Love And Pain, Me And Her - Bab 44 Memutuskan Untuk Pergi

Semakin aku membacanya, semakin membuatku marah. Ini semua adalah jiplakan dari rencana kita. Setelah membaca sampai habis, aku melemparkan buku rencana itu ke atas meja. Kembali melihat Sutan, lalu bertanya, “Ini buku rencana SHOPI?”

Sutan mengangguk. Aku menatap Isyana, dan dia juga menatapku. Kami saling memandang dalam diam. Aku akhirnya mengerti mengapa Isyana pernah berkata bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah internal dan eksternal. Kelihatannya ada penyusup di perusahaan.

Aku mencoba menganalisis ini dengan Isyana. Isyana mengambil tasnya, lalu berdiri. Dia memandang Sutan dan berkata, "Direktur Sutan, meskipun saya menyesal tidak bisa bekerja sama dengan perusahaan anda untuk saat ini. Tetapi saya percaya bahwa kita masih akan memiliki kesempatan di masa depan. Saya masih memiliki beberapa hal untuk ditangani di kantor, kalian berbincang-bincanglah dulu, saya akan pergi dulu. "

Sutan dan aku juga ikut berdiri. Aku menatap Isyana, tapi wajah Isyana tidak berekspresi dan tidak menatapku sama sekali. Aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Tetapi hatiku seperti ingin meledak, benar-benar ingin membantunya, aku mengecewakannya lagi.

Setelah Isyana pergi. Sutan dan aku berbicara beberapa kata, lalu dia menepuk pundakku, dengan menyesal berkata, "Ugie, aku juga tidak bisa mengatakan apa-apa. Semuanya karena aku tidak melakukannya dengan baik. Aku akan menebusnya padamu nanti. Aku masih ada meeting sebentar lagi, aku pergi dulu. "

Aku menenggak segelas bir dan mengangguk.

Aku duduk seorang diri di bar untuk beberapa saat sebelum akhirnya pergi. Aku berdiri di pinggir jalan, lalu dedaunan jatuh di kakiku. Aku baru menyadari bahwa musim panas sudah selesai, dan sudah mulai memasuki awal musim gugur.

Aku berjalan sendirian untuk waktu yang lama. Aku tidak ingin pergi ke kantor, aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi rekan kerjaku. Terlebih lagi, aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi Isyana.

Meski saat meninggalkan bar ekspresi Isyana sangat tenang. Tetapi aku tahu bahwa hatinya pasti sangat sakit. Dari penuh harapan ke putus asa. Tidak ada orang yang masih bisa terlihat tidak peduli.

Tidak ada tempat untuk pergi, jadi lebih baik aku pulang. Berbaring di sofa, dan tidak berhenti merokok. Memikirkan tentang hal-hal yang terjadi saat aku mulai bekerja di PT. Nogo Internasional.

Semakin berpikir aku semakin sadar bahwa aku benar-benar seorang pecundang. Pesanan KIMFAR terbang begitu saja karena aku. Aku sudah bertemu dengan beberapa klien, tetapi tidak ada yang berhasil. Sutan mengambil inisiatif untuk mengirimkan pesanan dalam jumlah besar, tetapi akhirnya diserobot orang.

Aku semakin merasa bahwa aku tidak kompeten. Mungkin aku sama sekali tidak cocok untuk bekerja di industri ini. Tiba-tiba aku punya pemikiran untuk mengundurkan diri.

Aku mengambil ponsel, mengirim pesan ke Isyana, menanyakan apa yang sedang dia lakukan. Setelah menunggu lama, dia masih belum membalasnya. Karena minum pada siang hari, aku menunggu sebentar lalu tertidur.

Ketika aku bangun, langit di luar sudah gelap. Hal pertama yang kulakukan adalah melihat ponsel, untuk melihat apakah Isyana membalas pesanku. Sayangnya, Isyana masih belum membalas.

Aku menelepon Lulu lagi. Menanyakan padanya apakah Isyana ada di kantor siang ini? Lulu memberitahuku bahwa Isyana ada di perusahaan sepanjang sore. Tapi sepertinya moodnya sedang tidak bagus. Dia sendirian di kantor. Tidak ada yang melihatnya.

Kata-kata Lulu membuat hatiku menjadi lebih sedih. Isyana tidak membalas pesanku, ini berarti dia sangat kecewa denganku.

Dan sepertinya aku tidak memberi bantuan apa pun di perusahaan selain membuatnya marah. Aku berbaring di sofa. Memandangi ruangan yang familiar, memikirkan pengalamanku setelah lulus. Semakin memikirkannya, semakin merasa bahwa aku tidak berguna!

Meninggalkan kota! Pemikiran ini muncul di benakku.

Aku bangun perlahan. Jika aku benar-benar ingin pergi, hal pertama yang harus kulakukan adalah mengembalikan kamar ini ke Isyana. Dengan cara ini, setidaknya aku dan dia tidak saling berhutang.

Memikirkan hal ini, aku mulai mengemasi barang-barang. Setelah mengemas sebentar, aku mengirimkan pesan lagi kepada Isyana. Kali ini, aku tidak memanggilnya Isyana. Tetapi direktur.

"Presdir Mirani! Maaf aku mengecewakanmu lagi. Sepertinya aku tidak cocok untuk bekerja di industri periklanan. Jadi aku memutuskan untuk mengundurkan diri. Aku akan memberikan kunci kamar kepada pemiliknya. Aku akan menitipkan surat pengunduran diri pada Lulu lalu dia akan memberikannya padamu "

Setelah itu aku mengetik pesan panjang. Tetapi setelah memikirkannya, aku menghapusnya. Lagi pula, pergi ya pergi saja. Tidak perlu terlalu sensasional.

Saat aku mengirim pesan itu, hatiku tiba-tiba terasa sakit. Tiba-tiba aku sedikit khawatir tentang Isyana, PT. Nogo Internasional sedang dalam krisis, bisakah dia menanganinya?

Setelah dipikir-pikir, aku benar-benar berlebihan. Jika Isyana benar-benar putus asa, ayahnya, Djarum, tidak akan duduk diam dan mengabaikan. Ada juga Don Juan Romino yang mengejarnya. Dia selalu berpikir bahwa SHOPI dan PT. Nogo Internasional akan bergabung. Orang-orang ini jauh lebih berguna daripada aku.

Memikirkan tentang hal ini, aku merasa sangat lega.

Lebih dari satu jam berlalu. Isyana masih tidak membalas pesanku. Setelah berpikir sebentar, aku matikan ponselku. Mengemas barang-barang dan bersiap untuk meninggalkan kota ini.

Aku memesan tiket untuk pulang malam berikutnya secara online. Tiket sudah dipesan, dalam hati kecilku, aku merasa sedikit lega. Raisa dan Isyana tidak akan ada hubungannya lagi denganku. Dan aku juga tidak akan pernah terlibat lagi dengan kota ini.

Aku hanya ingin kembali dan melihat orang tuaku. Setelah putus dengan Raisa, aku jarang menghubungi mereka. Meskipun mereka tidak pernah mengatakan apa pun, tetapi aku tahu di lubuk hati mereka yang terdalam, mereka merasa kecewa.

Hari berikutnya adalah akhir pekan. Dini hari, aku sadar bahwa aku harus pergi menemui mentorku, Profesor Li. Bisa dibilang aku termasuk murid kesayangannya, jadi aku harus menyatakan rasa hormat kepadanya lagi sebelum meninggalkan kota.

Profesor Li masih tinggal di gedung tua kampus. Alasan mengapa dia enggan pindah adalah karena dia suka kebun sayur kecil di depan gedung itu. Dia tidak menanam sayuran, tetapi menanam bunga. Dari musim semi hingga musim dingin, bunga ditaman kecil Profesor Li selalu mekar. Dan juga menjadi pemandangan kecil di kampus yang besar ini.

Aku membeli beberapa macam hadiah. Naik bus ke kampus. Begitu tiba di lantai bawah, aku melihat Profesor Li dengan rambut peraknya sedang sibuk di kebun kecilnya.

Dia menunduk sehingga tidak menyadari kedatanganku. Aku juga tidak ingin mengganggunya, hanya mengawasinya menyirami bunga dan memotong cabang.

Setelah beberapa saat, dia akhirnya berdiri tegak. Begitu melihatku, dia tertawa dan berkata, "Ugie, sejak kapan kamu berdiri disitu, bagaimana kamu datang tanpa suara?”

Aku juga ikut tertawa. Aku membantu Profesor Li keluar dari taman sambil bertukar salam dengannya.

Perabotan Profesor Li hampir sama dengan sebelumnya. Perbedaan terbesar adalah bahwa ada bingkai di tengah rak buku. Ada foto hitam-putih dan orang di dalamnya adalah istrinya.

Profesor Li sangat ramah, dia meminta pembantunya untuk mengambil buah dan membuat the untukku. Aku menjadi segan. Setelah mengobrol sebentar, Profesor Li tiba-tiba bertanya kepada saya, "Ugie, apakah sesuatu di PT. Nogo Internasional tidak berjalan sesuai keinginanmu kah?”

Aku bertanya dengan bingung kepada Profesor Li, "Apakah Isyana menghubungimu?"

Profesor Li tertawa terbahak-bahak. Dia mengambil cangkir itu, dengan lembut meniup teh, menyesap, dan kemudian berkata, "Isyana tidak menghubungiku. Tetapi kamu datang kepadaku pagi ini, jika tidak memiliki masalah. Kamu tidak akan datang menemuiku sepagi ini. "

Setelah mengatakan itu, Profesor Li tertawa lagi.

Aku merasa sedikit malu. Ketika aku masih bersama Raisa, aku sering mengunjunginya. Tetapi setelah putus dengan Raisa, aku tidak pernah mengunjunginya untuk waktu yang lama.

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu