Love And Pain, Me And Her - Bab 409 Viali

Aku tidak marah dan malahan tertawa, melihat ke Eddy aku berkata: "Eddy, hari ini aku akan memberi kamu pembelajaran. Di dalam masyarakat bisnis, hal yang paling dipentingkan adalah semangat kontrak. Sementara kontrak adalah perwujudan dari semngat kontrak. Terserah kamu mau berkata aku menginginkan uang sampai gila ataupun aku sengaja mencari masalah denganmu. Yang penting, kalau mau kamu harus bertindak sesuai kata-kataku, kalau tidak kamu harus mengantikan aku denda kontrak!"

Waktu mengatakan kata-kata itu, aku teringat dengan Bong Casa. Waktu aku pertama kali terjun ke dunia bisnis, dia pernah memberitahu banyak hal yang mirip dengan masalah ini kepadaku dan kata-kata dia benar-benar membawa banyak bantuan untuk pekerjaan dan karirku. Sementara hari ini, aku memberikan pelajaran kepada Eddy sebagai seorang pendidik.

Setelah mendengar kata-kataku, tidak hanya Isyana, bahkan Lulu juga melihatku dengan pandangan aneh. Mereka tidak mengerti mengapa dulunya baik-baik saja dan sekarang aku tiba-tiba mempersulit Eddy.

Eddy melirikku dengan tatapan tidak senang, kedua tangannya membentuk sebuah tinju yang erat. Aku tertawa dengan dingin dan berkata "Eddy, aku memberitahu kamu, kamu tidak bisa berbisnis ataupun berkelahi! Oh iya, apakah kamu mau memberitahu hal ini kepada ayahmu? Jangan sampai dia mengira aku sengaja menganggumu"

Emosi Eddy sudah memuncak, dia menunjukku dengan jarinya dan berkata dengan tersandung "Hebat, kamu benar-benar sangat hebat! Ugie, aku sudah tahu kamu itu orang seperti apa. Baik, aku akan pergi mengantar makanan! Tetapi masalah ini belum selesai! Kita lihat saja nanti!"

Setelah berkata, Eddy langsung keluar dari ruangan dan menutupi pintu dengan keras.

Padahal ruangan ini adalah ruangannya, tetapi yang keluar adalah dia.

Di dalam ruangan hanya sisa kami bertiga, Isyana dan Lulu melihatku dengan kaget. Mereka sedang menunggu penjelasanku, sementara aku hanya tersenyum kepada mereka dan berkata "Ayo, tidak jadi makan makanan barat lagi, aku traktir kalian makan mie sapi saja"

Isyana tidak bergerak, dia berdiri di tempat dan berkata "Ugie, apa yang terjadi? Kamu itu mau menggunakan cara seperti ini untuk memaksa Eddy melakukan hal-hal dengan serius atau kamu memiliki rencana lain?"

Isyana sangat mengerti aku. Setidaknya dia tahu aku pasti bukan sengaja mempersulit Eddy, tetapi aku pasti ada rencanaku sendiri.

Melihat ke Isyana, aku tersenyum "Isyana, kamu tenang saja kalau masalah ini, aku ada rencana sendiri!"

Bukan aku tidak percaya kepada Isyana, hanya saja masalah ini sedang berada di masa paling pentingnya, aku tidak boleh membiarkan Eddy menyadari ada sesuatu yang salah. Jadi aku memberi alasan ambigu kepada Isyana. Melihatku tidak ingin berkata, Isyana pun tidak bertanya lebih dalam lagi.

Kami bertiga keluar dari ruangan dan mencari sebuah tempat untuk makan siang.

Sesuai ekspektasiku, Djoko menelepon pada saat sore hari. Pada saat aku baru saja mengangkat telepon, Djoko langsung berkata "Ugie, Eddy tadi meneleponku mengeluh tentangmu. Dia bahkan meminta aku mencari pengacara untuk bertanya apakah bisa mengakhiri kontraknya bersamamu"

Aku tertawa. Ujung-ujungnya, Eddy tetap tidak dewasa. Setelah terjadi masalah, orang pertama yang dia cari tetap adalah ayahnya.

Aku langsung bertanya "Paman Santoso, apakah aku sedikit kelewatan?"

Djoko hanya memiliki satu anak putra, aku khawatir dia tidak tega melihat Eddy mengalami kesulitan.

Djoko langsung berkata "Tidak, sama sekali tidak kelewatan. Aku malahan menyarankan kamu untuk memberi dia beberapa ramuan penguat lagi, agar dia bisa memikirkan dirinya itu orang seperti apa"

Aku tersenyum. Setelah mendengar kata-kata Djoko, aku menjadi semakin percaya diri. Tujuan akhirku melakukan hal ini adalah menjalin hubungan dengan Djoko. Jadi aku harus peduli terhadap pemikirannya.

Seolah-olah teringat dengan sesuatu, Djoko menambah "Oh iya Ugie, aku menyarankan kamu mempercepat kecepatan di bidang ini, aku sudah meminta orang untuk menghubungi bagian kampus. Asal kamu sini sukses, aku akan segera membiarkan Eddy untuk lanjut belajar di luar negeri!"

Aku segera setuju "Baik, kamu tenang saja paman Santoso! Aku tahu harus bagaimana!"

Meletakkan ponselku ke atas meja, aku menyalakan sebatang rokok, sambil merokok aku memikirkan bagaimana melaksankan hal ini. Membuat Eddy kesusahan itu bukan tujuan, hal yang paling utama itu harus membiarkan dia kembali ke kampus dan lanjut belajar. Pada saat yang sama, 3 restoran Geprek juga harus terjual"

Pada saat aku sedang berpikir, ponselku tiba-tiba berdering. Yang menelepon aku adalah Viali, 2 hari ini aku tidak kontak dengan Viali. Karena ada Robi menjaga dia, aku tidak perlu repot lagi.

Biasanya kalau mengangkat telepon Viali, yang berbicara duluan adalah asisten dia, kemudian baru Viali. Tetapi kali ini berbeda, setelah telepon terhubung, suara yang berdering adalah suara Viali.

"Ugie, apakah kamu memiliki waktu pada malam ini?"

Viali tidak berkata banyak, dia langsung mengatakan tujuannya secara terus terang.

Mendengar suara Viali, flu dia seharusnya sudah sembuh. Aku berpikir sejenak, malam ini aku tidak memiliki urusan.

"Ada. Kenapa? Kamu ada urusan?"

Setelah meragu sejenak, Viali baru berkata "Besok pagi aku mau terbang kembali ke Beijing. Malam ini aku ingin traktir kamu makan sebagai terima kasih kepada bantuanmu kepada aku pada hari itu"

Aku langsung setuju "Baik, setelah pulang kerja nanti aku pergi mencari Robi, nanti baru telepon kamu lagi"

Setelah mendengar kata-kataku, Viali tidak bersuara, setelah beberapa saat dia baru berkata lagi "Malam ini aku tidak memanggil Robi, hanya kita berdua saja yang makan bersama!"

Kata-kata Viali membuatku merasa kaget. Di mataku, dia adalah mesin transit cepat yang sangat sibuk sampai dia tidak memiliki waktu untuk bersosialisai. Tetapi sekarang dia malah berkata mau mentraktirku makan tanpa Robi.

Aku tidak bertanya mengapa dan berkata "Baik, malam ini mau makan dimana?"

"Di Street Food yang kemarin kita pergi terakhir kali!"

Jawaban Viali membuatku berpikir sejenak. Di Street Food kemarin, Robi bersikap nakal, dia kabur duluan. Aku dan Viali baru saja makan tusuk sate domba, tetapi Vilai malah muntah dan diare sampai masuk rumah sakit. Sementara kali ini Viali malah berkata mau pergi ke Street Food lagi. Dia adalah seorang elit bisnis, wanita berbakat dalam industri investasi. Biasanya makan pun dia akan makan di restoran berbintang. Makan di Street Food , apakah dia tidak takut identitasnya menjadi rendah?"

Hanya saja, aku tidak bertanya kepadanya.

Setelah mengakhiri telepon, aku duduk di atas kursi bos sambil merokok. Tidak tahu mengapa, adegan yang muncul di depan mataku adalah adegan hujan petir malam itu dimana aku bersama dengan Viali berdua. Ketakutan itu mencapai batas, Viali menyandar di tubuhku dengan erat. Mungkin penampilan itu baru merupakan penampilan sebenarnya Viali.

Setelah pulang kerja, aku mengunci pintu dan langsung naik taksi ke Street Food. Pada saat aku turun di depan gapura dan mau menelepon kepada Viali, tiba-tiba sebuah suara yang familier berdering dari jarak tidak jauh "Ugie!"

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu