Love And Pain, Me And Her - Bab 296 Berdebar-debar

Aku langsung tertegun. Di mata tante Salim, gadis ini seperti seorang putri yang sama sekali tidak pandai melakukan pekerjaan rumah. Sekarang mengatakan bahwa ingin membantuku membersihkan ruangan. Aku merasa sangat bahagia, pada saat yang sama aku juga diam-diam menghelakan nafas.

Dari segi permukaan, hubungan aku dan Isyana sepertinya perlahan-lahan membaik. Namun pada kenyataannya, kami berdua mengetahui sangat jelas bahwa masih ada tembok yang tidak terlihat di antara kami. Jika tembok itu tidak jatuh, maka kemungkinan kami sulit untuk kembali ke masa lalu.

Sekarang Isyana sudah mulai bertindak, tentunya aku tidak bisa diam. Kami berdua mulai melanjutkan pembersihan. Karena aku telah membersihkan sebagian besar sebelumnya, beban kerja yang tersisa tidaklah besar.

Isyana yang dimanjakan tidak seperti yang dikatakan tante Salim. Dia melakukan dengan sangat baik. Beberapa detail bahkan lebih bersih daripada aku.

Kami berdua sibuk selama lebih dari satu jam. Akhirnya semuanya telah bersih. Melihat jendela yang jernih di aula, Isyana berkacak pinggang dan menatapku, kemudian tersenyum bahagia.

Dahinya sudah berkeringat. Aku merasa bersalah dan bertanya padanya, "Isyana, apakah kamu lelah? Duduk dan istirahat dulu, kamu mau minum apa? Aku menyiapkan".

Isyana menyetir sehingga tidak boleh minum alkohol. Dia memikirkannya dan berkata ke arah bar, "Kalau begitu minum teh saja".

Aku mengangguk dan pergi ke bar untuk membuat teh. Isyana pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan. Setelah kembali, dia duduk di dekat jendela dan diam-diam memperhatikan aku yang sedang merebus air dan membuat teh.

Malam yang tenang, cahaya yang redup. Wanita yang dicintai duduk di samping. Adegan semacam ini biasanya hanya muncul dalam mimpi, tetapi sekarang muncul dalam dunia nyata. Seketika, aku merasa sedang berkhayal.

Aku duduk di seberang Isyana dan menuangkan secangkir teh untuknya. Kemungkinan waktu luang saat ini membuat tubuh dan pikiran Isyana benar-benar menjadi santai. Sambil memegang cangkir teh, dia mencium kemudian berseru, "Teh ini benar-benar harum!".

Aku tersenyum simpul, menatap Isyana, dan berkata dengan lembut, "Tentu saja tehnya harum. Tetapi orang yang memberikan teh ini kepadaku lebih harum daripada teh."

Kata-kataku membuat Isyana sedikit terkejut. Dia menatapku dengan bingung. Aku tertawa dan melihat cangkir teh itu, berkata, "Ini satu-satunya barang yang aku ambil sebelum meninggalkan PT.Nogo".

Pada saat meninggalkan PT.Nogo, aku tidak ingin mengambil apa pun. Lagi pula, semua barang di situ bukan milikku. Tetapi pada akhirnya aku mengambil teh yang diberikan Isyana kepadaku. Aku juga tidak tahu mengapa aku melakukan hal ini, mungkin dalam pikiran alam bawah sadar, nafas Isyana sudah meleleh ke dalam teh yang harum.

Kata-kataku membuat Isyana tertawa juga. Memegang cangkir teh, dia menyesap perlahan. Tetapi sejenak kemudian, kami berdua terdiam lagi. Tidak ada yang berbicara dan menikmati momen ketenangan yang langka di kota yang ramai ini.

Isyana menatap ke luar jendela, dan aku menatap ke Isyana. Di dalam kehangatan aroma teh, aku mengeluarkan asap. Penampilan Isyana menjadi semakin kabur.

Tiba-tiba Isyana menoleh, dia menatapku dan berkata dengan pelan,

"Ugie, sebenarnya, hari ini aku khusus datang mencarimu".

Aku terkejut. Aku belum sempat berbicara, Isyana berkata lagi, "Aku pergi ke rumahmu terlebih dahulu. Tetapi aku menemukan bahwa lampu tidak dinyalakan, kemudian aku menebak kamu pasti berada di sini. Jadi, aku kemari."

Kata-kata Isyana membuat jantungku berdebar-debar. Sudah lama tidak memiliki perasaan seperti ini, membuatku sedikit bingung. Isyana mengambil inisiatif untuk mencariku, apakah dia sudah berubah pikiran?.

Aku menahan kegembiraan di hatiku dan berkata dengan tenang, "Mengapa kamu tidak meneleponku?".

Isyana tersenyum. Tapi ada sedikit kepahitan dalam senyuman ini. Dia menatap ke luar jendela dan menghelakan napas dengan pelan sebelum berkata, "Aku tidak mau menelepon. Jika kamu tidak berada di kedua tempat ini, mungkin dapat membuktikan bahwa aku datang mencarimu merupakan sebuah kesalahan."

Aku juga tertawa, senyuman pahit yang sama. Aku masih berpura-pura santai dan berkata, "Kapan kamu begitu mitos?".

Isyana menoleh lagi, dia menatapku. Tapi dia mengerutkan kening. Dia menambahkan, "Ugie, aku sekarang sedikit takut!".

Kata-kata Isyana mengejutkanku. Isyana yang tadi lemah-lembut dan penuh kasih sayang, sekarang menjadi sangat serius.

Aku buru-buru bertanya padanya, "Apa? Apa yang terjadi?".

Isyana menghelakan nafas, dia menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa. Mungkin baru-baru ini aku terlalu stress".

Penampilan Isyana membuatku semakin cemas, aku bertanya lagi, "Isyana, apa yang terjadi? ceritakan saja kepadaku".

Isyana menatapku, kemudian perlahan berkata, "Iklan CB telah selesai syuting. Aku meminta Amori untuk mengirimkannya kepada orang-orang CB sore ini. Tetapi sebelum pulang kerja, CB membalas kami."

"Iklan tidak lulus, perlu syuting ulang?".

Ketika Isyana berhenti, aku segera bertanya kepadanya.

Isyana menggelengkan kepalanya, "Tidak, mereka setuju dengan iklan yang kami filmkan".

Aku menatap Isyana dengan bingung. Setuju merupakan hal yang baik. Tetapi keadaan Isyana memberikan perasaan yang sangat buruk. Isyana melanjutkan, "Tapi hatiku selalu merasa tidak nyaman. Balasan CB terlalu cepat, tiga iklan. Dalam waktu sekitar dua jam lebih dia sudah membalas kami. Tidak memberikan kritikan apa pun. Aku selalu merasa bahwa sikap mereka sedikit asal-asalan."

Melihat tatapan khawatir Isyana, aku juga menjadi cemas. Aku sangat khawatir bahwa firasat buruk aku akan menjadi kenyataan. Tetapi aku tidak berani menggunakan kata-kata ini untuk merangsang Isyana. Jika demikian, aku yakin dia pasti akan insomnia baru-baru ini.

Setelah memikirkannya, aku sengaja menghiburnya dan berkata, "Isyana, apakah kamu berpikir terlalu banyak? Kemungkinan karena PT.Nogo membuat iklan tersebut dengan baik, CB merasa sangat puas. kemudian langsung menyetujuinya".

Situasi yang aku katakan ini bukan tidak mungkin, tetapi hanya jarang.

Isyana mengangguk dan menghelakan nafas lagi, "Um! Aku harap begitu."

Penampilan Isyana membuatku merasa sedikit tidak tega. Aku baru saja ingin menghiburnya, tiba-tiba Isyana berkata, "Harapan terbesar aku sekarang adalah proyek CB dapat segera berakhir. Jika tidak, aku khawatir tahun ini aku tidak dapat menyambut tahun baru dengan bahagia."

Aku bisa memahami tekanan Isyana, karena dia telah menginvestasi semua kekayaannya dalam proyek ini. Jika terdapat sedikit masalah, maka akan mengalami kebangkrutan. Aku benar-benar ingin membantu Isyana, tetapi sayangnya, aku tidak bisa melakukan apa-apa.

Isyana terdiam sejenak. Dia menatapku dan kembali ke keadaan semula. Dia bertanya padaku dengan santai, "Jangan bicarakan hal ini lagi, mari kita bicara tentangmu! Kapan pembukaannya? Apakah namanya sudah terpikir?".

Aku mengetahui bahwa Isyana sedang berpura-pura santai. Tetapi aku tidak tega berbicara proyek CB dengannya lagi. Lagipula, dana telah dibayar. Tidak mungkin untuk membatalkan lagi.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu