Love And Pain, Me And Her - Bab 288 Bertemu Isyana

Aku juga tidak perlu menyembunyikannya dari Elisna. selain itu, masalah ini membutuhkan bantuannya. Aku dengan segera menurunkan suara saya dan berkata kepada Elisna: "Elisna, aku tidak ingin membuka bar. Tapi saya ingin membuka studio kerja."

Sebelum selesai mengatakannya, Elisna menatapku dengan aneh dan bertanya: " Apakah kamu mau membuka studio kerja disini?"

Aku mengangguk dan menjelaskan kepadanya: "Betul! Pertama, aku tidak perlu lagi menganti struktur tempat ini dan langsung menjadikan tempat ini menjadi kantor terbuka. Kedua, aku juga suka dekorasi Bar BOSS. Hanya perlu singkirkan beberapa peralatan audio itu sudah oke. Dengan begini aku bisa menghemat banyak biaya pembangunan. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana cara bernegosiasi dengan bos. Hal ini hanya kamu yang bisa lakukan. "

Begitu aku selesai bicara, Elisna segera mengangguk dengan percaya diri dan berkata: "Kamu jangan khawatir, serahkan itu kepadaku. Kamu juga tidak memakai Peralatan audio disini, jadi kita bisa suruh boss untuk memindahkannya. Sementara hal yang lain, aku akan membantumu meminta harga yang paling rendah dengannya. Bos sangat baik dengan aku, makanya aku bisa bernyanyi sangat lama disini."

Kata-kata Elisna membuatku bahagia. Masalah lokasi yang paling aku khawatirkan akan segera diselesaikan. Memikirkan bahwa aku akan memiliki studio kerjaku sendiri membuat aku sangat bersemangat.

Aku masih mengobrol dengan Elisna. Ketika pintu bar terbuka, aku melihat Robi dan Raisa masuk. Begitu Robi melihatku ada di dalam, dia langsung berteriak sangat ribut: "Sutan lama-lama menjadi sangat brengsek, dia berjanji untuk mentraktir, teteapi sampai sekarang masih belum datang. Malah membuat kita menunggu saja. "

Aku juga tidak terlalu memperdulikan Robi. Tatapan mataku mulai beralih ke Raisa yang berada di sampingnya, yang kebetulan juga sedang melihatku. Kami berdua saling bertatap mata, dan entah bagaimana, aku merasakan perasaan yang tidak wajar dan seketika aku langsung melihat ke tempat lain.

Setelah mereka duduk, Robi memesan selusin bir. Tapi Raisa terus-terusan melihat keluar jendela, dia tidak mengatakan sepatah kata pun padaku. Aku tahu itu semua karena aku tidak mau menerima uang yang mau dia pinjamkan kepadaku.

Aku mengobrol sebentar dengan Robi lalu melihat Stuan dengan Veni masuk, tetapi di tengah mereka ada Beibei. Si kecil ini mengandeng tangan mereka ditengah, kedua matanya yang besar pun melihat ke sekeliling bar.

Perhatian Robi langsung ditarik sepenuhnya oleh Beibei. Dia menatap Sutan dan berkata dengan sedikit ketidakpuasan: "Sutan, sepertinya kamu sekarang lebih dekat dengan si kecil ini daripada ayahmu sendiri. Mengapa kamu membawanya kesini?"

Sebenarnya aku juga merasa sedikit tidak puas. Sangat tidak nyaman bersantai di sebuah bar dengan membawa seorang anak kecil. Sutan sepertinya sedang dalam suasana hati yang baik, dia bahkan tidak menganggap serius ceomohan Robi dan hanya menjelaskan setelah selesai tertawa: " Tidak ada pilihan lain, boss kami sedang dinas ke luar kota. Awalnya kami berencana menempatkan anak ini ke tempat neneknya. Tetapi si kecil ini memaksa untuk ikut denganku, Menurutmu apa yang bisa aku lakukan?"

Robi juga tidak menjawab apa-apa. Dia memandang Beibei dan bermain dengannya: "Nak, kemarilah dan biarkan paman menggendongmu."

Begitu Robi selesai mengatakannya, anak itu langsung memeluk paha Sutan, melototinya dan berkata dengan suara yang imut: "Tidak, kamu adalah penjahat. Kamu telah mengalahkan Paman Sutan."

Kami tercengang mendengar perkataan dari anak itu. Tidak diduga, dia masih ingat apa yang terjadi di depan gerbang rumah sakit waktu itu. Robi sedikit memasakan senyumannya dan bergumam: "yang tua ini tidak berpikir untuk balas dendam, tetapi malah yang kecil ini yang berpikir untuk membalas dendam."

Mereka duduk di meja terbesar di dalam bar. Aku menyalakan sebatang rokok dan menoleh ke Sutan yang sedang duduk di sampingku dan berkata: "Sutan, Apakah hari ini kamu sedang mengalami hal baik? kebetulan semua orang sudah disini, Bukankah ini sudah waktunya untuk kamu mengumumkannya?"

Sutan menoleh dan menatapku, lalu tertawa dan mengatakan: "Siapa bilang semua orang sudah disini? Masih ada tamu VIP yang belum datang."

Begitu Sutan selesai mengatakan itu, pintu bar dengan perlahan terbuka. Tempat itu yang awalnya gelap menjadi lebih terang. Aku menoleh dan langsung melihat dua wanita berjalan ke dalam bar. Mereka yang satunya anggun, satunya lagi sangat cantik. Begitu mereka masuk, tatapan semua orang langsung tertuju kepada mereka.

Tetapi hatiku berdegup kencang melihat mereka berdua. Aku tidak menyangka Sutan bisa mengundang Isyana dan Lulu datang kesini.

Hari-hari tanpa Isyana, membuatku merasa kesepian. Tetapi ketika aku melihat Isyana, aku baru menyadari kesepian yang sebenarnya adalah bahwa dia berdiri di depanku dan aku tidak memliki hubungan dengannya lagi.

Isyana dan Lulu berjalan menghampiri kami. Dan tatapan mataku mengikuti mereka yang berjalan mendekati kami. Isyana selalu tersenyum, tetapi senyuman ini bukanlah untukku, melainkan untuk para pengunjung.

Sesampainya di depan meja, Sutan belum sempat berbicara. Robi tiba-tiba tertawa sambil menunjuk ke sepatu Isyana dan berkata sambil melanjutkan tertawaannya, "Presdir Mirani, apakah belakangan ini kamu sibuk sampai tidak bisa fokus? Tali sepatu kamu sudah lepas.”

Semua orang yang ada di meja langsung melihat ke sepatu Isyana. Isyana mengenakan sepasang sepatu sneakers dior. Benar saja, tali sepatu salah satu sepatunya terbuka.

Wajah Isyana langsung berubah menjadi sedikit merah. Dia baru saja ingin bergerak. Tiba-tiba, aku berdiri dan berjalan kedepan Isyana. Isyana merasa sedikit bingung, dia tidak mengerti apa yang ingin aku lakukan.

Dan aku sama sekali tidak melihatnya. Di bawah tatapan semua orang, aku perlahan membungkuk, mengambil tali sepatu, dan langsung membantunya mengikat tali sepatu tersebut.

Aku bisa merasakan bahwa perbuatanku kali ini membuat Isyana sangat terkejut. Aku bahkan bisa merasakan kakinya menjadi kaku. Dan bahkan mereka pun tidak menyangka aku bisa dengan tiba-tiba melakukan hal seperti itu.

Sebenarnya aku juga sama dengan mereka, aku juga tidak menyangka aku bisa melakukannya.

Terkadang orang memang seperti ini. Ketika pikiran sedang panas, mereka akan melakukan tindakan yang tidak mereka bisa percayai.

Tali sepatu sudah selesai diikat, aku pun lansung berdiri dan menatap Isyana. Ekspresi Isyana sedikit kaku, Dia menatapku dan terdiam sebentar lalu perlahan-lahan mengatakan dua kata: "terima kasih."

Aku sedikit tersenyum dan langsung menyuruh mereka duduk di atas sofa. Begitu mereka duduk, Sutan segera berseru ribut: "Eugie, kamu benar-benar adalah seorang tamu yang berlagak seperti tuan rumah. Aku dan Veni masih belum dilayani olehmu, tidak bisa, kamu harus minum satu gelas sebagai hukuman. "

Robi juga mendukung di samping. Dia tertawa sambil menghadap Isyana dan berkata: "Isyana, kamu dan Eugie tidak boleh saling canggung lagi. Kalau begitu kami akan mengambil kesempatan hari ini untuk membuat kalian akrab kembali, oke? Aku beritahu kamu, aku sudah mengenal Eugie sangat lama, dan ini pertama kalinya aku melihat dia sangat perhatian kepada orang. "

Kata-kata Robi membuat wajah Isyana mengeluarkan ekspresi yang sangat aneh. Isyana menatapku dengan sembunyi-sembunyi, tetapi dia sama sekali tidak mengatakan apa-apa.

Tiba-tiba, terdengar suara Raisa yang sedang berbicara: "Aku bisa membuktikannya! Dimanapun, Eugie tidak akan pernah melakukan hal seperti itu."

Aku tidak tahu Raisa sengaja atau tidak. Tapi kata-katanya membuat seluruh suasana disana menjadi canggung. Satu adalah mantan pacarku, dan yang satu lagi adalah wanita yang sekarang kusuka. Tetapi topik sekarang adalah tentang apakah aku perhatian atau tidak.

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu