Love And Pain, Me And Her - Bab 439 Penawaran Sutan

Setelah aku selesai bicara, Sutan segera menggelengkan kepalanya, dia menatapku dan berkata dengan senyum, “Ugie, kamu salah, yang mendapat keuntungan bukan hanya kami Indoma, tetapi juga kamu! “

Aku memandang Sutan, terkekeh dan bertanya kepadanya, “Aku selain mengeluarkan amarah, keuntungan apa yang aku dapat? “

Sutan tidak menjawabku, dia mengambil gelas wine. Mengisi gelasku dengan penuh. Kemudian, mengambil gelas wine, menatapku dan berkata, “Sutan, kita berteman begitu banyak tahun, kita saling mengenal juga. Tahun itu ke ketika masih kuliah, aku pernah berkata, di sekolah kita, IQ kamu satu-satunya yang bisa bersaing denganku, hanya kamu. Tentu saja, IQ Robi juga sangat tinggi. Tetapi dia tidak melakukan pekerjaan dengan baik. Setelah kita bekerja, kita berada di perusahaan yang berbeda. Aku selalu menyesal, tidak bisa bekerja denganmu. “

Sambal mengatakan, Sutan menyentuh gelas denganku dan terus berkata, “Habisi gelas ini, baru aku lanjutkan. “

Kami berdua tidak ragu, mengangkat kepala dan menghabiskan wine itu. Sutan mengambil sebiji popcorn dengan tangannya, memasukkan ke dalam mulut, sambil makan, sambil melihatku dan berkata,

“Dan sekarang, ada kesempatan untuk menebus penyesalanku. “

Kata Sutan, sambil menatapku. Aku juga menatapnya, aku sudah mengetahui apa yang mau dia katakan.

Setelah beberapa saat, Sutan berkata lagi, “Ugie, setelah aku mendapatkan SHOPI, aku bersiap untuk mengambil studiomu. Kamu jangan khawatir, perhitungan normal terhadap studiomu, pasti tidak melebihi 2 Miliar. Tapi aku bisa memberikanmu 4 Miliar. “

Kata Sutan, kemudian dia berhenti sebentar. aku baru saja mau menyela, tiba-tiba dia mengulurkan tangannya. Menghentikanku dan berkata, “Kamu jangan khawatir, dengarkan aku dulu! Setelah membeli studiomu, kamu akan bertanggung jawab sebagai manajer untuk mengurus SHOPI. Selain gaji dan komisi tahunan, aku akan memberikanmu saham. “

Aku menatap Sutan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sejujurnya, aku semakin mengagumi logikanya. Hanya satu waktu sore, dia sudah mempertimbangkan seluruh kejadian. Bahkan pemimpin SHOPI di masa depan, dia sudah memikirkannya. Logikanya yang tegas dan jelas, membuatku tidak bisa tidak mengaguminya.

Melihat bahwa aku tidak berbicara, Sutan berkata lagi, “Ugie, kamu sekarang menjalani studio, meskipun menjadi besar, juga hanya merupakan perusahaan periklanan. Tapi sekarang, ada perusahaan periklanan yang begitu besar menunggumu mengambil alih. Kamu tidak ada alasan untuk menolaknya. Aku percaya, jika kita berdua bergabung. Paling lama tiga tahun, kita bisa membuat SHOPI menjadi perusahaan periklanan dengan aset miliaran. Ini tidak sulit bagimu dan aku. “

Sutan berkata dengan bebas, dia menganalisis dari berbagai sudut. Hasil analisisnya adalah menyuruhku bertanggung jawab atas SHOPI.

Melihat Sutan, aku terkekeh dan bertanya padanya, “Sutan, apa yang kamu kåtakan padaku. Sepertinya Wulandari belum mengetahuinya, bukan? Kamu belum melapor, sudah berani mengambil keputusan? “

Sutan tersenyum dengan yakin, melihatku, dia tahu, aku sedang mengatakan bahwa dia belum memutuskan hubungan itu dengan Wulandari.

Sutan menambahkan, “Ugie, hal-hal ini tidak perlu kamu pertimbangkan. Kamu tidak perlu memberikan jawabanmu padaku hari ini, kamu pikirkan baik-baik, apakah rencanaku sangat sempurna, apakah lebih baik dibandingkan kamu menjalani studiomu? “

Perlu diakui, kata-kata Sutan sangat menggoda. Aku mulai membayangkan, jika aku mengambil alih SHOPI, bagaimana SHOPI akan berkembang. Namun ini hanya berpikir saja.

Malam itu, aku dan Sutan banyak minum. Kami banyak mengobrol, semakin banyak kami mengobrol, aku semakin menyadari bahwa sebenarnya aku tidak mengenal Sutan sama sekali. Kerja kerasnya, keberaniannya dan ambisinya, jauh lebih besar dari yang aku bayangkan. Aku juga pernah menyebutkan Veni beberapa kali, tetapi Sutan tidak ingin berbicara tentangnya denganku. Dia terus mengalihkan töpik.

Aku tidak bisa menahan untuk mengeluh. Sutan berubah, aku juga berubah. Tapi siapa yang tidak berubah?

Hidup masih berlanjut seperti biasa. Dua hari ini, dalam hatiku aku terus berpikir apa yang Sutan kåtakan padaku malam itu. Pada waktu yang sama, aku juga terus memperhatikan berita tentang Indoma dan SHOPI.

Di luar dugaanku, semuanya tenang. Tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Aku tahu, semakin begini, SHOPI Don Juan semakin tidak bisa dijalankan.

Masih ada satu hari lagi, tiba waktu yang dikatakan Sutan, Jika Don Juan tidak menandatangani kontrak, maka dia termasuk melanggar kontrak. Siang ini, aku seperti biasanya, mengamati case yang baru diterima studio akhir-akhir ini. Dan juga berpikir mau makan apa nanti.

Hasil studio baru-baru ini lumayan bagus, meskipun tidak menerima case yang besar, namun banyak menerima case yang kecil terus-menerus, dengan mengandalkan case-case kecil ini, bisa memastikan bahwa studio berjalan secara normal. Tapi, seperti kata Sutan, agak tidak mungkin jika ingin memperbesar.

Aku sedang melihat, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Setelah berkata “masuk”, Isyana mendorong pintu dan masuk. Dia mengambil sebuah kotak bekal ditangannya. Aku bangun dengan segera, bertanya kepada Isyana dengan senyum, “Isyana, mengapa kamu tidak pergi kerja? “

Mendengarku bertanya begitu, Isyana segera memberikan sebuah pandangan manja. kemudian berjalan menuju meja, meletakkan kotak bekal, menatapku dan berkata, “Tentu saja aku harus pergi kerja. Tapi ibu meneleponku di tengah jalan dan menyuruhku kembali, dia memasak sup ayam ginseng. Dengan sengaja menyuruhku pulang dan mengantarkan untukmu. Cepat kemari dan makan selagi panas. “

Untuk sesaat, kebahagiaanku meledak. Dengan segera aku ke sana. Membuka tutup bekal, aroma wangi langsung tercium. Minum sesendok, aku mengangkat kepala dan melihat Isyana dan bertanya, “Apakah kamu sudah makan, Isyana? “

Isyana terus duduk dihadapanku, menatapku dengan senyum. Melihatku bertanya kepadanya, dia menjawab dengan lembut, “Aku sudah makan, kamu cepat makan, jangan hiraukan aku. “

Aku tersenyum lega. Aku sering kali makan bersama Isyana, tapi kali ini, sangat berbeda. Aku bisa merasakan dengan jelas, Isyana semakin mempedulikanku. Kadang-kadang jika aku sibuk, tidak mempunyai waktu untuk meneleponnya. Dia sering mengirim pesan dan bertanya-tanya padaku.

Makan selesai dengan cepat, Isyana terus duduk disampingku, dia selalu menatapku dengan senyum. Menungguku siap makan, dia mengambil kotak bekal dan mencucinya. Dan aku merokok di sofa, perasaan bahagia ini, membuatku merasa nyaman.

Setelah selesai mencuci, Isyana duduk lagi dihadapanku, dia mendidih air, bersiap untuk membuat teh, sambil sibuk, dia bertanya padaku, “Ugie, apakah kamu tahu Don Juan tidak menandatangani kontrak dengan Indoma? “

Aku mengangguk, Sutan sudah memberitahuku tentang hal ini. Melihat Isyana, aku bertanya lagi padanya, “Bagaimana kamu mengetahui hal ini? “

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu