menjagaku dan langsung merekrut aku saja?"

Isyana tersenyum dengan senang dan berkata dengan gembira, "Tentu saja bisa, datang menjadi asistenku!"

"Baik!"

Aku menjawab dengan senyuman.

Aku dan Isyana menghabiskan makan malam ini dengan obrolan yang menyenangkan. Melihat waktu sudah malam, Isyana pun berdiri dan merentangkan tubuhnya dengan elegan sebelum berkata, "Aku sudah kenyang, harus pulang tidur. Besok pagi aku harus menjemput Veni di rumah sakit"

Aku mengangguk dengan senyuman dan mengantar Isyana keluar dari studio, setelah meminta dia untuk mengemudi dengan hati-hati, Isyana pun pulang dan aku kembali ke studio setelah melihat mobil dia menghilang dari penglihatan aku.

Sebenarnya aku ingin menelepon ke Wulandari dan meminta dia jangan menganggu Veni lagi, tetapi sekarang sudah jam 10 lebih, jadi aku bermaksud meneleponnya pada besok.

Besok pagi, semua orang datang kerja seperti biasa. Aku sengaja pergi mencari Lulu dan bercanda dengannya, "Lulu, aku menyadari kamu terlihat semakin semangat beberapa hari ini. Kamu menjadi semakin cantik"

Aku tahu suasana hati Lulu sedang berada di keadaan buruk dalam beberapa hari ini, karena itu aku ingin membuat dia terasa agak senang. Dulu kalau aku memuji dia cantik, dia pasti merasa sangat bahagia, tetapi kali ini Lulu berkata dengan ekspresi datar, "Buat apa cantik? Tidak ada yang menyukaiku juga"

Kata-kata Lulu membuatku tidak tahu harus tertawa atau menangis. Aku bersikap keras kepala dan menambah lagi, "Lulu, kamu adalah gadis yang begitu cantik dan berkelas. Pria yang tidak menyukai kamu itu karena mereka buta. Aku percaya sebentar lagi pangeran kamu pasti akan datang mencari kamu"

Sebenarnya aku hanya sembarang berkata, tetapi Lulu malah melihatku dengan serius dan tidak puas, "Ugie, apa maksud kamu? Maksudmu adalah aku dan Robi itu tidak mungkin dan aku masih harus menunggu pangeranku?"

Aku melihat ke Lulu dengan senyuman pahit. Aku menyadari pada saat seperti ini, gadis ini benar-benar bersikap sangat emosional dan keras kepala. Mau apa yang aku katakan pun semuanya salah.

Pada saat aku sedang berpikir bagaimana menghiburnya, ponselku tiba-tiba berdering, Isyana meneleponku, sepertinya dia sudah menjemput Veni dan berada di rumah Veni sekarang.

Setelah aku mengangkat telepon, suara Isyana yang panik pun berdering, "Ugie, Veni menghilang?"

"Apa? Mana mungkin hilang?"

Aku bertanya kepada Isyana dengan kaget. Tidak mungkin, seorang dewasa yang begitu besar mana mungkin menghilang begitu saja?

Isyana menjawab dengan panik, "Aku dan Robi berjanjian untuk menjemput Veni bersama. Kami berdua pergi ke ruangan Veni dan dia tidak berada di sana, perawat berkata Veni sudah pulang ke rumah sejak pagi sekitar satu jam lalu"

Aku mengerutkan alisku dan bertanya, "Apakah kalian sudah meneleponnya?"

Isyana segera menjawab, "Sudah, tidak aktif!"

Jantungku mengerat, firasat yang buruk memenuhi hatiku, melihatku tidak bersuara, Isyana pun segera berkata lagi, "Ugie, aku dan Robi sekarang di perjalanan ke rumah Veni, kalau kamu tidak ada urusan, pergi ke sana juga"

Aku segera menjawab, "Baik, aku akan berangkat sekarang. Kita kumpul di rumah Veni saja"

Setelah itu aku pun mengakhiri telepon dan kembali ke ruanganku dengan buru-buru, setelah mengambil kunci mobil dan memberi tahu Amori beberapa hal kepada Amori. Pada saat aku berjalan sampai gerbang, suara Lulu berdering dari belakang, "Ugie, apa yang terjadi kepada Veni?"

"Tidak apa-apa"

Aku menjawab.

"Kamu membohongiku lagi, bawa aku juga, aku ikut kamu pergi"

Sambil berkata, Lulu pun berlari keluar dari studio. Sebenarnya aku tidak ingin membiarkan Lulu pergi, tetapi melihat ekspresi cemas di wajahnya, aku memilih untuk menurutinya.

Di dalam mobil, Aku memberi tahu Lulu apa yang terjadi. Sebenarnya aku merasa Veni tidak mungkin pulang rumah, kalau pulang rumah, dia tidak mungkin menonaktifkan teleponnya.

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu