Love And Pain, Me And Her - Bab 453 Senyum

Aku benar-benar sangat marah, Sutan semakin lama semakin keterlaluan. Jika sudah tidak ada perasaan dengan Veni. Maka aku tidak akan berbicara apapun lagi. Namun jelas-jelas mereka masih saling perhatian, perasaan mereka berdua sangat dalam, namun dia masih memilih berselingkuh dengan Wulandari. Hal ini membuatku tidak bisa mengerti.

Kemarahanku ini bisa dirasakan dengan jelas oleh Sutan. Dia melihatku singkat, menghela nafas dan langsung berkata "Ugie, aku sudah memutuskan. Aku akan menceritakan semua ini kepada Veni."

Aku hanya tersenyum pahit. Sutan masih tidak tahu, saat ini Veni yang berada di kantor sejak awal sudah mendengar semuanya dengan jelas.

Namun kantor itu masih saja sunyi. Aku tidak tahu apa kabar Veni yang berada di dalam kantor. Namun tidak ada orang yang keluar, aku hanya bisa mengeraskan kulit kepala, menatap Sutan dan berkata "Apa rencanamu setelah memberitahukan ini kepada Veni?"

Ketika perkataanku ini ditanyakan, tangan Sutan tidak bisa ditahan dan mulai bergetar. Aku melihatnya dan melihat bibirnya bergetar, sebuah ekspresi yang penuh dengan ucapan namun tidak bisa menyampaikannya sama sekali.

"Berpisah!"

Ketika kata berpisah ini terucap dari bibir Sutan. Aku langsung terpana. Sebuah perasaan yang mengagetkan ini seperti petir di langit yang mendung.

Bagaimanapun aku tidak pernah membayangkan, Sutan akan meminta berpisah dari Veni. Aku tidak percaya, aku benar-benar tidak percaya, hubungan asmara mereka yang sebaik itu, saling mencintai. Walaupun beberapa saat terakhir terjadi masalah, namun tidak sampai harus berpisah.

Aku menatap Sutan dengan dingin. Pada saat ini, aku merasakan sebuah dorongan. Untuk maju ke depan dan menghajarnya. Namun ini hanya ada di pikiranku saja, ini hanya dalam imajinasiku saja. Perasaan orang lain bagi diriku, paling banyak hanyalah sebuah saran bagaimana mungkin aku bisa menggerakkan tangan?"

Sutan terdiam dan aku memelototinya, dengan dingin bertanya "Sutan, kamu bicara jujur denganku. Apakah kamu benar-benar sudah tidak mencintai Veni?"

Aku bertanya seperti ini kepadanya. Karena aku berharap dia bisa mengucapkan kedua kata "Tidak Cinta" dengan begitu hati Veni akan mati. Berpisah juga baik, Veni juga bisa memulai kehidupan yang baru. Lebih baik daripada bersama dengan Sutan dan membuat dia kehilangan jati dirinya.

Sutan menaikkan kepala dan melihatku, Namun di bawah pandanganku yang dingin, dia dengan cepat mengalihkan pandangannya.

Sutan baru akan berbicara, tiba-tiba pintu kantor itu terbuka.

Ketika pintu itu terbuka, hatiku pun tertegun. Aku bahkan merasa tidak berani untuk menoleh dan melihat ke arah pintu kantor. Aku tidak tahu setelah mendengar perkataan Sutan tadi akan membuat pukulan seperti apa bagi Veni yang lemah lembut itu.

Sutan langsung terpana, mulutnya terbuka. Ekspresi tertegun tergurat di wajahnya dan terus menatap ke arah pintu.

Aku masih memandang ke arah pintu masuk. Dan yang berdiri di paling depan banyak orang itu adalah Veni dengan wajah yang pucat. Aku berpikir, Veni saat ini pasti sudah berlinang air mata. Namun di luar perkiraanku, Veni justru tersenyum sambil memandang Sutan.

Veni tersenyum dengan sangat cantik, namun senyumannya ini justru membuat hatiku tertusuk. Aku tidak pernah membayangkan, Veni yang lemah lembut itu memiliki sisi yang kuat seperti ini. Setidaknya dari sikapnya, jauh lebih kuat dibanding ketika aku berpisah dengan Raisa.

Veni sedikit memiringkan kepalanya, masih terpancar senyuman di wajahnya, menatap Sutan, dia dengan lembut berkata "Sutan, aku sudah mendengar semua perkataanmu dengan Ugie barusan. Apa yang ingin aku katakan adalah, aku sudah tidak mencintaimu. Kamu pergi saja, pergi mengejar apapun yang kamu inginkan."

Veni berkata sambil tersenyum. Dia ingin berpura-pura seakan dia tidak peduli dengan apapun lagi. Namun suaranya mengkhianatinya. Karena kita semua bisa mendengar dengan jelas, perkataan yang diucapkan ini diucapkannya dengan suara yang bergetar.

Sutan segera bangkit berdiri, dia berkata kepada Veni "Veni, kamu dengarkan penjelasanku."

Sebelum dia selesai mengucapkannya, Veni langsung memotong perkataannya. Veni masih tersenyum dan dengan suara yang bergetar. Dia menatap Sutan dan berusaha berkata sambil tersenyum.

" Sutan, kamu tidak perlu mengucapkan apapun lagi. Aku mengerti kamu, aku sama sekali tidak menyalahkanmu."

Perkataan yang diucapkan Veni ini diucapkan Veni dengan tubuh yang sedikit bergetar. Isyana yang berada di sampingnya menggenggam erat tangannya. Seakan takut akan terjadi sesuatu dengannya.

Dan Veni masih terus berkata dengan tersenyum "Sutan, apakah kamu tahu? Sebenarnya aku sudah tahu sejak awal, akan terjadi hal ini pada kita suatu hari nanti. Ketika aku keluar dari rumah sakit, aku sudah mengetahui hubungan kita berakhir! Pada saat itu, aku ingin mengatakan kepadamu supaya kita berpisah saja. Namun ketika kamu muncul di hadapanku, aku kembali menjadi lemah. Perkataan yang sudah aku ingin sampaikan tidak bisa diucapkan keluar. Aku tahu aku sudah tidak bisa lagi melahirkan sepanjang hidupku. Hal ini bagimu dan bagi keluargamu adalah hal yang sangat penting. Aku pada awalnya sudah ingin berkata kepadamu, kita berpisah saja, namun kamu masih tidak tega. Setiap malam ketika aku tidak bisa tidur, aku terus berdoa, berdoa kepada Tuhan, asalkan aku bisa mengandung, aku rela menukarnya dengan sepuluh tahun nyawaku."

Perkataan Veni ini masih diucapkan sambil tersenyum. Dan Raisa, Isyana, Elisna, Lulu yang berada di sampingnya sudah menangis deras. Robi yang berada di tengah kerumunan justru dengan ekspresi yang marah mengepalkan tinjunya dengan erat.

Aku tidak pernah membayangkan, dalam tubuh lemah Veni, ternyata menyimpan tenaga yang sebesar ini. Dalam pukulan sebesar ini, dia bisa mempertahankan senyumannya.

Air mata Sutan juga terus mengalir. Dia menatap Veni dengan bibir yang terus bergetar.

Dan Veni masih terus berkata sambil tersenyum "Sayangnya, Tuhan tidak membantuku. Hingga saat ini, aku masih belum bisa mengandung. Sutan, sebenarnya aku cukup bodoh. Namun Kebodohanku ini tidak berarti aku tidak mengerti. Apakah kamu ingat setelah tahun baru, kita bertemu disini? Saat itu kamu juga berbicara dengan Ugie berdua di kamar mandi dan semua perkataanmu aku sudah dengar dengan jelas."

Aku terkejut, Sutan juga merasakan hal yang sama.

Pada saat itu aku membujuk Sutan untuk memutuskan hubungannya dengan Wulandari. Pada saat itu dia menyetujui permintaanku. Ketika keluar dan bertemu dengan Veni, aku sama sekali mengira Veni tidak mendengar apapun. Tidak disangka, dia tidak hanya sudah mendengar, namun dia berpura-pura tidak ada permasalahan yang terjadi.

Veni sedikit menghela nafas dan menggelengkan kepala dengan tersenyum dan kemudian kembali berkata "Pada saat itu kamu berjanji kepada Ugie, kamu berkata kamu akan mengatakan yang sebenarnya kepada Direktur Wulandari kalian, supaya tidak berhubungan lagi. Sutan, apakah kamu tahu apa yang aku pikirkan saat itu? Ugie percaya akan perkataanmu. Namun aku sama sekali tidak percaya. Karena kita sudah bersama selama delapan tahun, sebentar lagi akan menjadi sembilan tahun. Aku sudah mengenalmu lebih daripada kamu mengenal diriku sendiri. Sehingga aku tahu kalian tidak akan memutuskan hubungan. Aku juga tahu, cepat atau lambat akan ada satu hari kita akan berpisah. Sebenarnya, aku seharusnya sejak awal memberitahumu, kita berpisah saja. Namun aku tidak tega, aku benar-benar tidak tega. Aku seperti seorang yang bodoh, setiap hari menunggu sebuah rumah yang kosong, dalam diam menunggu kepulanganmu. Aku tahu, kita akan berpisah sebentar lagi. Jadi aku sangat menghargai setiap menit, setiap detik kebersamaan kita. Dalam banyak malam kamu tidur di dalam kemabukan. Dan aku hanya dengan bodoh terus memandangmu. Melihat kamu pria paling penting dari dalam hidupku. Karena aku tahu tidak lama lagi aku tidak akan bisa melihatmu seperti ini lagi."

Veni mencurahkan isi hatinya. Perkataan yang dia katakan terus menusuk hatiku. Gadis bodoh yang lemah lembut ini ternyata menyimpan semua kesedihannya di dalam hati dan tidak pernah mengucapkannya.

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu