Love And Pain, Me And Her - Bab 186 Pindah Kerja

Meskipun kami bercanda dan tertawa senang, Tapi suasana hati semua orang tampaknya tenggelam oleh pemandangan foto di depan kita. Terutama Raisa dan Veni, mata keduanya terlihat mulai basah, Mungkin mereka lebih berempati daripada yang lain. Apalagi mereka berdua adalah karakter utama dalam foto itu.

Robi meminta pelayan untuk menyatukan dua meja, dan kita semua duduk bersama. Mungkin karena tidak begitu familier, suasana menjadi sedikit canggung. Raisa dan Veni membisikkan sesuatu, Meskipun Isyana di sebelah aku, dia selalu berbisik dengan Lulu. Rehan duduk di seberangku, Dia melihat keluar jendela sambil menyesap kopinya. Robi dan aku, seperti dua orang bodoh, saling pandang, Suasana menjadi tertekan untuk sementara waktu.

Ketika aku baru saja berusaha menemukan topik untuk dibicarakan, Rehan tiba-tiba menoleh, menatapku sambil tersenyum, dan langsung berkata, "Ugie, aku dengar bahwa kamu akan bergabung dengan KIMFAR kami, Kapan mulai kerja?"

Aku tertegun! Rehan adalah wakil Presdir perusahaan KIMFAR cabang Utara. Aku tidak terkejut bahwa dia akan tahu hal itu, Tetapi aku tidak menyangka dia akan membicarakannya pada suasana seperti ini.

Begitu kata itu keluar dari mulut Rehan, semua orang berhenti berbicara. Mata semua orang tertuju padaku. Terutama Isyana, dia menatapku dengan heran. Tatapan mata yang agak rumit, Raisa juga menatapku dengan gaya yang sama. Dia sepertinya tidak bisa mempercayai kata-kata Rehan, Tampaknya Rehan tidak memberi tahu Raisa tentang hal ini.

Aku pikir aku telah berdamai dengan Rehan, Tetapi serangan mendadaknya jelas ada unsur kesengajaan, aku juga bisa mengerti alasan mengapa dia memilih untuk mengatakannya pada kesempatan seperti ini, karena dia sengaja dan khusus agar Isyana mendengar hal ini dari mulutnya, Orang bodoh juga bisa memahami cara provokasi yang Rehan pakai sekarang.

Aku tersenyum ringan, memandang ke luar jendela dan berkata dengan pelan, "Pada hari yang cerah dan hari yang begitu bahagia ini, kita tidak bicara tentang pekerjaan, bolehkah Presdir Bastar?"

Hal semacam ini tidak dapat disembunyikan, dan aku hanya bisa memilih untuk tidak membicarakannya.

Rehan tersenyum dan mengangguk, "tentu saja, tapi aku sangat menantikan kesempatan untuk bekerja sama dengan Anda."

Aku tersenyum dan tidak berbicara lagi.

Ketika Bong Casa pertama kali mengundang aku untuk bergabung dengan perusahaan KIMFAR, Isyana tahu, dan dia malah mengantar aku ke perusahaan KIMFAR. Aku sudah menolak permintaan Bong Casa. Kali kedua Bong Casa mengundang aku lagi atas nama CEO Hartono, aku memang sedang mempertimbangkannya, tetapi aku tidak memberi tahu Isyana, Jadi Isyana tampak sangat terkejut.

Aku pikir setelah aku menolak untuk membicarakan hal ini, dan semuanya akan melupakannya. Aku tidak menyangka Robi tiba-tiba menyela dan berkata, "Presdir Mirani, jika Ugie pindah, aku bisa menjadi asisten presdir, aku hanya punya satu kebiasaan buruk, aku suka blak-blakan. Yang lain, aku lebih hebat dari Ugie. "

Robi mungkin berpikir bahwa Isyana sudah lama tahu tentang hal itu, jadi dia sengaja bercanda. Tapi ternyata Robi sama sekali tidak menyangka, sebenarnya Isyana tidak tahu sama sekali. Mendengar itu, Isyana tersenyum, menoleh ke Robi, mengangguk dan berkata, "selamat datang, selama kamu bersedia, pintu PT. Nogo Internasional selalu terbuka untukmu."

Isyana mengucapkan kata-kata itu sambil tersenyum, Tapi aku tetap merasa merinding. Ketika Robi masih ingin terus menanggapi, Aku menendangnya di bawah meja, Dia baru sadar apa yang sedang terjadi, dan tidak berani menjawab kata-kata Isyana lagi, Robi lalu menoleh dan bertanya kepada Veni, "Veni, kamu tanya Sutan sudah dimana dan kapan akan tiba? Hari ini, aku sudah booking tempat di Bar BOSS, ada pesan satu ruangan khusus untuk kita semua, Jangan pulang sebelum mabuk.

Veni mengeluarkan ponselnya dan melihat pesan, Dia berkata dengan pelan, "Lebih baik kita pergi dulu ke Bar BOSS, Sutan belum selesai, Biar nanti Sutan langsung nyusul ke Bar BOSS saja.

Veni tetap selembut dulu, Suaranya seperti ada sihir, yang membuat suara Robi menjadi jauh lebih kecil.

"Ya, kita bisa sambil tunggu dia sambil minum"

Sesudah itu, kita semuanya berdiri dan turun kebawah, bersiap untuk pergi ke Bar BOSS.

Aku tetap di dalam mobil Isyana, ketika Robi mau naik ke mobil Isyana, pas mau membuka pintu mobil, Lulu tiba-tiba menariknya ke belakang dan berkata dengan keras, "Robi, kamu temani aku cari mobil angkutan bunga tadi, Dompetku sepertinya terjatuh di mobilnya."

Robi menegakkan lehernya dan melotot pada Lulu sambil berkata, "gadis bodoh, apa yang kamu bicarakan? Kapan kamu naik ke mobil angkutan itu?"

Ketika Robi masih ingin mengomel, Lulu langsung menyeretnya dengan keras. Dia memelototi Robi, dan kemudian dia berkata kepada Isyana dan aku, "Presdir Mirani, kamu dan Ugie pergi dulu, setelah aku menemukan dompetku, aku akan pergi naik taksi dengan Robi."

Isyana dan aku sama-sama tahu bahwa Lulu berupaya menciptakan peluang bagi kami berdua. Lulu tahu bahwa Isyana pasti ingin tahu apa yang baru saja dikatakan Rehan itu benar apa tidak, Jadi Lulu menyeret Robi pergi.

Begitu Isyana masuk mobil, dia memakai kacamata hitamnya. Aku tidak bisa melihat ekspresi di wajahnya, tetapi suasana di dalam mobil sedikit tertekan.

Tak satu pun dari kami yang berbicara, Aku menekan tombol dan menurunkan jendela mobil, menyalakan sebatang rokok dan mulai mengisapnya.

"Posisi apa yang mereka janjikan padamu?"

Setelah keheningan yang panjang, Isyana mulai berbicara, Tapi nadanya dingin. Ketika aku memiliki ide untuk mengundurkan diri, Aku tahu aku akan menghadapinya cepat atau lambat, tetapi aku tidak ingin membicarakannya hari ini.

Aku melihat kembali pada Isyana dan berkata dengan lembut, "Isyana, besok, besok kita bicarakan baik-baik, oke?"

Bibir Enron bergerak dan mencibir. Tiba-tiba dia melepas kacamata hitamnya. Lemparkan ke depan, lalu berkata dengan dingin, "mungkin aku sudah tidak ingin mendengarnya besok."

Aku mengisap rokok dan tersenyum pahit, menoleh dan menatap Isyana, lalu menjelaskan dengan lembut, "Isyana, aku suka bekerja di PT. Nogo Internasional dan aku suka sama kamu. Aku ingin tetap bekerja di PT. Nogo Internasional. Tapi kamu juga tahu, selama aku masih di PT. Nogo Internasional, Cepat atau lambat, akan ada yang gesekan baru antara kita berdua. "

Sebelum aku selesai, Isyana sudah memotong, Dia bertanya, "mengapa? Apakah karena aku tidak memberi tahu kamu tentang penerimaan iklan perusahaan yang sudah mulai menurun?"

"Ah!"

Aku menghela nafas tanpa daya, ini pada dasarnya berbeda, aku melanjutkan dan menjelaskan dengan sabar, "itu tidak ada hubungannya dengan kejadian waktu itu, Alasannya sangat sederhana, kamu mestinya tahu, Ketika pekerjaan dan perasaan ada di satu tempat, akan ada kontradiksi baru. Ketika kontradiksi menumpuk hingga batas tertentu, maka akan meledak dan pecah. "Ini sudah kodratnya, bukan kehendak aku untuk pindah! Aku tidak mau, tapi demi kebaikan kita, aku harus meninggalkan PT. Nogo Internasional, Itu akan berdampak baik pada karir dan hubungan kita."

Ini adalah kata hatiku, sebenarnya aku ingin bersama Isyana setiap hari. Tetapi jika terus seperti ini, dampaknya tidak akan baik bagi siapa pun, dan bahkan mungkin mempengaruhi prospek perusahaan PT. Nogo Internasional.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu