Love And Pain, Me And Her - Bab 417 Melukai Harga Diri

Jika Isyana tidak mengatakan, aku benar-benar tidak tahu, sekarang sudah jam 12 lewat. Tapi aku menggelengkan kepala "Hari ini mungkin tidak bisa. Aku ingin pergi mencari Eddy. Jika kamu tidak ada urusan, menemani aku pergi saja."

Isyana tidak menolak. Kami berdua langsung keluar dari studio dan masuk ke mobil Isyana. Dia bertanya kepadaku mencari Eddy untuk apa. Tapi aku tidak memberitahunya, aku hanya mengatakan nanti kamu akan mengetahuinya.

Ketika memasuki restoran berdampingan dengan Isyana, aku melihat aula yang besar sudah dipenuhi dengan orang, sepertinya bisnis Geprek semakin baik dan lebih baik.

Eddy tidak berada di restoran, aku baru saja ingin naik ke lantai atas melalui pintu samping untuk pergi ke kantor mencarinya. Tiba-tiba mendengar seorang tamu berkata "Pelayan, bukankah restoran kalian setiap hari memberikan gratis satu porsi steak? Mengapa sekarang tidak ada lagi?".

Pelayan langsung menjelaskan "Maaf tuan, untuk promo steak sudah berakhir."

Aku tercengang sejenak, bocah Eddy ini tiba-tiba mengakhiri promo ini tanpa mengabariku.

Isyana melihatku berdiri dengan aneh, dia bertanya kepadaku dengan suara yang pelan "Ugie, ada apa?".

Aku tersenyum, menggelengkan kepala dan berkata "Tidak apa-apa".

Setelah itu, aku naik lift bersama Isyana, langsung pergi ke kantor Eddy.

Tiba di depan pintu kantor. Mengetuk pintu beberapa kali. Namun tidak ada reaksi di dalam. Isyana menatapku dan berkata "Apakah Eddy tidak berada di dalam, atau menelepon dia saja?".

Aku menyetujui, sambil mengeluarkan telepon, aku membuka pintu dengan santai. Hal yang membuatku tidak terduga adalah setelah pintu terbuka. Ternyata, pemandangan di depanku membuatku sedikit tercengang.

Di depan meja besar, terdapat seorang wanita sedang duduk di atas badan Eddy, kedua tangan memeluk lehernya. Terlihat dengan jelas, keduanya sedang berciuman.

Tubuh wanita itu menghalangi pandangan Eddy, tetapi terdengar suaranya yang sangat marah "Siapa yang begitu tidak sopan, masuk begitu saja tanpa pengizinan?".

Aku diam-diam tersenyum pahit. Tuan muda ini, pada siang hari merupakan waktu tersibuk di restoran. Dia tidak pergi ke restoran untuk melakukan pengecekkan, malahan berhubungan intim di dalam kantor.

Setelah wanita itu turun, Eddy baru dapat melihat dengan jelas merupakan aku dan Isyana. Dia masih dendam denganku, melirikku dan berkata dengan dingin "Apa yang kamu lakukan di sini?".

Aku mengabaikannya dan duduk di sofa. Menyalakan sebatang rokok dan mengisap dengan kuat. Kemudian baru bertanya kepadanya " Eddy, Apakah kamu yang menghentikan promo gratis steak di restoran?".

Eddy tampak acuh tak acuh, memiringkan kepalanya dan berkata "Iya! Mengapa?".

"Kamu katakan sendiri, mengapa?"

Aku merasa sangat tidak puas dan bertanya balik kepada Eddy.

Eddy berkata dengan sok pandai "Ugie, kamu jangan hanya pandai berbicara saja, tetapi tidak mengetahui kondisi sebenarnya! Sekarang restoran sangat sibuk karena steak yang dipesan oleh pelanggan tidak cukup setiap hari, bagaimana mungkin masih dapat memberikan gratisan?".

Aku menatap Eddy dan melanjutkan "Tetapi ini merupakan perencana pemasaran kami, kamu tidak berhak mengubahnya sesuka hati".

Ketika aku mengatakan demikian, Eddy menjadi emosi. Dia berdiri, mengarahkan jarinya ke arahku dan berteriak "Ugie, aku beritahu kepadamu! Restoran Geprek milikku, Eddy. Aku dapat mempekerjakan kamu untuk membantuku melakukan pemasaran, tetapi aku juga dapat menyingkirkanmu! Kamu jangan mengaturku di sini! Aku tidak akan mendengarkanmu".

Kemungkinan karena terdapat wanita, amarah Eddy justru melambung tinggi.

Aku menatapnya, mencibir dan bertanya "Oke! Kalau begitu kamu bisa memutuskan kontrak. Tapi kamu harus memberikan biaya pemasaran kepadaku?".

Setelah mengatakan, aku juga berdiri. Perlahan-lahan berjalan ke depan Eddy, menatapnya dan berkata "Sekarang aku melihat wajah Isyana. Biaya pemasaran dan pemutusan kontrak totalnya 20 miliar. Aku bisa tidak mengambil sebanyak itu, cukup membayarku 10 miliar saja. Aku akan pergi sekarang, tidak akan mengurusi urusan Geprek lagi, bagaimana?".

Eddy menatapku dengan marah, tubuhnya sedikit gemetaran. Dan aku mendengus dan berkata dengan nada menyindir "Mengapa? Tuan Santoso mengendarai mobil sport, bermain dengan wanita cantik dan mengelola ketiga restoran. Jangan-jangan tidak bisa mengeluarkan 10 miliar rupiah. Perlukah aku memberikan waktu kepadamu, untuk kamu pergi pinjam dengan beberapa temanmu?".

Djoko sudah memberitahu kepadaku tentang situasi keuangan Geprek sejak lama. Keuangan sekarang yang tersisa tidak terlalu banyak lagi, jika dapat menstabilkan pengeluaran biasa restoran sudah bersyukur. Oleh karena itu, aku baru menekan Eddy selangkah demi selangkah.

Tentu saja Eddy mengetahui bahwa dirinya tidak bisa mengeluarkan begitu banyak uang. Seluruh tubuhnya gemetaran, tapi tidak punya solusi lain. Dan aku terus menatap Eddy, tiba-tiba wajahku berubah dan berkata dengan dingin " Eddy, apakah kamu benar-benar mengira dirimu merupakan orang hebat? Aku beritahu kepadamu, jika bukan karena aku, sekarang Geprek telah bangkrut! Kamu lihat bisnis restoran di lantai bawah kelihatannya cukup bagus, tapi apa hubungannya denganmu? Sebelumnya aku tidak ingin mengatakan denganmu, aku takut melukai harga dirimu. Tapi hari ini aku bisa memberitahumu secara langsung, kamu ini hanya manusia lumpuh yang tak berguna! Jika bukan karena ayahmu, kamu mengemis di jalan pun tidak ada yang akan memberikan kepadamu!".

Aku tahu bahwa kata-kataku berlebihan. Tapi aku hanya ingin merangsangnya dengan kata-kata seperti itu.

Ternyata, wajah Eddy berubah drastis. Dia tiba-tiba mengangkat tinjunya dan meniju ke arah wajahku. Isyana yang berada tidak jauh itu melihat Eddy telah bereaksi, dia berseru kaget " Eddy, apa yang sedang kamu lakukan?".

Sayang sekali tinjuan Eddy belum sempat menyentuh badanku. Aku sudah menangkap pergelangan tangannya. Sejak aku mendekatinya dan mulai menyindirnya. Aku sudah mempersiapkan diri jika dia akan tiba-tiba memukuliku. Lagipula, dia adalah anak dari orang kaya yang manja, disindir olehku seperti ini, dia pasti akan marah.

Aku menangkap pergelangan tangannya dengan satu tangan dan tangan lainnya langsung mengcengkram kerah bajunya. Menatapnya, berkata dengan sengit "Aku memberitahu kamu sekali lagi, Kamu adalah manusia lumpuh yang tak berguna! Membayar uang atau ikuti perencanaan pemasaranku! Kamu dapat memilih sendiri".

Setelah mengatakan, aku mendorongnya. Eddy langsung jatuh ke kursi kerjanya.

Eddy marah hingga seluruh badannya gemetaran, wajahnya memerah. Dia memelototiku dan berkata "Oke, kamu tunggu saja, aku akan memberikan uang kepadamu! Tetapi setelah kamu mendapatkan uang, kamu harus pergi jauh-jauh, kedepannya jangan muncul lagi di depanku."

"Oke! Jika kamu membayar uang itu!".

Aku tertawa.

Aku seperti ini, Eddy semakin marah.

Melihat dia memegang telepon genggam yang berada di atas meja dan memutar sebuah nomor. Ketika pihak tersebut menjawab, dia segera berkata "Ayah, ambil 10 miliar untukku. Aku punya keperluan mendesak!".

Melihat penampilan Eddy, aku merasa sedikit pahit. 10 miliar rupiah diucapkan dari mulut Eddy seperti permainan anak-anak. Tetapi bagi kami para pekerja migran, hal ini tidak perlu diragukan lagi merupakan angka yang sangat besar.

Novel Terkait

Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu