Love And Pain, Me And Her - Bab 163 Curiga

Mengundurkan diri bukanlah dorongan hati yang tiba-tiba bagiku. Gagasan ini sudah lama berada di dalam hatiku. aku pun memandang Isyana dan bertanya kepadanya, "Isyana, apakah kamu berpikir kita bisa cocok berada di dalam satu perusahaan dengan kondisi kita yang seperti ini ?"

Isyana menatapku dengan aneh dan bertanya, "Kenapa tidak cocok?"

aku menghisap rokok, sambil menatap Isyana berkata dengan serius, "aku tidak mengenal kamu, namun aku mengenal diri aku sendiri. aku selalu mencampuradukkan pekerjaan dan perasaan pribadiku. aku merasa jika terus dilanjutkan seperti ini bukanlah hal yang baik bagi kamu, Nogo dan aku. "

Kata-kata yang aku ucapkan sepertinya membuat Isyana tidak senang. Dia meletakkan surat pengunduran diri aku di samping dan berkata sambil memandang aku, "Jadi mengapa kamu tidak bisa memisahkan pekerjaan dari emosi pribadi kamu?"

"Apakah kamu bisa melakukannya?"

aku bertanya balik kepadanya.

Tanpa ragu, Isyana segera mengangguk.

Tetapi aku tersenyum dan menggelengkan kepala, mengejeknya dan berkata, "Jadi apakah yang kita berdua katakan dan lakukan sebelumnya bisa dikatakan bekerja?"

Ketika perkataan ini keluar. Isyana segera memberikanku tatapan malu sambil bergumam, "Argumen yang tidak masuk akal!"

Sebenarnya kali ini, aku benar-benar ingin mengundurkan diri. aku juga berharap bisa melihat Isyana setiap hari, tetapi setelah begitu banyak hal terjadi. aku semakin lama merasa bahwa ketika kita berdua berada di perusahaan yang sama, hal ini akan menjadi beban untuk kami satu sama lain.

Isyana mengesampingkan surat pengunduran diri aku dan berkata dengan lembut, "Oke, kita tidak perlu membicarakan topik ini lagi hari ini biar kita bicarakan ini nanti. Lebih baik kamu sampaikan, apa yang ingin kamu lakukan dengan proyek iklan senilai 20 miliar untuk KIMFAR?"

Segera setelah Isyana berbicara, aku langsung melihat waktu. Ternyata sudah hampir jam pulang kerja, aku pun segera berkata, "Sepertinya aku hanya bisa kerja lembur malam ini. Namun, aku ingin minta tolong untuk memberikan seorang asisten untuk aku. Lulu dan Amori juga bisa."

Isyana segera mengangguk, dan dia bertanya lagi, "Apakah satu orang cukup?"

"Ya, cukup!"

Isyana tiba-tiba tersenyum, dia memiringkan kepalanya, matanya dipenuhi kelembutan dan dia bertanya, "Menurutmu apakah aku bisa menjadi asistenmu?"

"Apakah kamu yakin? Pekerjaan ini akan sangat melelahkan?"

Kata-kata Isyana sedikit mengejutkanku. Tapi dia dengan percaya diri tersenyum dan berkata, "aku tidak takut lelah! aku ingin kembali menjadi asisten dari Bapak Perencana Ugie. Ketika Bapak Ugie bekerja tidak akan membentak asistennya kan?"

Segera setelah dia selesai berkata hal ini, kami berdua tertawa.

Dalam waktu singkat akan tiba waktu jam pulang kantor. Isyana mulai merapikan barang-barangnya. Sambil merapikan dia bertanya, "Ugie, apakah kamu ingat? Ketika aku berada di Beijing, kamu menjanjikan sesuatu padaku"

Aku menatap Isyana dengan sedikit ragu. Saat ini aku tidak bisa mengingat janji yang sudah aku ucapkan. Isyana cemberut, manatap dengan tidak puas dan menggerutu, "Pria memang merupakan binatang yang tidak bisa diandalkan? Hal yang sudah dijanjikan akan dilupakan ketika dia menolehkan kepalanya. Bukankah kamu berkata, setelah aku kembali, Kamu akan mentraktirku dengan memasak makanan yang enak? "

Tiba-tiba aku teringat. aku memang pernah menjanjikannya, tetapi dikarenakan masalah yang terjadi beberapa waktu terakhir membuat aku melupakan janji ini. aku dengan sedikit bersalah tersenyum kepada Isyana dan langsung berkata, "Hari ini masih ada pekerjaan, lebih baik hari ini kita makan seadanya terlebih dahulu. Lain kali, aku pasti akan membuatkan makanan yang enak untuk kamu!"

Bisa memasakkan Isyana sebenarnya adalah hal yang membahagiakan. Tapi KIMFAR hanya memberi kami waktu tiga hari, sehingga malam ini masih harus bekerja.

Siapa yang menyangka Isyana akan menggelengkan kepalanya lagi "Tidak! Harus hari ini, Pekerjaan dan makan malam tidak bisa terganggu."

Meskipun Isyana adalah Presdir dari Nogo, seorang wanita yang kuat di mata orang lain. Namun pada dasarnya, dia adalah seorang wanita biasa. Seorang wanita yang memiliki keinginan yang keras.

aku tersenyum sambil mengangguk berkata, " Baiklah! Kalau begitu kita sebentar lagi pergi belanja, Biar pergi masak di rumahku saja."

Isyana sudah selesai membereskan barang, dia berdiri dan kembali menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, aku tidak ingin pergi ke rumahmu malam ini!"

"Kalau begitu mau pergi kemana?"

Isyana sepertinya sedang gembira hari ini, selalu berbicara denganku dengan nada yang manja.

Dia berbalik untuk menatapku, memiringkan kepalanya, dan berkata sambil tersenyum, "Ayo kita pergi ke villa di Gunung!"

"Ah?"

Aku menatap Isyana dengan senyum masam. Gunung adalah tempat yang jauh, untuk sampai kesana membutuhkan waktu berkendara dua jam. Jika ditambah membeli sayuran, memasak, Perkiraan setelah makan malam bisa mencapai pukul sepuluh malam. Kemudian masih harus melanjutkan pekerjaan, Jika tidak bisa diselesaikan,kemungkinan harus mengerjakan tanpa istirahat malam ini. Tapi ketika melihat pandangan mata Isyana yang menantikannya, aku pun mengangguk dan setuju.

aku pergi bersama Isyana keluar kantor,ketika tiba di tempat parkir dan Isyana akan membuka pintu mobil, dia mendengar suara seorang lelaki di belakangnya, "Presdir Mirani, apakah kamu baru saja mau pulang?"

aku dan Isyana membalikkan badan, dan melihat Nasrudin membawa tas tangannya sambil memegang kunci mobil berjalan menuju mobilnya. Isyana mengangguk dan tersenyum ke arah Nasrudin, dan keduanya berbicara dengan singkat.

Dan aku yang berada di samping juga melihat Nasrudin, namun tidak tahu mengapa, dalam pikiran aku selalu terlintas ingatan ketika dia meminta aku untuk pergi melakukan peninjauan ke stasiun TV.

Setelah masuk mobil, aku duduk di kursi penumpang dan Isyana menyetir. Kami berdua pergi ke pasar sayur terlebih dahulu, dan membeli banyak makanan. Setelah semuanya beres, kami berangkat ke Gunung.

Dalam perjalanan ke sana, aku teringat kembali akan Nasrudin. Oleh karena itu aku bertanya kepada Isyana, "Isyana, apakah kamu pernah memikirkan? Siapa yang menginstruksikan Riski ?"

Isyana sedikit menghela nafas. Dia dengan perlahan menggelengkan kepalanya, "aku juga terus memikirkannya, tapi sampai saat ini masih belum bisa menebak siapa orang ini. Seharusnya aku yang baru tidak lama kembali dari luar negeri, belum banyak menyinggung siapapun. Dan selain itu beberapa tahun terakhir, Nogo berbisnis dengan penuh tanggung jawab, Siapa yang akan memiliki dendam yang dalam terhadap Nogo? "

Isyana sambil berkata sambil menoleh untuk menatapku dan bertanya, "Bagaimana denganmu? Apakah kamu pernah memikirkannya?"

Sebenarnya dalam hatiku aku selalu mencurigai satu orang, Tetapi karena belum ada bukti, aku pun tidak bisa yakin. aku pun mencoba bertanya kepada isyana, "Isyana, Apakah SHOPI merebut banyak proyek kita sebelumnya?"

Isyana mengerti apa yang kumaksud. Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Yang kamu maksud Don Juan? Tidak mungkin! Don Juan hanyalah seorang anak konglomerat. Perihal seperti ini tidak akan dilakukan oleh nya."

Isyana sangat mempercayai Don Juan. aku tersenyum masam dan hatiku sedikit cemburu. Namun aku masih kembali bertanya kepadanya, "Kalau begitu mengapa dia terus merebut proyek dari Nogo?"

Isyana tersenyum sedikit dan menatapku. Dia dengan lembut berkata, "Dia sebenarnya hanya ingin membuktikan kepadaku bahwa dia bukanlah seorang pria yang manja. Sebenarnya ada yang kamu tidak tahu, dia dikemudian hari pernah mencariku, ingin memberikan beberapa proyek besar kepada kita, Namun aku tidak menyetujuinya. Walaupun Nogo sedang berada dalam situasi sulit, Namun aku masih belum pada tahap ingin hidup dengan bergantung pada bantuan proyek orang lain. Sudahlah, tidak usah bicarakan dia lagi. Apakah kamu masih memiliki orang lain yang dicurigai? "

Perlahan aku menggelengkan kepala. Meskipun Isyana mengatakan hal itu, Namun dalam hatiku, Don Juan masih merupakan orang yang dicurigai paling besar.

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu