Love And Pain, Me And Her - Bab 386 Kesepakatan

Dalam dua hari terakhir, aku terus sibuk dengan rencana pemasaran Geprek Bule. Siang harinya aku kerja, malam harinya tidur di perusahaan. Ketika tidak terlalu sibuk, aku akan membeli beberapa bahan makanan lalu membawanya pulang ke rumah. Setelah itu memasakkan makan malam untuk Isyana dan Bibi Salim. Setelah makan bersama, aku kembali ke perusahaan lagi. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang sudah aku nantikan dari dulu. Setiap hari, aku bisa melihat orang yang aku cintai dan bisa membantu memasak makan malam untuknya.

Karena malam harinya aku tidur di perusahaan, jadi kemajuan pekerjaanku bertambah cepat sekali. Hanya dalam waktu tiga hari, aku telah menyelesaikan proposal rencana pemasaran Geprek Bule.

Pagi hari ini, aku membawa Lulu pergi ke Geprek Bule naik taksi. Kali ini, aku ingin tanda tangan kontrak perjanjian dengan Eddy. Aku mulai menjelaskan dan mengimplementasikan rencanaku. Karena aku sudah berkomunikasi dengan Djoko sebelumnya, ada banyak konten dalam rencanaku yang sebenarnya ditujukan untuk Eddy. Hanya saja dia tidak mengetahuinya.

Begitu tiba di kantor Eddy. Aku mengetuk pintunya beberapa kali. Lalu, terdengar suara Eddy yang mengatakan ‘Masuk’. Baru setelah itu aku pun membuka pintunya dan masuk ke dalam.

Begitu masuk ke dalam, aku cukup terkejut. Aku tidak menyangka ternyata di sana juga ada Isyana. Aku tahu, beberapa hari ini Isyana cukup sering bergaul dan berkomunikasi dengan Eddy. Menurut pemahamanku terhadap Isyana, dia bukanlah orang yang suka terlalu bergaul dan bercengkrama dengan orang lain. Jadi pergaulannya dan komunikasinya dengan Eddy yang cukup sering ini hanya bisa membuktikan satu hal. Isyana memandang penting orang di belakang Eddy, yaitu Djoko!

Ini juga membuatku yakin dengan pemikiranku sebelumnya. Isyana kembali bekerja di perusahaan kali ini, pasti bukan hanya dengan alasan sederhana seperti sekedar bekerja saja. Dia pasti punya tujuan lainnya.

Kami semua saling menyapa, aku pun duduk di sofa ruang istirahat. Aku mengambil dokumen perencanaan yang ada di tangan Lulu, lalu menyerahkannya kepada Eddy. Dia pun berkata, “Eddy, ini adalah rencana pemasaran kita kali ini. Coba kamu periksa. Jika ada yang tidak puas, kami akan merevisinya lagi!”

Eddy masih saja terlihat cukup acuh tak acuh. Dia mengambil dokumen perencanaan itu. Lalu membolak-baliknya, dan berkata kepadaku, “Kak Ugie, mana mungkin aku tidak tenang dengan semua hal yang kamu kerjakan? Aku tidak perlu memeriksanya. Sebentar lagi, aku akan mengadakan rapat dengan manajer restoran, lalu menyuruh mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencanamu ini.”

Sikap Eddy ini sudah sepenuhnya aku tebak akan seperti ini. Aku tersenyum lalu menggelengkan kepalaku, menatap Eddy dan perlahan berkata, “Eddy, di rencana pemasaran ini ada perencanaan umum yang lainnya. Begitu mau melaksanakan rencana itu, itu pasti akan sulit. Kamu menyuruh beberapa manajer restoran melaksanakannya begitu saja, menurutmu itu akan baik-baik saja apa?”

Begitu aku selesai bicara, Eddy mengambil lagi dokumen perencanaan pemasaran ini. Dia membolak-balikkan dan membacanya. Lalu dia menatapku dengan ragu sambil berkata, “Kak Ugie, sekarang aku kekurangan tenaga di perusahaan. Bagaimana kalau seperti ini saja, kamu dapat membantuku dengan rencana pemasaran dan sekaligus eksekusinya atau pelaksanaannya. Aku dapat menambahkan uang untuk ini kepadamu!”

Melihat Eddy, aku tersenyum dalam hati. Bocah konyol ini melangkah ke dalam perangkap yang aku rancang untuknya. Tentu saja, jebakan ini dirancang olehku dan ayahnya.

Tapi aku tidak mengatakannya, aku malah mengerutkan kening, lalu berkata dengan tampak kebingungan memutuskan, “Eddy, bukannya aku tidak ingin membantumu. Sebenarnya aku juga kekurangan tenaga di kantorku. Dalam dua hari ini, aku juga harus bertemu lagi dengan dua klien. Aku benar-benar tidak bisa membagi diri untuk melakukan banyak hal begini.”

Aku tidak bisa langsung mengiyakan keinginan Eddy ini. Aku harus membuatnya merasakan tingkat kesulitan dari masalah ini. Karena ini melibatkan rencanaku selanjutnya.

Begitu aku mengatakan ini, Eddy mulai bingung dan berpikir sejenak. Dia mengambil dokumen perencaannya, lalu membolak baliknya lagi dan lagi. Isyana yang ada di sampingnya tiba-tiba menatapku, lalu berkata dengan suara pelan, “Perusahaan Eddy ini bagaimanapun baru saja didirikan. Pengalamannya tidak terlalu banyak. Jika kamu bisa membantunya, maka cobalah membantunya sebisamu.”

Begitu Isyana selesai bicara, Eddy pun seperti melihat seorang penyelamat. Dia langsung mengangguk ke Isyana, “Benar sekali itu, aku sudah membantumu menjemput Kak Isyana. Bagaimana pun kamu juga harus membalas jasaku ini kan?”

Aku menatap Isyana sebentar, lalu melihat ke Eddy, berpura-pura ragu sejenak. Tidak lama kemudian, aku baru menekan putung rokokku ke asbak, lalu melihat Eddy dan berkata, “Eddy, karena Kak Isyana-mu itu berkata seperti itu. Aku bisa membantumu dalam proyek ini. Tapi aku punya persyaratan sendiri.”

Belum selesai aku bicara, Eddy langsung menyela dengan berkata, “Kak Ugie, katakanlah saja. Jangankan satu persyaratan, bahkan sepuluh persyaratan pun, aku pasti akan menuruti dan menyetujuinya! Selama kamu bisa membantu restoranku membaik. Meskipun kamu menyuruhku memasak di dapur pun, aku akan menyetujui semuanya!”

Ucapan ini membuat kami bertiga tertawa. Aku menatap Eddy, lalu lanjut berkata, “Aku tidak perlu kamu masak kok. Tapi karena kamu memintaku mengeksekusi perencanaan proyek ini, kamu harus memberikanku hak dan kewenangan. Seluruh staf di perusahaanmu, tentu saja juga termasuk kamu, harus mematuhi perintah dan pengaturanku tanpa syarat apapun. Aku akan mengatur dan membagi pekerjaan kalian, kalian harus menyelesaikan pekerjaan yang aku berikan dalam batas waktu yang aku tentukan. Jika persyaratan ini tidak bisa kamu penuhi, aku tidak akan mengambil proyek ini.

Begitu aku selesai bicara, Eddy langsung berkata, “Hei”, “Kak Ugie, aku kira kamu akan mengajukan persyaratan yang susah. Baiklah, mulai hari ini, kamulah yang akan mengatur seluruh staf Geprek Bule ku ini. Termasuk aku juga. Kamu tenang saja, kamu memberikan menunjuk ke timur, aku pasti akan ke timur dan tidak akan pergi ke barat. Kamu memintaku melakukan apa, maka aku pasti akan melakukan sesuai perintah dan petunjukmu. Begini tidak masalah kan?”

Aku tersenyum mengangguk, lalu berkata lagi, "Eddy, aku akan memberitahumu yang buruk dulu di awal ya. Karena kita ini sedang berbisnis, kalau begitu kita tidak bisa melakukannya dengan asal bicara saja. Harus tanda tangan kontrak perjanjian untuk jaminan. Aku menerima uang empat milyar dalam proyek ini. Jika dalam proses pelaksanaan proyekku ini, kamu menolak dan tidak melaksanakannya sesuai dengan persyaratan perencanaan pemasaran yang aku buat. Maka kamu termasuk melanggar kontrak, dan aku perlu kamu membayar lima kali lipat biaya penaltinya yaitu dua puluh milyar! "

Begitu kata-kata ini aku ucapkan, Eddy langsung mengangkat kepalanya menatapku. Tampak keterkejutan dalam matanya. Aku tahu, ucapanku ini sangat mengejutkannya. Bahkan Isyana pun juga menatapku dengan heran. Jelas sekali, persyaratanku ini sudah keterlaluan. Penambahan harga penalti yang diminta terlalu tinggi.

Akupun langsung menambahkan, “Tentu saja, sebagai perancang rencana pemasaran dan pelaksana rencana tersebut. Aku berjanji dalam satu hingga tiga bulan, omset restoran akan mencapai dua hingga tiga kali lipat omset kamu saat ini. Ini adalah Janjiku dan juga akan tertulis dalam kontrak perjanjian. Jika aku tidak bisa melakukannya, aku tidak akan mengambil uang sepeserpun darimu, dan aku akan mengganti biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran ini. Aku akan mengatakannya lebih sederhana lagi ya, jika aku tidak bisa melakukan ini semua, kamu pasti tidak akan ada kerugian apapun. Dengan penjelasan seperti ini, apa kamu paham?”

Aku takut Eddy tidak akan mengerti apa maksudku, jadi aku menjelaskannya dengan segamblang mungkin.

Eddy tidak terlalu gegabah seperti yang aku kira, dia mengambil dokumen perencanaan proyek pemasaran itu berkali-kali, sambil menimbang pro dan kontra di dalam hatinya. Tapi aku tahu, dia pasti akan setuju. Alasannya sederhana, meskipun biaya penggunaan jasaku cukup besar, tapi hasil pemasaran yang aku tuntut juga cukup tinggi. Jika tidak bisa melakukan ini, Eddy tidak akan rugi sama sekali.

Benar saja, Eddy mengamati dan memeriksa lagi dokumen rencana pemasaran ini lagi dan lagi. Dia melemparkan dokumen itu di atas meja kopi dan berkata kepadaku, "Oke, melaksanakannya sesuai petunjuk Kak Ugie saja. Kita tanda tangan kontrak perjanjian hari ini juga!"

Melihat Eddy, aku pun tersenyum. Mungkin dia bahkan tidak akan menyadari berapa banyak perubahan yang akan dibawa oleh kontrak perjanjian ini untuknya.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu