Love And Pain, Me And Her - Bab 141 Siapa Dia

Namun apa dayanya juga ? Sejak saat Isyana bertemu Elisna di rumahku, kejadian terus terjadi. Aku bahkan mencurigai bahwa, apakah terjadi seperti yang ditayangkan pada sinetron, aku dikutuk oleh seseorang. Jika tidak, mengapa masalah sial ini selalu terjadi padaku ?

Bibi Salim melanjutkan pembicaraannya lagi, “Ugie, harusnya masalah anak muda, Bibi Salim tidak boleh ikut campur. Tetapi Bibi Salim hanya memiliki satu anak perempuan ini, meskipun dia banyak kekurangan. Tetapi anak ini sangat baik hati, dia juga memperlakukan orang dengan baik. Sekarang aku melihat kondisinya yang seperti ini, hatiku juga ikut sengsara. Seandainya kalian tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, kamu coba membujuknya, namanya anak gadis, bagaimanapun juga malu, sekali di bujuk pasti langsung baikan”

Aku sudah mengerti. Sepertinya Bibi Salim beranggapan kalau aku dan Isyana sedang berpacaran, sehingga dia berkata demikian. Aku menjelaskan kepada Bibi Salim, “ Bibi Salim, saat ini hubungan aku dan Isyana hanya sekedar rekan kerja dan teman. Aku tidak tahu bagaimana”

Pembicaraan aku masih belum selesai, tiba-tiba Bibi Salim memutuskan pembicaraanku, dia berkata dengan kaget, “Apa ? Kalian hanya teman? Kalau begitu jangan-jangan dia sedang pacaran dengan orang lain ? Aku melihat tingkah lakunya, sepertinya sedang putus cinta”

Kata-kata Bibi Salim membuat aku merasa canggung. Namun pada saat yang sama juga merasa bersyukur, setidaknya dapat membuktikan bahwa, Isyana selalu mempedulikan aku. Jika tidak, dia tidak akan bereaksi seperti yang di gambarkan oleh Bibi Salim.

Setelah membahas beberapa saat lagi dengan Bibi Salim, aku menyimpan ponselku, dan kembali ke departemen penjualan. Memegang ponsel sambil melamun, sepertinya kata-kata Bibi Salim juga masuk akal. Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada Isyana, seperti yang disarankan Bibi Salim, aku coba membujuknya, dan berusaha menyenangkannya.

Aku berusaha untuk tidak membahas pekerjaan, dan dengan nada perhatian seperti biasanya :”Cuaca dua hari ini mulai dingin, ingat berpakaian yang tebal”

Beberapa saat setelah pesan terkirim, masih belum mendapatkan balasan dari Isyana. Aku tidak rela, dan mengirimkan sebuah pesan lagi, menanya apa yang sedang dilakukannya ? Tidak tahu apa alasannya, setelah pesan terkirim, hatiku berdetak dengan cepat. Aku sedang memikirkan, seandainya Isyana masih tidak membalasku, apakah aku harus mengirimnya lagi ?

Ketika sedang berpikir, notifikasi ponselku berbunyi. Aku memperhatikan dengan secepatnya, ternyata memang balasan dari Isyana. Di atas hanya tertera kalimat yang pendek :”Kalau mencari aku di jam kerja, aku harap hanya untuk membahas pekerjaan”

Aku tersenyum pahit sambil menatap ponsel. Aku bahkan bisa merasakan, ketika Isyana mengetik kalimat ini, bagaimana reaksi dinginnya. Hasrat kemenanganku telah dibangkitkan, sehingga aku mengirim lagi, “Sekarang jam istirahat, bukan jam kerja !”

Beberapa saat kemudian, Isyana membalasku. Tetap saja hanya kalimat yang pendek :”Dalam pandanganku, sekarang jam kerja !”

Aku menjawab lagi :”Kalau begitu kapan jam istirahatmu, aku ingin membahas sesuatu denganmu”

Isyana membalas :”Dengan kondisi perusahaan pada saat ini, menurutmu aku ada jam istirahat ?”

Menatap pesan yang mengandung keluhan, hatiku merasa tertekan. Sepertinya kekacauan perusahaan pada saat ini, disebabkan oleh aku. Sebenarnya aku bermaksud membahas dengan baik bersama Isyana, namun melihat sikapnya, aku memutuskan untuk menyerah. Lebih baik serius mencari Riski. Sebelum masalah ini diselesaikan, sepertinya aku dan Isyana benar-benar tidak ada yang bisa dibahas lagi.

Pada sore ini, aku tetap melewatinya dengan penantian. Jane masih tidak ada kabar. Aku bahkan sudah mulai putus asa, apabila Jane juga tidak dapat menemukan Riski, aku hanya bisa menunggu Riski pulang dari cutinya.

Setelah pulang kerja, aku bersiap-siap pulang ke rumah. Ketika sampai di depan pintu masuk MRT, tiba-tiba ponselku berdering. Aku mengeluarkannya, rupanya Kalin yang meneleponku. Aku langsung mengangkat teleponnya, terdengar suara Kalin yang sedang bermalasan dan berkata, “Sudah pulang kerja kan, Ugie ?”

“Iya, baru sampai pintu depan MRT”

Kalin menguap, tetap berbicara dengan nada malas, “Jangan naik MRT lagi, datanglah mencari aku dengan taksi. Sekalian makan malam, aku mau membahas sesuatu denganmu”

Dengan tanpa keraguan, aku menyetujui usulan Kalin. Hari ini dia tidak masuk kerja, malahan meneleponku dan ingin membahas sesuatu. Berdasarkan tebakan, akan berhubungan dengan masalah iklan untuk kali ini.

Lokasi yang ditetapkan Kalin adalah sebuah restoran China, berlokasi di pertengahan kota. Setelah masuk ke dalam, berdasarkan nomor ruangan yang dikatakan oleh Kalin, aku dibimbing oleh seorang pelayan yang berseragam putih, dan langsung masuk ke dalam ruangannya.

Hal pertama yang harus diakui adalah, restoran ini memang sangat berkelas, dekorasi juga sangat mewah, pintu besar pada tempat masuk diberi cat warna merah, dan plafon yang berwarna merah ungu. Pada pertengahan plafon menggantungkan sebuah lampu kristal. Seluruh rona warnanya berpatokan pada warna merah. Bahkan karpet di lantai juga berwarna merah.

Aku sedikit bingung, meskipun penghasilan Kalin tidak rendah, namun kalau hanya kami berdua, tidak ada keharusan untuk makan di restoran yang mewah ini.

Aku mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan, Kalin sudah menanti di sana. Di luar dari dugaanku, yang dipilih oleh Kalin adalah ruangan terpisah. Sepertinya di dalam juga ada tempat khusus untuk minum teh.

Ketika Kalin melihat kedatanganku, dia menunjuk tempat duduk di hadapannya dan berkata, “Ugie, duduk sini”

Aku duduk di hadapan Kalin. Sepertinya suasana hati Kalin lumayan bagus, cara pakaiannya juga lebih cantik dari biasanya. Kaos Dior berkerah V, menampakkan setengah belahan dadanya. Pada belahan dadanya yang tidak terlalu jelas, meletakkan sebuah kalung permata silver. Liontin kalungnya kebetulan terjatuh pada puncak dadanya. Di atas sinaran lampu, berkilau indah. Aku ingat dengan kalung ini, kalung Tiffany yang dikenakannya ketika menghadiri acara pada malam itu.

Kalin sedang memesan makanan dengan pelayan, lalu berkata padaku, “Ugie, aku sudah pesan makanannya. Tidak tahu apakah cocok tidak dengan selera kamu”

Aku tersenyum, dan bercanda dengannya, “Tempat ini begitu berkelas, sebenarnya aku tidak tahu makanannya cocok dengan selera atau tidak. Karena aku tidak pernah makan di sini”

Kalin mulai tertawa. Dia memesan sebotol anggur, setelah makanannya dihidangkan. Dia mengangkat gelas anggurnya dan berkata padaku, “Ugie, aku terus terang saja. Aku hanya ingin mendengar jawabanmu, saran aku pada hari itu, kamu sudah mempertimbangkan ?”

Aku sedikit terbengong, yang dikatakan Kalin adalah masalah mengundurkan diri dari Nogo. Sebenarnya beberapa hari ini aku juga mempertimbangkannya, tetapi karena masalah sekarang masih belum selesai, aku tidak boleh meninggalkan begitu saja. Terus alasan lainnya, aku juga tidak boleh mengikuti langkahnya meskipun mengundurkan diri. Sebenarnya aku tidak ada kaitan dengannya, namun kalau kami mengundurkan diri secara bersamaan, bagaimana penilaian Isyana terhadapku ?

Aku tersenyum sekilas, menggeleng kepala sambil berkata, “Masih belum kepikiran, kalau kamu ? Sudah pasti pergi ?”

Kalin minum seteguk anggur. Dia menggeleng kepalanya, “Tidak penting aku pergi atau tidak, yang paling penting adalah kamu !”

Kalin sambil berbicara, sambil menatapku. Dengan sepasang bola mata yang indah dan menawan, mengalirkan pesona yang tidak dapat digambarkan. Aku sedikit mengerutkan alisku, menatapnya dengan tatapan kebingungan.

Kalin tersenyum lagi, dia menatapku dan berkata, “Ugie, dengarlah saranku, tinggalkan Nogo, kalau kamu terus begini, bukan sebuah hasil yang baik untukmu, apalagi sekarang ada yang sedang berusaha mengusirmu”

Aku terbengong lagi, menatap Kalin, perlahan-lahan bertanya, “Kamu terus terang saja siapa orangnya”

Selesai bicara, aku mengangkat gelas anggur, langsung menghabiskan sisa anggurnya.

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu