Love And Pain, Me And Her - Bab 71 Undangan Ulang Tahun

Ketika aku berniat menjawab, aku melihat Raisa keluar dari vila, Dia melihat Lulu dan aku, Lulu juga melihat Raisa, Dia tidak berbicara lagi, hanya memelototi aku dengan tajam, dan berbalik dengan marah, Ketika dia melewati Raisa, dia mengabaikan Raisa dan memasuki vila dengan kepala tertunduk.

Aku tersenyum pahit, Raisa menatap Lulu dengan aneh. Kemudian, dia berjalan perlahan ke arahku. Dia menatapku sambil tersenyum dan berkata dengan lembut, "Ugie, kalau membuat orang marah, kamu harus bergegas membujuknya, Wanita itu perlu dibujuk"

Aku sedikit mengernyit, Raisa salah paham, Dia pasti berpikir ada sesuatu yang terjadi antara Lulu dan aku. Tapi kata-katanya ini, malah membuat aku makin bingung, aku dulu membujuknya, sekarang dia malah menyuruh aku membujuk orang lain.

Aku memandangnya dan menggelengkan kepala dengan senyum masam, apakah cukup hanya dengan membujuk? Kalau tiba saatnya orang itu pergi, cepat atau lambat akan pergi juga."

Raisa tahu bahwa kata-kata aku tadi merujuk pada kita berdua.

Raisa menatapku, dan dia menggelengkan kepalanya dengan ringan, aku ambil ujung rokokku dan kulemparkan ke tanah dan kuinjak dengan kaki untuk memadamkannya, Lalu dia menghela nafas dan berkata perlahan, "Ugie, bukankah hidup seperti ini? Jika ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan, Kita tidak bisa hanya terus memikirkan masa lalu saja, Kita perlu melihat lebih jauh, yang lalu biarkankah berlalu, Sama seperti sungai yang mengalir, tidak akan pernah mengalir kembali lagi.

Kata-kata Raisa, seperti jarum yang menusuk, membuat hatiku sakit.

Aku tentu saja mengerti, kami tidak akan bisa kembali, tidak mungkin seperti dulu lagi, Tapi aku masih tidak bisa terima, aku terlalu percaya pada cinta, walau akhirnya harus mengakui kenyataan, kalah dengan seorang pria yang sudah berkeluarga.

Aku menghela nafas pelan, melihat kejauhan, dan bertanya lagi, "Jangan pikirkan masa lalu? Lalu mengapa meja kamu masih pajang foto kita dulu?"

Sebenarnya aku tak ingin mengungkit tentang ini, ini karena merasa diprovokasi oleh kata-kata Raisa, akhirnya aku terpaksa mengatakannya.

Raisa menatapku tanpa ekspresi, dia berkata dengan ringan, "Menurutmu apa yang bisa diwakili oleh foto? Jika foto itu akan membuat kamu salah tafsir, baiklah, aku akan membuangnya nanti pas pulang, Apakah ini sudah berarti bahwa semuanya sudah berakhir? "

Kata-kata Raisa sangat tajam, Sikapnya tidak ramah, aku kesal dengan dia! Aku mencibir dan berkata, "Terserah kamu!"

Sesudah itu, aku berbalik dan pergi.

Aku tidak lagi mengerti dengan Raisa, Dia sekarang sangat tidak masuk akal, Terkadang dia bersikap lembut kepadaku, membuatku merasa bahwa kita masih sama seperti sebelumnya, tapi kadang-kadang, dia tidak acuh seperti orang asing.

Kembali ke ruang tamu, Raisa juga sudah kembali, Lulu tampaknya sudah lebih baik, Dia menatap kami dan berkata, "Mari kita pulang untuk mempersiapkan apa yang kita butuhkan sesuai dengan situasi di sini, Besok pagi, berkumpul di pintu masuk PT. Nogo Internasional, Sopir akan mengantar kita ke sini lagi"

Semua orang keluar dari vila dan naik ke mobil perusahaan, Baru saja masuk mobil, ponselku tiba-tiba berdering. Melihat nomor telepon tersebut, tanpa sadar aku tersenyum, ternyata Bibi Salim yang menelepon, aku terima telepon, mendengar suara Bibi Salim di ujung telepon dan berkata, "Ugie, ini Bibi Salim, Hari ini adalah hari ulang tahunku, kamu datang makan malam ya, jangan bilang kamu tidak ada waktu ya, Aku sudah lama tidak bertemu denganmu, Kamu juga tidak pernah menelepon Bibi Salim lagi."

Bibi Salim bahkan tidak memberiku kesempatan untuk berbicara, aku tunggu dia sampai selesai bicara dulu, kemudian aku tersenyum dan setuju, "jangan khawatir, Bibi Salim ! Aku bisa tidak perduli dengan hal lain, tapi kalau untuk ulang tahun Bibi Salim, aku pasti akan hadir."

Setelah ngobrol sejenak dengan Bibi Salim, baru menutup telepon.

Ketika kembali ke kota, hari sudah sore, Aku tidak langsung pulang, aku langsung pergi ke pusat perbelanjaan untuk memilih hadiah buat Bibi Salim, aku mencari kesana kemari, tetapi belum menemukan yang cocok, kalau ketemu yang cocok, terlalu mahal. Uang yang aku pinjam dari Robi hanya sisa dua ribu yuan, Meskipun kontrak kerjasama dengan Perusahaan Kimia Farta telah ditandatangani, komisi untukku masih butuh waktu baru bisa cair. Aku juga harus mempertimbangkan pengeluaran sehari-hari untuk diriku sendiri, dan jumlah uang yang dapat aku belanjakan hanya sedikit.

Aku terpaksa menelepon Isyana, aku ingin bertanya kepadanya tentang kesukaan Bibi Salim, Ketika aku memberi tahu Isyana tentang hal itu, reaksi Isyana mengejutkan aku, Dia menjawab dengan senyum masam.

"Ugie, jangan dengarkan Bibi Salim, Hari ini bukan hari ulang tahunnya. Aduh, walaupun benar, Ini adalah hari ulang tahunnya, kamu juga tidak perlu membeli apa pun."

Kata-kata Isyana membuatku bingung, kenapa ulang tahun bisa asal hitung,

Isyana menjelaskan kepadaku, "Begini, ibuku memiliki empat hari ulang tahun dalam setahun. Ulang tahun pada kartu identitasnya tidak sama dengan tanggal ulang tahun yang sebenarnya, tetapi dia mau merayakan keduanya, masih ada hitungan kalender masehi, dan juga kalender Imlek, jadi dalam satu tahun, dia memiliki empat kali ulang tahun.”

Aku tertawa mendengar itu, Tapi dalam hati aku merasa sedikit sedih, aku menyadari dan tahu alasan mengapa Bibi Salim ingin berulang tahun begitu banyak, karena ia sebenarnya tidak menginginkan hadiah apa pun, Dia hanya berharap ada yang bisa menemaninya, Isyana sibuk pada waktu jam kerja biasa dan hanya pulang sesekali. Bibi Salim hanya bisa menggunakan hari ulang tahunnya sebagai alasan untuk berkumpul bersama keluarganya.

Aih! Anak-anak tidak dapat memahami rasa sakit orang tua mereka dan kadang-kadang bahkan salah memahami rasa sakit orang tua mereka. Namun, orang tua tetap merawat anak-anak mereka tanpa ragu-ragu !

Pada akhirnya, aku tidak pilihan lain lagi, aku memilih sebuah syal warna ungu. Bagaimanapun, sekarang sudah masuk musim gugur. Seharusnya berguna untuk jalan-jalan diliar, aku juga membeli beberapa macam buah dan seikat bunga, Naik taksi ke alamat yang Bibi Salim sebutkan tadi.

Alamat yang diberikan Bibi Salim adalah alamat rumahnya, tempat itu juga merupakan komplek villa yang sangat terkenal di kota, Biasanya aku hanya sekedar melewatinya, aku memang tertarik dengan kemewahan di sini. Sekarang, aku bisa melihat lebih dekat, aku dikejutkan oleh kemewahan di sini. Taman, kolam renang, dan mobil mewah ada di mana-mana di area vila ini.

Turun di gerbang besi hitam yang klasik dan elegan. Melihat vila bergaya Eropa, ini adalah rumah Bibi Salim, vila tiga lantai, seperti kastil di dongeng. Aku tidak bisa menahan rasa penasaran dalam hatiku, Isyana tidak mau tinggal di villa yang begitu mewah, tapi malah lebih suka tinggal di komplek kecil yang bobrok. Tampaknya dunia orang kaya benar-benar sulit dipahami oleh orang biasa.

Tekan bel pintu, sesaat kemudian, seorang yang terlihat seperti pengasuh membuka pintu, Ketika dia melihat apa yang ada di tanganku, dia segera tersenyum dan berkata, "apakah anda Tuan Ugie?"

Aku mengangguk dengan sopan sambil tersenyum.

"Silahkan, Nyonya Salim menunggumu."

Aku dan pengasuh itu berjalan masuk ke halaman, aku baru tahu ada sesuatu yang berbeda di sini, seperti di dunia lain, Halamannya ditata dan diurus dengan sangat rapi, dan ada air mancur musikal di samping beberapa pohon Firmiana platanifolia yang kuat. Tidak jauh disana ada kebun bunga kecil, juga penuh warna.

Melewati koridor panjang, pengasuh dan aku baru berjalan masuk ke villa.

Begitu akan memasuki pintu besar, aku melihat Isyana sudah berdiri di depan pintu, menatap aku sambil tersenyum. Dia sudah pulang kerja, Ketika aku masuk, dia mengambil bunga di tanganku, baru saja berjalan dua langkah, aku mendengar Bibi Salim di belakangku berteriak, "Isyana, letakkan, bunga itu untukku, kamu jangan sentuh.”

Setelah itu, aku lihat Bibi Salim yang tidak tahu keluar dari kamar yang mana, Begitu dia tiba di depanku, dia segera mengambil alih bunga dari tangan Isyana, lalu taruh di bawah hidungnya dan mencium bunga itu, lalu dengan wajah bangga melihat ke arah Isyana, berkata, "ini benar-benar harum!"

Isyana menatapku tanpa daya, dan kemudian berkata kepada Bibi Salim dengan nada mencemooh, "Huh! Kasih aku juga aku tak mau kok."

Kepala Bibi Salim langsung miring, dan dia sengaja dengan nada marah, dan berkata, “ kamu tidak mau? aku tebak Ugie juga pasti tidak pernah kasih kamu bunga, ya kan, Ugie?”

Kata-kata Bibi Salim membuatku sedikit malu, aku memang belum pernah kasih Isyana bunga. Untuk menghilangkan rasa malu, aku segera menyerahkan kotak hadiah syal di tanganku dan berkata kepada Bibi Salim sambil tersenyum,"Selamat ulang tahun, Bibi Salim !"

Bibi Salim dengan gembira menerima hadiah dariku, dan Isyana berjalan bersamaku melewati koridor, ke ruang tamu.

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu