Love And Pain, Me And Her - Bab 116 Menentukan Dengan Pemungutan Suara

Ternyata Veni dan Raisa sudah janjian untuk belanja bersama akhir pekan lalu. Di mal, Raisa menerima sebuah telpon. Telpon dari Rehan Bastar. Rehan Bastar tanya pada Raisa ada di mana, Raisa memberitahunya, dirinya dan teman sedang berbelanja. Rehan Bastar bertanya lagi posisinya di mana, Raisa mengatakan nama mal.

Ketika kedua orang keluar dari mal. Raisa dan Veni tercengang oleh semua yang ada di depan mata. Mereka berdua tidak menyangka, Rehan Bastar menunggu Raisa di depan pintu. Yang lebih tak terduga lagi, di alun-alun kecil depan gerbang mal, bahkan di kelilingi oleh bunga segar hingga membentuk sebuah hati yang sangat besar sekali. Dan di samping ada layar elektronik besar, sedang memutarkan foto-foto Raisa. Ada foto dalam kehidupan, foto kerja, juga ada foto mereka berdua. Tapi semua tidak intim.

Di tangan Rehan Bastar memegang sebuket bunga mawar warna emas, dia berjalan ke hadapan Raisa. Bertanya pada Raisa, apakah bersedia menjadi pacarnya. Dan di sekitar ada kerumunan orang yang sudah berkumpul untuk menonton keramaian. Semuanya sambil tepuk tangan, sambil berteriak membujuk, agar Raisa menyetujui Rehan Bastar.

Raisa menangis! Tapi setelah beberapa saat, dia menghentikan air mata, dan tetap mengatakan kata maaf pada Rehan Bastar. Dia tidak boleh menyetujui Rehan Bastar. Dalam kekecewaan Rehan Bastar, Raisa dan Veni pergi meninggalkan alun-alun kecil.

Begitu Veni selesai bicara, kami semua tercengang. Kali ini, pandangan semua orang tertuju padaku. Dan dalam benakku tetap kosong. Tangan yang memegang rokok, juga sedikit bergetar.

Kata-kata Veni, membuat aku teringat saat terakhir kali berada di rumah Raisa, aku melihat bingkai foto di atas meja, foto kami berdua.

Sebenarnya ada apa ini? Mendadak aku, sangat ingin bertemu Raisa. Aku ingin langsung bertanya padanya, selingkuh, hamil, apakah semua itu sedang membohonginya? Kenapa dia harus berbuat seperti itu?

Aku mengisap rokok. Tampaknya hanya dengan ransangan dari tembakau, baru bisa membuatku jauh lebih sadar.

Robi duduk di sebelahku, wajahnya penuh keraguan menatapku, mendadak, dia bertanya padaku, “Ugie, coba kamu pikir dalam waktu begitu singkat. Rehan Bastar orang itu, dari mana bisa mendapatkan begitu banyak bunga? Juga masih mendapatkan layar besar elektronik. Orang ini memiliki sedikit kemampuan”

“Bajingan!”

Sutan memarahi Robi sepatah kata. Perhatian Robi memang tidak sama, kami sedang berpikir kenapa Raisa bisa berbohong pada kami. Namun Robi malah memikirkan dari mana Rehan Bastar mendapatkan begitu banyak bunga segar.

Sebenarnya aku tahu, Robi sengaja menggodaku. Dia tahu setelah aku dan Raisa putus, bagaimana melewati hari-hari yang penuh penderitaan dan keputusasaan itu. Dia tidak ingin aku menderita lagi, jadi baru sengaja menggodaku agar lebih senang.

Sutan selesai memarahi Robi, langsung bertanya pada Veni, “Ven, lalu kamu tidak tanya Raisa, sebenarnya ada apa dengan semua ini?”

Veni tersenyum pahit sejenak, dia perlahan-lahan mengatakan, “Tentu saja aku sudah tanya, tapi Sasa tidak mengatakan apa pun. Kalian juga paham dengan Sasa, jika masalah yang tidak ingin dia katakan, tidak ada orang yang bisa bertanya.”

Veni selesai bicara, lalu melihatku sejenak.

Veni mengatakan yang sebenarnya. Raisa memang begini, sekalipun di saat-saat termanis kami, aku bertanya masalah yang tidak ingin dia katakan, dia juga tidak akan memberitahuku. Sebenarnya dalam poin ini, aku malah sangat kagum padanya.

Veni selesai bicara, melihatku lagi, “Ugie, cari Sasa untuk ngobrol saja! Hubungan kalian selama lima tahun, dilepaskan begini saja, terlalu disayangkan! Sebenarnya dari awal, aku sudah tidak percaya Sasa selingkuh dan hamil. Sekarang aku semakin percaya dengan penilaianku pada saat itu. Tidak peduli kenapa Sasa bisa berkata seperti ini padamu. Dia pasti ada kesulitannya sendiri. Aku berharap kamu juga jangan bertanya padanya, kejar dia lagi dari awal. Kalian mulai dari awal lagi semuanya, baik tidak?”

Aku mengambil sebatang rokok lagi. Setelah menyalakannya, sekuat tenaga mengisapnya sekali. Melihat asap yang perlahan mengepul, aku merasa diriku sama seperti rokok ini, sedang menggantung di udara.

Veni melihatku tidak bicara, lalu dia berkata lagi, “Saat masih kuliah, betapa baiknya kalian berdua. Pada saat itu, semuanya sangat iri pada kalian. Ugie, kamu juga tahu, Sasa mencintaimu. Orang dalam kehidupan ini, bisa menemukan cinta sejati kita, apakah kamu tahu betapa sulitnya itu?

Jangan sampai melewatkan kesempatan ini, boleh?”

Aku tetap terdiam! Dalam benakku hanya ada dua pertanyaan.

Apakah waktu itu Raisa benar-benar membohongiku? Tapi kenapa dia mau membohongiku? Bagaimanapun aku tidak mengerti, hubungan lima tahun, mendadak dia lepas tangan. Meskipun kebohongan yang dibuat, kenapa harus membuat sebuah, kebohongan yang membuat aku merasa sangat terhina?

Mereka semua melihatku, siapa pun tidak bicara. Mendadak, Robi memukul meja dengan pelan, dia berkata dengan suara keras, “Aku tidak setuju! Berdasarkan apa harus mengejarnya lagi? Walaupun Raisa tidak selingkuh, yang dia lakukan juga tidak benar. Setidaknya dia tidak menghargai Ugie, dua orang bersama, maka harus saling jujur. Selama setengah tahun ini, sudah menyiksa Ugie hingga jadi seperti apa? Sekarang kembali untuk mengejarnya, bagaimana kalau suatu hari dia menggunakan alasan lain lagi. Maka itu sungguh satu tendangan membuat Ugie masuk ke neraka”

Kata-kata Robi, membuatku memiliki dorongan untuk tiba-tiba menangis. Dalam waktu setengah tahun ini, sebagian besar Robi yang menemaniku melewatinya. Kami berdua setiap hari mabuk-mabukan hidup dalam keadaan linglung. Sebenarnya aku juga tidak ingin melewati hari-hari seperti itu, hanya saja jika aku tidak minum alkohol, aku sama sekali tidak bisa tidur. Hingga aku bergabung dengan PT. Nogo, mengenal Isyana Mirani, semua ini baru perlahan-lahan membaik.

Begitu Robi selesai bicara, Sutan mengerutkan alis, melambaikan tangan padanya, “Sana kamu ke samping, ikut menambah kekacauan apa lagi?”

Robi tidak terima, dia bersikeras mengatakan, “Bagaimana ini kekacauan? Ini adalah sebagai sahabat, saran yang paling tulus. Mulai mengejar Raisa lagi, lebih baik mengejar presdir Mirani saja! Lagipula semuanya tidak bisa diandalkan, kalau begitu lebih baik cari yang lebih tidak bisa diandalkan lagi”

Robi pada saat ini, dia juga tidak lupa memprovokasiku.

Tidak ada yang peduli padanya! Robi merasa sedikit tidak berdaya.

Dia merasa tidak rela, berkata lagi, “Karena kita semua adalah teman Ugie, dan orang yang sangat perhatian pada Ugie. Agar dia bisa memiliki penilaian yang lebih baik, sekarang aku usulkan, lakukan pemungutan suara untuk menentukan! Kita semua katakan, kalian dukung Ugie mengejar siapa! Aku duluan, aku dukung Ugie mengejar presdir Mirani. Veni, giliran kamu.”

Veni tersenyum sejenak, dia melihat Robi, tetap berkata dengan suara lembut, “Robi, jangan main-main lagi. Masalah perasaan, apakah bisa diselesaikan dengan satu orang satu suara?”

Semua orang mengira Robi sedang bermain-main, tapi dia sama sekali tidak terima. Matanya penuh kekesalan, segera menjawab, “Ini tidak sedang bermain-main! Ini adalah saran yang diberikan para sahabat untuk dia, kamu harus mengatakan satu”

Veni tidak berdaya lalu tersenyum pahit. Dia dengan lembut mengucapkan nama Raisa. Ini adalah sifat Veni, jelas-jelas dia tahu Robi sedang bermain-main. Tapi masih tetap mengikuti kemauannya. Dia selalu seperti ini, selalu takut jika menolak, akan membuat orang terluka. Tapi Veni tidak tahu, ini juga titik kelemahannya yang sangat fatal.

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu