Love And Pain, Me And Her - Bab 594 Bertemu Dengan Djoko

Kata-kata Raisa membuat hatiku terasa sedih. Pengorbanan dirinya sudah terlalu banyak. Sementara pada saat ini, dia bahkan masih berpikir di posisiku.

Sebenarnya dalam beberapa hari ini, aku dan Raisa memang sengaja menghindari topik tentang Isyana. Kami berdua tidak ada yang mengungkit hal ini. Namun kami sama-sama mengerti, permasalahan ini tidak dapat dihindari.

Setelah melihat wajah Raisa yang penuh dengan kecemasan, aku tersenyum dan menggenggam tangannya, kemudian berkata dengan nada ringan "Raisa, jangan khawatir. Aku tahu bagaimana menyelesaikannya …..”

Pada malam ketika berada di Beijing, aku sudah merenungkan masalah tersebut. Sementara pada saat ini, aku harus menjalani pemikiranku.

Aku menyerahkan kepada Deren yang mengurus masalah pindah rumah. Berdasarkan perjanjianku kepada Eddy, pada pagi di keesokan harinya aku langsung berkunjung ke rumah Djoko. Namun hal yang paling di luar dugaanku yaitu ketika aku tiba di rumah Djoko dan hanya pada jam delapan lewat saja, aku sudah melihat Eddy yang sedang berdiri di halaman dan sedang olahraga.

Adegan ini benar-benar jarang sekali terjadi pada tuan muda Santoso. Pada saat dirinya membangunkan bisnis, setiap harinya pasti akan bangun pada waktu siang. Kelihatannya budak ini benar-benar sudah dewasa.

Setelah melihat kedatanganku, Eddy langsung berjalan menghampiriku, kemudian menarik lenganku dan tertawa "Kak Ugie, kamu tidak setia sahabat sekali. Setelah aku pulang, kamu adalah orang pertama yang aku telepon, tetapi harus menunggu satu hari baru bisa bertemu denganmu ….”’

Aku tersenyum, kemudian menanya sekilas tentang keadaan Eddy ketika di luar negeri. Jawaban Eddy sangat detail, dia benar-benar sudah berbeda dengan dulunya, saat ini dirinya terkesan lebih dewasa dan rendah hati.

Kami berdua naik ke lantai atas, Djoko sudah menanti kedatanganku di ruangannya. Pada saat masuk ke dalam, aroma wangi dari teh sudah menebar di seluruh ruangan. Setelah melihat kedatanganku, Djoko menunjuk kursi di hadapannya dan berkata "Ugie, dengarnya kamu ke Beijing ya ? Perjalanan dinas ?”

Djoko adalah salah satu pemegang saham Cantique, oleh sebab itu tentu saja lebih perhatian dengan perkembangan Cantique. Aku tidak menjawab pertanyaan Djoko, malahan balik bertanya padanya "Paman Santoso, sekarang Eddy sudah pulang. Kamu bermaksud mengatur jabatan apa untuk dia ? Aku sore ini langsung mengatur ….”

Djoko masih belum berbicara, Eddy langsung berkata "Kak Ugie, kamu tidak perlu merisaukan masalah ini lagi. Aku sudah berpikir, aku ingin memulai dari jabatan dasar dan menjadi sales dulu. Meskipun dalam satu tahun ini aku terus belajar, namun bagaimanapun aku tidak ada pengalaman kerja, aku ingin mulai dari dasar ….”

Aku dan Djoko sama-sama tersenyum ketika mendengar penjelasan Eddy. Djoko balik menatap ke arah Eddy, tatapannya penuh dengan kesan bangga dan memanjakan. Sebenarnya manusia juga dapat dewasa dengan cepat, contohnya seperti Eddy, dulunya dia hanya seorang anak orang kaya yang arogan. Namun pada saat ini, dia bahkan bisa begitu pengertian.

Djoko mengangguk dengan tampang merasa puas "Ugie, kalau begitu ikuti saja keinginan Eddy ! Agar dia jangan mengandalkan siapapun dan mulai bekerja dari dasar ….”

Aku juga mengangguk dan meneguk teh. Aku mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya pada Djoko "Paman Santoso, sekarang kamu telah menjadi pemegang saham Cantique dan juga pemegang saham dan wakil presdir di Djarum Grup, aku ingin mendengar pandanganmu, sebenarnya apa perbedaan dua perusahaan ini ?”

Pertanyaanku tentu saja bukan tertuju pada cara pengelolaan, malahan tertuju ke perkembangan di masa depan.

Djoko tidak langsung menjawab pertanyaanku, dia memegang gelas, sambil meneguk teh dan sambil merenungkan pertanyaanku. Beberapa saat kemudian dia baru meletakkan gelasnya dan berkata padaku "Ugie, sebenarnya pertanyaan ini sangat baik. Djarum Grup sebagai perusahaan tradisional, perkembangannya memang pernah melonjak tinggi, namun sekarang perkembangannya terus menurun, sehingga hanya bisa mewakili masa lalu saja. Sementara Cantique adalah perusahaan yang baru saja berkembang, saat ini nilai perusahaan sedang melonjak tinggi, dia mewakili masa depan. Inilah perbedaan yang paling besar antara Djarum Grup dan Cantique ….”

Sebenarnya kata-kata Djoko sedikit berlebihan, saat ini perkembangan Djarum Grup masih dapat dikendalikan, hanya saja dikarenakan Djarum yang telah meninggal dunia, sehingga seluruh perusahaannya mengalami keadaan krisis.

Aku tersenyum sekilas sambil menatap Djoko, kemudian berkata dengan perlahan-lahan "Paman Santoso, seandainya meminta kamu memilih salah satu perusahaan di antaranya, kamu akan pilih yang mana ?”

Setelah mendengar kata-kataku, Djoko langsung mengangkat kepala dan menatapku. Dia tertawa terbahak-bahak, kemudian menunjuk ke arahku dan berkata "Ugie, kamu ini sedang menggali perangkap untukku ya ? Kenapa tiba-tiba menanyakan begitu banyak pertanyaan yang aneh ?”

Aku tersenyum sekilas, tetap saja tidak menjawab pertanyaannya.

Djoko berpikir sejenak, kemudian tetap menjawab pertanyaanku "Aku memiliki perasaan terhadap perusahaan, bagaimanapun perusahaan ini dibangun dengan hasil kerja keras aku dan Djarum. Namun kalau mengabaikan perasaan dan memilih dari segi bisnis, aku pasti akan memilih Cantique. Perusahaan jaringan sosial adalah tren baru di dalam sejarah. Tidak semua orang dapat menghalanginya ….”

Aku sangat puas dengan jawaban Djoko, sehingga sedikit mengangguk kepala, kemudian terus bertanya "Paman Santoso, harga saham Djarum Grup pasarannya berapa ya ?”

Meskipun Djoko telah menyadari tujuan yang belum aku sampaikan, namun dia tetap saja menjawab pertanyaanku "Sebelumnya kita pernah bahas, seharusnya berada di antara enam triliun hingga sepuluh triliun …..”

“Kalau begitu bagaimana dengan Cantique ?”

Djoko menatapku dengan wajah kebingungan, dia tertawa terbahak-bahak, kemudian balik bertanya padaku "Ugie, kamu bukan orang yang bertele-tele. Ada apa terus terang saja, jangan bertele-tele. Berapa harga pasar Cantique, media massa saja mengetahuinya. Kamu yang menginvestasikan dananya, sekarang kenapa malah balik bertanya padaku ?”

Aku tersenyum. Setelah itu aku mengambil rokok di atas meja dan menyalakan sebatang rokok. Setelah mengisap dengan kuat, aku menatap Djoko dan berkata "Harga Cantique kisaran di empat triliun. Selain saham yang aku serahkan pada investasi kali ini, aku sekarang masih memiliki empat belas persen saham di Cantique …”

Setelah itu reaksi wajahku semakin serius, aku menatap Djoko dan berkata dengan perlahan-lahan "Paman Santoso, aku sekarang ingin menjualkan empat belas persen saham ini kepadamu !”

Setelah mendengar kata-kataku, tangan Djoko yang sedang memegang gelas sedikit gemetar. Dia buru-buru berdiri, lalu menatapku dan berkata "Ugie, kamu gila ya ? Kamu tahu apa yang kamu katakan ? Paling lama hanya butuh dua tahun saja, Cantique sudah bisa terdaftar di pasar modal. Sampai saat itu setidaknya nilai saham kamu akan meningkat hingga lima kali lipat. Kamu sekarang malahan mau jual, apa yang kamu pikirkan ?”

Djoko sedikit emosional, namun aku tetap saja tidak berbicara dan terus mengisap rokok.

Djoko juga menyadari emosional dirinya, sehingga balik duduk di kursi, lalu menatapku dan mengerut alis, akhirnya bertanya "Ugie, aku tidak tahu kenapa kamu tiba-tiba memiliki pemikiran seperti ini. Tetapi aku sangat yakin, imajinasi kamu terlalu tinggi, sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan. Pertama, meskipun mau menjual, tidak mungkin juga bergilir untukku. Papang atau Viali, mereka pasti akan mengakuisisi sahammu. Kedua, meskipun aku ingin membeli, tetapi jumlah dana yang diperlukan juga sangat besar, di mana aku mencari dananya ?”

Aku menatap Djoko dengan tampang serius, kemudian berkata dengan perlahan-lahan "Paman Santoso, masalah ini bukan imajinasi, aku sudah selesai berpikir semuanya. Aku tahu, kamu masih belum bisa mengeluarkan dana sebesar ini. Aku juga tidak berharap kamu dapat mengeluarkan dana sebesar ini ….”

Aku masih belum selesai berbicara, Djoko sudah terlanjur memotong pembicaraanku "Kalau begitu kenapa kamu malahan ingin menjual sahammu kepadaku ?

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu