Love And Pain, Me And Her - Bab 517 Setelah Aku Selesai Berbicara

Setelah aku selesai berbicara, wajah Robi menjadi semakin rumit. Aku juga mengerti perasaan Robi, sebab Veni dan Sutan sama - sama memendam rasa suka di hatinya. Namun Robi sebenarnya ingin memperbaiki kesalahannya, serta menebus semua kesalahan di masa lalu. Namun Veni selalu menolak untuk memberi Robi kesempatan.

Sebenarnya aku ingin sekali membujuk Robi agar dia menyerah saja, tapi aku juga paham karakter Robi. Setelah menunggu hampir sepuluh tahun, mustahil baginya untuk menyerah hanya karena mendengar kata-kataku.

Sambil melihat Robi, aku bertanya padanya, "Apa yang akan kamu lakukan kali ini, ketika Veni pulang?"

Robi kembali menatapku lalu duduk di kursi santai. Untuk pertama kalinya Robi tidak mencemooh dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Tidak ada cara lain, jadi aku tidak akan membiarkannya pergi lagi. Kali ini aku akan membawanya ke luar negeri."

Aku tersenyum kecut dan perlahan menggelengkan kepalaku, tettapi aku tidak menyanggah pernyataannya. Karena dalam hati aku tahu, kalau Veni memang mau pergi dengan Robi. Veni tidak akan menunggu sampai saat ini dan sudah dari kemarin Veni pergi dengan Robi. Aku selalu merasa kalau kepulangan Veni kali ini, akan membawa kesedihan lagi bagi Robi.

Sebenarnya aku masih ingin bertanya pada Robi, apa Robi benar-benar akan merelakan Lulu begitu saja? Tetapi aku tidak bertanya, sebab saat ini hatinya sedang dipenuhi oleh Veni.

Setelah mengobrol sebentar dengan Robi, aku lalu pulang ke studio. Saat turun ke bawah dan masuk ke dalam mobil, tiba-tiba aku teringat dengan Raisa. Sehingga aku segera mengeluarkan ponsel dan mengiriminya pesan, "Raisa, maukah kamu pergi ke pesta pernikahan Sutan besok?"

Setelah meletakkan telepon dan bersiap untuk mengemudi. Sebelum mesin sempat aku nyalakan, tiba - tiba teleponku berdering dan saat memeriksanya ternyata Raisa yang meneleponku.

Semenjak aku selesai berbicara dengan Raisa beberapa waktu yang lalu. Aku sudah tidak berhubungan dengan Raisa lagi, soalnya ada banyak perasaan emosi rumit yang bergejolak dihatiku. Raisa juga sudah mengakui kalau dia memang berbohong kepadaku soal kedekatannya dengan Rehan Bastar. Tetapi dia menolak untuk memberitahuku alasannya.

Setelah menjawab telepon, suara lembut Raisa terdengar dari sana, "Ugie, Sutan meneleponku. Aku berjanji padanya kalau aku akan datang."

Aku lalu berkata dengan tenang, "Iyah dan Veni juga sudah pulang, ayo kita datang bersama ke pesta pernikahannya."

"Apa? Veni sudah pulang? Dia juga pergi ke pernikahan Sutan ya?"

Pertanyaan mendadak Raisa membuatku sedikit bingung, karena kupikir Sutan juga akan memberitahunya kalau Veni akan datang. Jika Veni tidak datang tentu saja Raisa tidak akan pergi ke pernikahan Sutan. Karena mau bagaimanapun, Raisa dan Veni adalah teman baik.

Melihat aku tiba-tiba terdiam, Raisa menghela nafas dan bertanya dengan lembut, "Ugie, kamu ini aneh, mana mungkin aku mau datang ke pernikahan Sutan tanpa tahu kalau Veni juga datang?"

Inilah aku dengan Raisa. Meskipun kami sudah putus lama, tetapi kami masih bisa dengan mudah menebak pikiran satu sama lain. Aku langsung menjawab. "Aku juga merasa begitu soalnya! Kalau Veni tidak pulang, aku juga tidak akan menghadiri pernikahan Sutan sama sekali."

Raisa tiba-tiba tertawa dan dia lalu menghela nafas pelan dan berkata perlahan, "Ugie, kita punya pemikiran yang agak berbeda. Sama dengan Veni aku juga kurang puas dengan Sutan. Tapi kamu juga harus tahu karena Sutan juga pernah muncul di masa muda kita. Terlebih lagi dia juga berada dalam posisi yang sangat penting. Mungkin pernikahan ini akan menjadi perpisahan terbaik untuk melupakan masa muda kita. Sejak saat itu, kita akan bersama melupakan masa muda yang sudah berlalu!"

Raisa berkata perlahan, tetapi kata - katanya menyakitkan hatiku. Masa muda adalah kata - kata yang indah. Tetapi masa muda kita sekarang sudah hancur dan berantakan. Mungkin, seperti yang dikatakan Raisa, kita sudah seharusnya mengucapkan selamat tinggal pada masa muda. Karena sekarang yang tersisa hanyalah penyesalan dalam hidup, serta rasa kesepian di tengah kota dengan gedung - gedung yang mengelilinginya.

Malam harinya, perasaanku terasa bercampur aduk. Bayang - bayangnya terus muncul secara bergantian di depan mataku. Dalam tidurpun, bayangan itu masih terus muncul.

Keesokan paginya saat aku sedang mandi, Isyana datang. Setelah masuk, Isyana mulai membantuku memilih pakaian yang akan dikenakan hari ini. Isyana juga dandan secara khusus untuk hari ini. Dia merapikan rambutnya, memakai gaun indah berwarna biru yang dipadukan dengan kalung berlian Cartier. Dia benar - benar menunjukkan aura yang indah dan elegan.

Sambil membantuku memilih pakaian, Isyana bertanya padaku, "Ugie, bukankah kamu juga bilang kalau Veni juga datang hari ini? Tapi ketika aku meneleponnya, mengapa dia diam saja?"

Aku segera bersiap-siap. Setelah selesai semuanya, aku menelepon Veni. Setelah mendengarkan perkataan Isyana, aku menatap Isyana dan bertanya padanya dengan sedikit cemas, "Veni akan datang, kan?"

Isyana menggelengkan kepalanya, lalu dia mengangkat bahu dan berkata tanpa daya, "Siapa tahu! Kuharap Sutan tidak berbohong padamu."

Meski Sutan melakukan sesuatu yang terhadap Veni, itu menjijikkan. Tapi aku pikir Sukan tidak akan berani berbohong kepadaku tentang masalah ini.

Setelah berkemas, Isyana dan aku segera pergi. Ketika kami berdua akan masuk ke dalam mobil, tiba-tiba Isyana bertanya lagi kepadaku, "Ugie, aku gak tahu kenapa, kalau aku punya firasat buruk soal ini. Aku khawatir akan terjadi sesuatu saat pernikahan Sutan berlangsung."

Sambil mengemudi, aku memandang Isyana dengan tenang dan bertanya, "Apa kamu khawatir sama Robi?"

Sebenarnya aku sudah memikirkannya saat bertanya pada Robi kemarin. Aku cuma khawatir, kalau kemunculan Veni bisa membuat Robi kehilangan kendali atas emosinya. Lagi pula ini adalah hari pernikahan Sutan. Meskipun saat ini kita semua tidak menyukai Sutan, tetapi aku tidak ingin terjadi sesuatu.

Begitu aku selesai berbicara, Isyana menggelengkan kepalanya, menghela nafas dan berkata, "Bukan cuma Robi saja. Aku cuma merasa tidak nyaman di hatiku dan rasanya ada firasat buruk. Mungkin aku sendiri yang terlalu paranoid. Atau mungkin saja ini ada hubungannya dengan diriku yang tidak bisa tidur dengan nyenyak kemarin."

Aku mengangguk dalam diam dan tidak berkata apa-apa. Entahlah, di pernikahan Sutan nanti hal apa yang akan menunggu kita di sana.

Sebenarnya kita berdua akan menemui pengantin wanita dengan Sutan. Tetapi setelah kita berdiskusi serta pengantin wanita juga tidak mengangkat telepon. Kita langsung menuju ke hotel.

Pernikahan Sutan diselenggarakan di hotel terbaik di kota ini. Konsep pernikahan adalah pesta kebun. Saat aku dan Isyana sampai, kami melihat Robi dengan pakaian santai sudah datang lebih dulu. Pada acara yang sangat formal ini, jeans dan kaos Robi terlihat tidak selaras dengan keseluruhan suasana.

Begitu Isyana dan aku muncul, Robi sepertinya sudah menemukan seorang teman. Dia segera berjalan menuju ke arah kami berdua. Ketika dia sampai, dia melihat kami berdua dengan perasaan kecewa, lalu berkata, "Kenapa kalian berdua lama sekali?"

Faktanya, belum terlambat bagi kami berdua untuk datang. Kami tiba pukul sepuluh untuk pernikahan yang dimulai pukul 11.

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu