Love And Pain, Me And Her - Bab 26 Kontak Intim

Aku bergegas mencarinya ke sekeliling. Hutan kelapa, dek observasi, pantai. Aku sudah mencari ke seluruh tempat, tetapi tidak juga melihat bayangan pasangan itu.

Saat sedang risau, tiba-tiba teleponku berdering. Telepon dari Isyana. Nadanya terdengar sedikit kesal, dia menanyakan di mana aku berada. Setelah kuberitahukan lokasinya, Isyana segera datang.

Dia mengenakan gaun putih panjang dan sepasang sepatu datar. Begitu melihatku, dia lekas bertanya dengan suara rendah, "Di mana Presdir Bong dan istrinya?"

Aku memandangnya dengan canggung sambil menggelengkan kepalaku dan berkata, "Tadi di sini, tapi begitu aku melihat ke tempat lain, mereka menghilang dalam sekejap."

"Menghilang?"

Isyana sedikit kesal.

"Bagaimana bisa dua orang dewasa yang masih hidup menghilang? Ugie, kamu mau aku bagaimana mengataimu, aih.”

Isyana benar-benar kesal sampai terdiam.

Aku melihat Isyana dengan penuh rasa penyesalan, dan dalam hati juga merasa sedikit bersalah. Setelah datang ke Nogo, aku tidak hanya tidak pernah membuat sesuatu untuk Nogo. sebaliknya, aku selalu menjadi beban pada saat kritis.

Isyana tertekan sejenak, lalu menatapku tanpa daya dan berkata, "Jangan diam saja, cepat temukan mereka."

Kami melanjutkan pencarian kami di sepanjang pantai. Tidak ada banyak orang di tepi pantai. Tidak tahu sudah seberapa jauh melangkah, tetap saja, masih belum juga melihat bayangan dari Tuan dan Nyonya Bong.

Isyana semakin lama semakin marah.

Dia berdiri tak bergerak di tepi pantai, membiarkan ombak laut memikat pergelangan kakinya.

Tiba-tiba, Isyana dengan kuat mengayunkan kakinya, sandalnya mengambar parabola yang indah lalu dihapus oleh terjangan ombak laut.

Satu sepertinya belum bisa menyingkirkan amarahnya, dia mengayunkan sepatu yang satu lagi ke laut.

Aku berdiri di belakang Isyana, aku sama sekali tidak berpikir dia akan tiba-tiba melemparkan sandalnya ke laut.

Angin laut sangat kencang, aku pikir sandalnya akan hanyut oleh ombak. Siapa sangka sandalnya berbelok beberapa kali di dalam air, lalu masuk semakin dalam.

Isyana awalnya masih belum sadar, tetapi setelah melihat bahwa sandalnya melayang semakin jauh. Dia dengan cepat menoleh ke arahku, lalu menunjuk ke sandalnya di laut dan berkata, "Sandalku, Ugie, sandalku. Cepat dapatkan kembali untukku."

Aku memandangnya dengan wajah pahit, menggelengkan kepala dan berkata, "Presdir Mirani, ini sudah melewati garis peringatan. Air disini terlalu dalam, kemampuan berenangku tidak cukup."

Isyana sudah marah karena masalah Bong Casa, awalnya hanya marah. Sekarang karena aku menolaknya lagi, dia marah sampai mengepalkan tangannya erat-erat, dalam otaknya terus menerus bergoyang. Lalu dia berteriak keras padaku.

"Ugie!!!"

Dengan teriakannya ini, semua orang di sekitar memberi kami tatapan aneh. Tapi aku masih tidak bergerak. Aku tidak ingin kehilangan nyawa karena sepasang sandal.

Isyana benar-benar putus asa, dia duduk dipantai tanpa memperdulikan jabatannya sebagai Presdir. Dia melihat laut dengan marah.

Setelah beberapa saat, Isyana melihat ke arahku dan bertanya, "Ugie, jika Raisa yang memintamu untuk mengambil sepatu itu kembali, apakah kamu akan pergi?"

Wanita itu aneh. Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa tiba-tiba memikirkan Raisa.

Aku menatap Isyana, mengangguk tanpa ekspresi, dan berkata dengan tegas, "Iya!"

Isyana semakin marah lagi. Matanya juga semakin dingin. Aku menambahkan "Tetapi Raisa tidak akan pernah membuatku mengambil risiko sebesar itu hanya demi sepasang sandal."

Awalnya Isyana marah. Tapi kemudian, dengan mencibir, dia sengaja menggodaku dan berkata, "Raisa sangat baik, bukankah dia sudah putus denganmu?"

Aku mengerutkan kening. Melihat Isyana dengan dingin juga. Isyana juga tampaknya berpikir bahwa kata-katanya terlalu keterlaluan. Dia tidak menatapku. Dia memutar kepala dan melihat ke laut.

Isyana duduk di pantai sejenak, lalu berdiri. Dia berbalik dan menatapku, menunjuk ke kakiku dan berkata, "Lepaskan sepatumu."

Aku memandang Isyana dan bertanya, "Mengapa melepas sepatu?"

Isyana menatapku kebingungan, "Kamu tanya mengapa? Aku seorang wanita, dan sedang tidak bersandal. Kamu harus gentle sedikit, berikan sepatumu. Kalau tidak bagaimana aku bisa kembali? Di pantai ini masih bisa berjalan telanjang kaki, tetapi kamu tidak mungkin membiarkanku berjalan di jalan tanpa alas kaki kan?"

Aku hanya menjawab "Oh". Lalu melepaskan sepatu dan meletakkannya di depannya. Isyana baru saja akan menginjakkan kakinya, aku tiba-tiba berkata, "Aku punya infeksi kaki."

Isyana buru-buru menarik kakinya. Dia memelototiku dan berkata dengan tidak jelas, "Ugie, kamu, kamu benar-benar."

Aku masih belum bicara. Dia menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. "Ugie, kupikir kamu harusnya adalah bosku. Aku sekarang sangat menyesal membawamu kemari."

"Kalau begitu aku pulang sekarang?"

Aku memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata dengan sengaja.

Isyana menatapku, masih tanpa alas kaki, dia berjalan pulang tanpa membalikkan kepalanya. Aku mengikutinya dibelakang. Kami pelan-pelan berjalan menyusuri pantai dengan satu di depan dan satu di belakang.

Sesampai di dekat hotel. Waktunya berpindah dari pasir pantai ke jalanan aspal. Menghadapi undakan batu, kaki kecil Isyana tidak ingin menapak.

Sementara dia ragu-ragu, aku datang kedepannya. Lalu sedikit membungkuk. Isyana bertanya kepadaku dengan sadar, "Apa yang kamu lakukan?"

Aku menjawab dengan kesal, "Mau atau tidak? Kalau tidak, aku akan pergi duluan."

Aku tidak bisa melihat ekspresi Isyana, tetapi aku bisa merasakan bahwa dia masih agak malu.

"Bungkuk sedikit lagi"

Mendengar suara lembut Isyana. Aku menurunkan seluruh tubuhku sekaligus.

Kemudian, sebuah tubuh lembut jatuh di punggungku. Perlahan aku berdiri tegak, aroma tubuh Isyana langsung menghiasi lubang hidungku. Angin laut yang meniup rambutnya. Membuat ujung rambutnya memutari leherku. Itu membuat hatiku gatal.

Hal yang paling menyakitkan bagiku adalah puncak yang dulu tidak berniat kuserang. Pada saat ini, dia ada di punggungku. Dengan lembut membuat hatiku mati rasa.

Agar pikiranku tidak berpikir sembarangan. Aku sengaja menggodanya dan berkata, "Badanmu terlihat langsing. Tapi kenapa kamu begitu berat?"

Isyana mencubit lenganku dengan lembut dan berkata dengan lembut, "Diam dan cepatlah."

Aku sudah kenal Isyana begitu lama. Meskipun dia pernah tersenyum padaku, juga pernah bercanda denganku. Tapi ini pertama kalinya dia berbicara dengan nada centil.

Kontak intim semacam ini, menyapu bersih kekesalannya atas kehilangan Bong Casa dan istrinya serta hilangnya sandalnya.

Segera setelah kami sampai di pintu hotel. Banyaknya tamu yang masuk dan keluar, membuat Isyana semakin malu. Dia menekankan wajahnya ke punggungku dan berbisik di telingaku.

"Ugie, cepat turunkan aku. Aku sudah bisa berjalan disini."

Aku tertawa. Sebaliknya, aku memeluk kakinya yang panjang dan ramping. Lalu memasuki hotel. Orang-orang di sekitar menatap kami kebingungan, Manajer Aula menghampiri dan bertanya apakah dia butuh bantuan. Mereka pasti mengira kaki Isyana terluka.

Setelah mengirim Isyana ke kamarnya, tepat sebelum keluar. Tiba-tiba Isyana menghentikanku dan berkata, "Ugie, terima kasih!"

Aku tersenyum, berbalik dan menatap ke Isyana yang lembut seperti air, lalu dengan tenang berkata, "Presdir Mirani, tidak perlu sungkan. Sebenarnya, aku tidak punya infeksi kaki."

Mata Isyana melotot besar. Aku tahu kata-kata yang akan dikatakannya selanjutnya pasti bukanlah hal yang enak didengar. Maka aku menyelinap keluar dari kamar begitu dia tidak mengatakan apa-apa.

Meski kehilangan Bong Casa, namun secara tidak sengaja berkontak intim dengan Isyana, membuat hatiku sangat bahagia.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu