Love And Pain, Me And Her - Bab 436 Tentu Saja Targetnya Adalah Dia

Kami minum anggur cukup banyak. Sampai di saat makan malam telah selesai, waktu telah menunjukkan jam pulang kerja. Karena minum alkohol, aku tidak bisa mengemudi. Dan aku pun memanggil supir, memintanya mengantarkanku kembali ke studio.

Para karyawan sudah pulang kerja dan aku berbaring di tempat tidur, sambil memikirkan apa yang terjadi hari ini. Rencanaku sebelumnya dilaksanakan dengan sempurna, tetapi hatiku malah tidak bisa merasa bahagia. Semua ini karena Sutan, sahabat terbaikku.

Ketika aku sedang hanyut dalam pikiranku, ponselku tiba-tiba berdering. Melihatnya dan ternyata itu adalah Isyana. Aku buru-buru mengangkatnya, terdengar suara lembut Isyana dari balik ponsel "Direktur Ugie, hari ini suasana hatimu lumayan baik, pasti kamu banyak minum alkohol?"

Aku terkekeh. Tidak perlu dipikirkan lagi, pasti si gadis Lulu itu telah melaporkan kejadian hari ini kepada Isyana.

Suasana hati Isyana sepertinya juga lumayan baik, dia berinisiatif untuk bercanda denganku. Aku menjawabnya dan bertanya balik padanya "Hari ini semuanya baik, satu-satunya kekurangan adalah kamu tidak di tempat."

Kata-kataku ini dikatakan sedikit tidak jelas. Yang menunjukkan Isyana tidak datang ke acara penawaran, tetapi juga menunjukkan Isyana yang tidak datang ke acara makan tadi sore.

Terdengar tawa lembut Isyana dari balik ponsel dan dia lanjut berkata "Ugie, aku tidak pernah menyangka. Kamu sangat licik."

Aku tahu, yang dimaksud Isyana adalah masalah Don Juan yang memenangkan tawaran itu.

"Oh? Kamu menggunakan kata-kata licik untuk menggambarkan calon pacarmu, apakah menurutmu itu wajar?"

Setelah minum, ditambah dengan suasana hati Isyana yang baik, kata-kata yang aku ucapkan tidak ada keraguan lagi.

Isyana tertawa lagi, lalu dia berbisik "Ugie, mukamu semakin lama semakin tebal. Kamu sudah hampir mengejar Robi."

Begitu dia selesai berbicara, kami berdua pun tertawa. Rasanya tidak baik membicarakan Robi dari belakang. Tapi ini adalah hal yang memang membuat orang merasa senang.

Mengobrol beberapa hal secara acak. Isyana tiba-tiba berkata "Ugie, aku telah mendengar tentang penawaran kalian hari ini, jadi aku terus berpikir. Menurutmu apakah mungkin suatu hari nanti, kamu akan membuat sebuah jebakan dan membiarkanku untuk masuk juga?"

Aku terkekeh dan berkata dengan suara rendah "Isyana, pada dasarnya aku tidak perlu memasang jebakan apa pun. Kamu sendiri adalah jebakan, yang jatuh ke dalamnya bukan dirimu, tapi aku. Namun jebakan ini, aku sendiri bersedia untuk jatuh ke dalamnya."

Kata-kataku sepertinya membuat Isyana semakin bahagia. Dan aku mendengar dia berkata dengan manja "Ada apa denganmu hari ini? Mengapa kamu tiba-tiba menjadi pandai berbicara?"

Aku sedikit tersenyum. Sebenarnya, aku bukanlah orang yang bisa mengucapkan kata-kata manis.

Isyana berkata lagi "Ugie, aku ingin menelepon Don Juan."

Jika sebelumnya, aku pasti akan merasa cemburu. Tetapi hari ini berbeda, aku berkata dengan tak peduli "Ada apa? Apakah kamu kasihan padanya, atau?"

Setelah aku mengatakan kata-kata ini, aku merasa sedikit menyesal. Untungnya saja, Isyana tidak mempermasalahkannya. Dia berbisik "Ugie, jika di dunia ini ada pria yang pantas aku kasihani. Orang ini tentunya bukan Don Juan."

"Kalau begitu siapa?"

Aku bertanya lagi.

"Kamu tebak?"

Isyana tidak menjawab secara langsung dan terus berputar-putar denganku.

"Aku tidak berani menebaknya, tapi aku berharap orang ini adalah aku!"

Aku berbicara dengan pelan.

Isyana terkikik dan berkata lagi "Ugie, ada satu hal yang harus kuberitahukan padamu. Jika kamu menganggap Don Juan sebagai sainganmu, maka kamu salah besar. Di dalam hatiku, Don Juan hanyalah teman dari kecilku saja. Jika aku ingin bersama dengannya, aku pasti sudah bersamanya sejak lama. Tidak perlu menunggu sampai hari ini."

Kata-kata Isyana membuat hatiku terasa hangat. Meskipun sebelumnya dia pernah mengatakan hal yang sama, tetapi aku selalu merasa tidak tenang. Dan setelah kembali berbaikkan dengan Isyana kali ini, aku semakin lama semakin menyadari. Isyana sama sekali tidak peduli dengan perasaan Don Juan.

Misalnya hari ini, tindakkanku kepada Don Juan, Isyana tidak menunjukkan sedikit pun ketidakpuasannya kepadaku. Sebaliknya merasa ini adalah sesuatu hal yang sangat menarik.

Saat berbicara dengan Isyana, tiba-tiba ada panggilan telepon dari orang lain. Aku meliriknya dengan santai dan sedikit terkejut. Aku tidak menyangka bahwa telepon itu dari Sutan.

Aku langsung memberitahu Isyana dan berkata "Isyana, Sutan meneleponku. Aku jawab telepon darinya dulu, aku akan meneleponmu lagi nanti."

Isyana langsung menjawab "Sutan mencarimu, kemungkinan juga untuk minum. Hari ini kamu sudah terlalu banyak minum, jadi kamu harus minum lebih sedikit saat bersamanya. Tidak perlu meneleponku lagi, setelah minum langsung istirahat saja."

Kata-kata Isyana membuat hatiku terasa sangat lega. Dia semakin peduli dengan perasaanku dan berubah semakin memperdulikanku.

Menjawab panggilannya Sutan, sebelum aku mulai berbicara. Terdengar suara Sutan dari sana "Ugie, kamu di mana?"

Aku meregangkan pinggangku dan berkata dengan malas "Aku bisa di mana? Tentu saja berada di studio, apakah kamu sudah pulang kerja?"

Tanyaku dengan santai. Tapi Sutan tidak menjawab kata-kataku sama sekali, dia langsung berkata "Tunggu aku, aku pergi ke tempatmu sekarang."

Sambil berkata, Sutan langsung menutup telepon.

Aku tahu, Sutan mencariku seharusnya ada kaitannya dengan penawaran hari ini. Aku duduk, menyalakan rokok, berpikir sambil menunggu Sutan.

Beberapa saat kemudian, terdengar ketukan pintu dari luar. Aku bangkit berdiri untuk membuka pintu dan melihat Sutan berdiri di depan pintu. Begitu masuk ke dalam, dia langsung duduk di sofa, menyilangkan kaki, menatapku dan berkata "Apa yang masih kamu lakukan? Bukankah kamu punya banyak anggur di sini? Buka dua botol, aku ingin mengobrol baik-baik denganmu hari ini."

Aku tertawa dan pergi ke lemari untuk mengambil minuman. Sebenarnya aku lebih suka Sutan menggunakan nada ini untuk berbicara denganku, karena ini adalah nada yang hanya bisa dimiliki oleh teman baik.

Setelah membuka sebotol anggur asing dan kemudian pergi ke lemari es untuk mengambil es batu dan makanan ringan. Duduk di depan Sutan, aku langsung berkata "Aku sudah menyiapkan makanan dan minuman untukmu, katakan saja, kamu mencariku untuk membicarakan apa?"

Sutan mengambil gelas anggur dan meneguk dalam satu tegukan besar. Kemudian dia menatapku dan berkata "Ugie, aku sekarang benar-benar ingin tahu. Apa tujuanmu melakukan hal itu hari ini?"

Aku mengambil kacang dan melemparkannya ke mulutku. Sambil mengunyah, aku menatap Sutan dan bertanya "Sutan, pertanyaanmu ini sedikit aneh! Kamu harusnya tahu bahwa aku paling membenci Don Juan. Aku melakukan hal ini hari ini, tentu saja targetnya adalah dia."

Begitu suaraku keluar, Sutan langsung mencibir. Dia memiringkan kepala dan menatapku dan berkata dengan tidak puas "Naif! Terlalu naif! Manfaat apa yang kamu dapatkan ketika kamu menargetkannya? Jika proyek ini jatuh ke tanganmu hari ini, apa yang akan kamu lakukan? Aku beritahu padamu, kamu akan dibuat bangkrut oleh Indoma, studio yang baru saja kamu dirikan ini, akan bangkrut karena ini. Apakah kamu pernah memikirkan tentang ini?"

Emosi Sutan sedikit menaik.

Novel Terkait

My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu