Love And Pain, Me And Her - Bab 336 Ugie Semakin Berani

Setelah mengatakan, resepsionis depan mengangkat telepon dan menekan sebuah nomor. Begitu panggilan terhubung, gadis tersebut langsung berkata, "Halo, Asisten Bona . Ini ada seorang staf yang dikirim oleh Bong Casa, Manajer cabang KIMFAR, dia mengatakan ingin bertemu Pak Hartono".

Aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakan orang tersebut. Tetapi aku bisa merasakan bahwa sikap orang tersebut tidak baik. Karena wajah gadis tersebut langsung berubah drastis, dan dia juga meminta maaf dan berkata, "Maaf, Asisten Bona , aku tahu bagaimana menghadapinya!".

Setelah meletakkan telepon. Sikap gadis itu terhadapku juga sudah berubah. Dia melirikku dengan tidak menyenangkan dan berkata, "Asisten Bona berkata! Pak Hartono sangat sibuk. Jika Manager Casa ingin mengatakan sesuatu, menyuruhnya memanggil Pak Hartono secara langsung. Tidak perlu menyuruh staf yang tidak berkaitan datang menemui beliau."

Aku tidak tahu apakah mereka telah meragukan identitasku. Namun melihat sikap mereka yang begitu tegas, kemungkinan aku tidak bisa bertemu Pak Hartono.

Meskipun matahari di kota Shanghai bersinar terang tetapi membuat orang terasa seperti musim dingin. Berdiri di gerbang pintu pusat perusahaan KIMFAR, aku sedikit ragu-ragu. Untuk sementara, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku merasa terlalu sulit untuk bertemu Pak Hartono pada kondisi tanpa perjanjiaan.

Aku memilih metode paling kuno yaitu menunggu di depan pintu. Menurut imajinasiku, setelah jam pulang kerja pasti dapat bertemu Pak Hartono, maka aku memiliki kesempatan untuk berbicara dengannya secara detail.

Aku berdiri di depan pintu KIMFAR. Udara dingin menembus pakaianku. Aku hanya bisa bergidik. Sudah lewat jam lima, karyawan KIMFAR sudah keluar dari gerbang satu demi satu. Tetapi tidak melihat bayangan Pak Hartono.

Mungkin penampilanku terlihat sedikit aneh, sehingga terdapat banyak orang yang melewati memberikan tatapan aneh padaku. Ketika aku melihat ke dalam pintu, terdapat sebuah suara wanita yang tiba-tiba bertanya kepadaku dengan heran, "Apakah kamu belum pergi?".

Ketika aku menoleh, aku melihat gadis resepsionis depan tersebut berdiri di belakangku.

Aku mengangguk dengan canggung dan berkata, "Iya, aku belum pergi! Aku ingin menunggu Pak Hartono."

Gadis itu tersenyum, dia menatapku, menggelengkan kepala dan berkata, "Kamu segera pulang saja. Pak Hartono sudah pergi dari tadi."

"Apa?"

Aku menatapnya dengan kaget.

Dia melihat kebingunganku dan segera menjelaskan kepadaku, "Apakah kamu pikir KIMFAR hanya ada satu pintu? Selain itu, Pak Hartono jarang melewati pintu ini. Dia biasanya naik lift langsung ke tempat parkir bawah tanah. "

Aku menatap gadis itu dengan sedih. Dia mengangkat bahu dengan tak berdaya. Lalu, pergi bersama rekan kerjanya.

Aku melakukan hal yang tidak berguna sepanjang sore. Aku hanya bisa kembali ke hotel dengan tidak berdaya. Berbaring di tempat tidur, sambil merokok aku memikirkan bagaimana cara agar bisa bertemu Pak Hartono. Tiba-tiba telepon berdering, aku melihatnya, aku tergesa-gesa duduk karena terkejut. Aku tidak menduga merupakan panggilan dari Bong Casa. Aku segera mengangkatnya dan berkata dengan penuh semangat, "Halo, Pak Casa".

Suara Bong Casa masih dingin. Dia mendengus dan berkata, "Ugie, kamu ini semakin berani. Kamu berani pergi menemui Pak Hartono memakai namaku. Apakah kamu mencari mati?".

Aku terkejut, tapi aku tidak terpikir Bong Casa telah mengetahui hal ini. Sepertinya asisten Pak Hartono sudah mengkonfirmasi dengan Bong Casa. Satu-satunya orang yang dapat membantuku sekarang adalah Bong Casa. Aku tersenyum pahit dan memohon, "Pak Casa, kemarin aku benar-benar memiliki urusan. Bisakah kamu membantuku untuk menemui Pak Hartono sekal lagii? Jika tidak dapat bertemu beliau, aku khawatir tahun ini tidak akan berhasil".

Begitu aku selesai mengatakan, Bong Casa mengatakan, "Tentu saja tidak bisa! Ugie, sudah kukatakan padamu. Kesempatan itu jarang dan cepat berlalu. Karena kamu tidak menghargainya, maka tidak bisa menyalahkan orang lain. Oh ya, ada satu hal lagi yang ingin aku sampaikan kepadamu. Pak Hartono telah mengetahui kamu pergi ke pusat KIMFAR, dan dia telah memberikan respon. Dia tidak ingin bertemu kamu. Lebih baik kamu tidak usah memikirkannya lagi dan kembali menjalankan studio kecilmu."

Aku diam! Aku merasa tidak puas jika pulang begitu saja. Tetapi Pak Hartono juga sudah memberikan tanggapan bahwa dia tidak ingin bertemu aku. Untuk sementara, aku tidak tahu harus bagaimana.

Setelah berpikir sebentar, sifat alami aku bangkit lagi. Aku berkata dengan Bong Casa secara langsung dan lugas, "Pak Casa, tidak peduli bagaimana! Aku harus menemui Pak Hartono sekali, walaupun dia menolak untuk memberikan proyek ini kepadaku, aku tetap harus menemuinya. Aku harus minta maaf kepadanya secara langsung atas ingkar janjiku kemarin".

Bong Casa mendengus lagi, dia berkata dengan sedikit muak, "Oke, kalau begitu kamu tunggu saja!"

Setelah mengatakan, Bong Casa langsung menutup telepon.

Malam musim dingin di kota Shanghai sangat berbeda. Dengan menghidupkan AC, aku masih merasa kedinginan.

Aku tidak bisa masuk ke tempat parkir bawah tanah, jadi aku tetap berdiri di gerbang pintu. Hari ini, selain makan di siang hari. Aku berjalan bolak-balik di gerbang pintu. Jika dingin, aku langsung berlari kecil sejenak. Setelah menunggu seharian tetap tidak melihat bayangan Pak Hartono.

Keesokan harinya masih tetap sama.

Pada hari ketiga juga sama.

Pada hari keempat, aku datang ke pintu KIMFAR lagi. Pada hari ini, cuaca terasa lebih dingin daripada dua hari sebelumnya. Pada saat aku mondar-mandir untuk menghangatkan tubuh, tiba-tiba gadis resepsionis tersebut keluar. Gadis ini sudah mengenalku, dalam dua hari ini kadang-kadang membawa secangkir air panas untukku.

Ketika melihatku masih menunggu dengan tekad, dia berkata dengan suara yang pelan, "Ugie, aku menyarankan kamu tidak perlu menunggu lagi. Pak Hartono kami biasanya sangat tegas, karena dia sudah menolak untuk bertemu kamu, tidak ada gunanya jika kamu menunggu terus".

Aku menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya, menggelengkan kepala dan berkata, "Jika dia tidak menemuiku, aku tidak akan pergi!".

Gadis itu tersenyum, "Mengapa kamu begitu keras kepala?"

Aku tertawa, tetapi tidak menjawabnya.

Gadis itu melihat sekeliling dan melihat tidak ada orang yang mengenalnya. Dia tiba-tiba merendahkan suaranya dan berkata, "Oh ya, Ugie, apakah kamu biasanya menonton berita?".

Aku tertegun dan menatapnya dengan bingung. Dia sengaja mengatakan, "KIMFAR kami baru saja menandatangani kontrak dengan seorang selebritis. Pada jam 1 siang ini akan mengadakan konferensi pers di Hotel Laut Ribu ."

Aku baru mengerti maksud dari gadis itu. Dia memberitahu kepadaku secara tidak langsung bahwa Pak Hartono akan pergi ke Hotel Laut Ribu pada sore hari.

Aku baru ingin berterima kasih padanya, gadis itu terkekeh, dan berkata pada dirinya sendiri, "KIMFAR kami hebat ya?".

Setelah mengatakan, tanpa menungguku berbicara. Dia langsung berbalik dan pergi.

Mengeluarkan telepon dan melihat waktu. Sekarang baru jam sebelas lewat. Aku buru-buru naik taksi ke Hotel Laut Ribu ..

Hotel Laut Ribu . tidak terlalu jauh dari pusat KIMFAR. Perjalanan butuh setengah jam lebih memakai taksi. Tiba di pintu hotel, aku menjadi ragu-ragu ketika melihat hotel yang megah dan mewah ini. Aku bisa masuk ke dalam hotel, tetapi bagaimana aku bisa masuk ke tempat konferensi?.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu