Love And Pain, Me And Her - Bab 535 Bandara

Aku menjelaskan kepada Isyana.

“Tuan Robi kita selalu seperti ini, pada saat kami baru lulus dari perguruan tinggi. Semua orang sibuk mengemas dan memindahkan barang-barang, tetapi dia sendiri, hanya membawa pakaian, ditambah dengan sebuah buku catatan saja. Selain itu dia tidak membawa apapun, langsung pergi. Menggunakan kata-kata Robi, ini namanya ‘Ketika semua masalah selesai, langsung pergi tanpa meninggalkan nama.’”

Begitu Isyana mendengar, tertawa terkekeh-kekeh, kemudian bertanya Robi “Lalu, bagaimana dengan barang-barangmu? Buang?”

Robi menghelakan nafas, menggerak-gerakkan bahunya, kemudian berkata dengan santai “Donasikan semua, menyumbangkan kepada orang yang lebih membutuhkan. Kota ini, bagiku, tidak ada yang perlu untuk dikenangkan lagi. Tentu saja, kecuali kalian.”

Robi jarang mengatakan kata-kata menyedihkan yang seperti ini. Begitu Robi selesai berkata, Robi meratapiku dan berkata “Ugie, grup kita yang awal terdiri dari 5 anggota, sekarang sudah bubar. Tidak peduli apa alasannya kamu putus dengan Raisa, bagaimanapun kita semua adalah teman. Aku berharap kamu dapat membantunya. Gadis itu, sebenarnya hidup Raisa tidak mudah.”

Robi sambil berkata, membalikkan badan melihat ke arah Isyana. Isyana langsung berkata “Robi, jangan khawatir, mengenai hal ini, aku pasti akan mendukung Ugie. tidak akan sembarangan cemburu.”

Robi tersenyum, kemudian berkata kepada kita berdua “Kalian berdua harus cepat, segera memberikan aku seorang keponakan. Setelah dia bertumbuh besar, aku akan mengajak dia untuk makan, minum dan berjudi.”

Robi berusaha untuk bercanda ataupun bergurau. Aku mengetahui bahwa, Robi berkata seperti itu, karena Robi tidak ingin adegan perpisahan ini menjadi terlalu menyedihkan saja.

Setelah melihat jam, sudah pukul tiga sore. Robi menghelakan nafas, kemudian berusaha untuk tersenyum, meratapiku, kemudian berkata “Ugie, memperlakukan Isyana dengan baik, Isyana adalah seorang gadis yang baik.”

Aku menganggukan kepala. Kemudian melihat Robi tersenyum pahit, Robi menggelengkan kepala dan berkata “Mengapa aku seperti orang yang akan meninggal, sedang menitip pesan sebelum meninggal? Terlalu bertele-tele! Baiklah, saatnya aku harus pergi!”

Begitu Robi menyebutkan kalimat pergi, jantungku berdebar kencang. Aku menggapai tanganku, kemudian bertepuk tangan dengannya, meratapi dia, berkata dengan tulus “Saudaraku, jaga dirimu!”

Begitu aku selesai berkata, kedua mata Robi masih memerah. Tiba-tiba kita berdua saling melebarkan tangan, kemudian berpelukan dengan erat, Robi menepuk punggungku dan berkata dengan nada rendah “Ugie, meskipun aku benci kota ini. Kota ini mengakhiri cintaku yang berjalan selama sembilan tahun. Tetapi aku sangat berterima kasih, bagaimanapun kamu ada disini, saudaraku seumur hidup! Saling menjaga diri!”

Kata-kata Robi, membuatku merasa tercengang. Aku menahan air mata, berusaha untuk tidak meneteskan air mata. Menepuk punggung Robi dengan kuat, dua orang saling memahami tanpa harus mengucapkan satu katapun.

Robi menghelakan nafas panjang, berusaha tersenyum. Melambaikan tangan kepadaku dan Isyana. Kemudian, tiba-tiba Robi membalikkan badan. Jalan menuju ke arah safety check.

Baru saja melangkah dua langkah, tiba-tiba, tidak jauh dari belakang, terdengar suara yang lembut “Robi, tunggu sebentar.”

Dengan serentak kita bertiga membalikkan badan. Hanya melihat sosok bayangan yang sangat familiar jalan menuju ke arah kami, itu adalah Lulu.

Lulu mengenakan gaun putih dan kacamata hitam, mengangkat kepala dengan percaya diri. Rambut Lulu bergerak seiring dengan langkah kakinya. Lulu menyeret sebuah koper besar yang berwarna putih. Lulu berjalan menuju ke arah kami, melambaikan kepada Robi sambil tersenyum.

Robi tertegun, Isyana juga tertegun. Hanya aku saja, yang mengetahui apa yang terjadi.

Begitu sampai di samping kami, Lulu menyapa Isyana dulu. Kemudian bertanya kepada Robi “Kamu pulang ke kota Beijing ?”

Robi menatapku dengan linglung, kemudian meratapi Lulu, menganggukan kepala dengan bingung.

Sedangkan Lulu menggerakkan bahunya, Lulu tersenyum dengan licik, memiringkan kepala dan berkata “Kebetulan sekali? Aku juga pergi ke kota Beijing, coba melihat boarding pass kamu.”

Robi memberikan boarding pass kepada Lulu dengan bingung. Lulu mengambilnya, sekilas melihat boarding pass tersebut, kemudian berkata:

“Oh, bukankah ini kebetulan sekali? Aku juga dalam jadwal penerbangan ini. Hanya saja milik kamu adalah kelas ekonomi, sedangkan aku adalah kelas bisnis. Lebih nyaman dibandingkan kamu.”

Robi tertegun lagi, Robi melihat ke arahku, kemudian melihat ke arah Lulu. Berkata “ Lulu, kamu pergi ke?”

Lulu langsung menjawab “Pergi ke kota Beijing, bukankah aku sudah bilang?”

Robi menganggukan kepala, kemudian berkata “Aku tahu kamu pergi ke kota Beijing, ada urusan pekerjaan atau berwisata?”

Lulu memiringkan kepala, berkata dengan nada nakal “Dua-duanya bukan!”

Robi menambah bingung. Sedangkan Lulu lanjut berkata “Begini, aku pindah kerja ke kota Beijing. Mulai hari ini, aku akan tinggal di kota Beijing. Robi, aku sama sekali tidak familiar dengan kota Beijing. Menurutmu seorang gadis, tidak familiar dengan lingkungan sekitar, apabila tidak ada orang kenal yang menjaga, tentu saja tidak bisa. Bagaimana menurutmu?”

Robi yang selalu bersikap bodoh dan penuh dengan omongan kosong, berada di hadapan Lulu yang begitu fasih, selain menganggukan kepala, tidak bisa mengatakan apapun.

Melihat Robi menganggukan kepala dengan linglung, Lulu lanjut berkata “Robi, apakah kita berdua adalah teman?”

Robi menganggukan kepala lagi.

“Apabila begitu, apakah kamu memiliki kewajiban untuk menjagaku?”

Robi tersenyum pahit, selain menganggukan kepala, Robi tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

“Baik, setelah tiba di kota Beijing. Kamu membantuku menyewa rumah, membereskan rumah, mengatur air listrik dan membantuku membunuh kecoa. Biasanya aku tidak suka memasak, kamu begitu pintar memasak. Setiap dua hari, kamu harus memasak untukku satu kali. Agar giziku tetap terjaga. Sebaiknya setiap hari kamu berdoa, aku jangan sakit, apabila aku sakit, harus dirawat di rumah sakit. Jika dirawat di rumah sakit, kamu harus merawatku, menurut kamu, benar?”

Robi meratapi Lulu dengan senyum pahit, akhirnya Robi berkata “Kamu berkata seperti itu, seolah-olah aku adalah pengasuhmu?”

Lulu langsung menjawab “Salah, kamu bukan pengasuhku. Kamu adalah teman, temanku! Seorang teman yang memiliki kewajiban untuk menjagaku.”

Lulu ini, menjadi semakin pintar. Menggunakan kata ‘Teman’, untuk mengikat Robi.

Robi masih ingin menjelaskan, aku langsung mendorong mereka berdua, kemudian berkata “Baiklah, kalian berdua mempunyai banyak waktu untuk mengobrol saat di kota Beijing. Cepat pergi, nanti ketinggalan pesawat.”

Robi tersenyum pahit. Sedangkan Lulu tersenyum bangga kepadaku dan Isyana, melambaikan tangan. Kemudian, membalikkan badan. langsung merangkul lengan Robi. Robi ingin menjaga jarak, tetapi tidak berhasil, kemudian mendengar Lulu berkata seperti itu “Kita adalah teman, kamu harus menjagaku. Apabila kamu tidak menggandengku, kemudian aku tersesat?”

Melihat bayangan mereka berdua, aku dan Isyana saling bertatapan dan tersenyum. Meskipun tidak tahu kedepannya mereka berdua akan seperti apa. Tetapi setidaknya, hubungan mereka berdua sekarang terlihat cukup bagus.

Melihat mereka berdua melewati safety check, aku dan Isyana membalikkan badan kemudian pergi.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu