Love And Pain, Me And Her - Bab 101 Obrolan Tengah Malam Yang Romantis

Di dalam mobil, Isyana tidak mengatakan apa-apa. Dia melihat keluar jendela dengan tenang. Tetapi aku malah bersikap tidak wajar, aku tidak tahu apa artinya malam ini bagiku? Apakah untuk memecahkan kebuntuan atau hanya obrolan romantis di tengah malam yang biasa-biasa saja.

Ketika sudah sampai, Begitu masuk, Isyana melihat sekeliling. Setelah beberapa saat, dia berbalik dan mengangguk kepadaku dengan tatapan puas, "Ugie, Aku sangat menghargai poin ini, Ini hebat sekali! Seorang pria lajang, bisa begitu disipilin dalam merapikan rumah. "

Aku hanya tertawa, aku pikir aku masih bisa merawat diri dan tempat, Pada saat yang sama, aku juga menyanjungnya dan berkata, "Rumahmu juga sangat rapi dan bersih."

Maksudku rumah yang sekarang dia tempati, Isyana menjulurkan lidahnya, memperlihatkan wajah polosnya, Isyana dengan sedikit malu-malu berkata, "Jangan ungkit itu lagi, itu semua karena ada seorang bibi yang membantu aku membersihkannya, Jika harus tergantung aku, rumahku pasti sudah berantakan."

Aku tersenyum, Sebenarnya, aku sangat suka Isyana yang begitu, Dia terlihat sangat nyata, tidak bermuka dua, Tidak peduli kalau orang lain sampai tahu kekurangannya. Tentu saja, kalau hanya berteman, itu tidak masalah, Tetapi kalau sebagai pemimpin sebuah perusahaan, itu akan terlihat sebagai kekurangan dalam dirinya.

Tapi aku masih penasaran, aku bertanya kepadanya, "Bagaimana kalau kamu belajar di luar negeri? Bagaimana dengan kamarmu?"

Isyana menunjukkan ekspresi malu-malunya lagi. Dia melototiku dan berkata dengan malu-malu,"kenapa begitu banyak pertanyaan? Tentu saja, barang-barang aku sendiri, aku bisa mengurus dengan baik. Sedangkan untuk pembersihan, aku ada meminta orang untuk membantu."

Isyana tampaknya takut aku akan salah paham, Dia dengan cepat menjelaskan, "Sebenarnya, aku tidak malas. Dulu waktu kecil, aku sudah mengerjakan pekerjaan rumah, tapi ketika aku membersihkan dapur, aku menemukan seekor tikus. Aku takut setengah mati, Sejak itu, aku pada dasarnya sudah tidak berani mengerjakan pekerjaan rumah lagi. "

Aku mengikuti ekspresi Isyana dan mengangkat bahu, aku menggoda dia dan berkata, "Itu alasan yang bagus, semangat ya!"

Isyana melotot lagi.

Di balkon, Dua kursi rotan dan meja teh.

Balkon ini adalah tempat favorit aku bersama Raisa, Sekali waktu, ketika kami masih bersama, kami selalu minum teh dan mengobrol di sini setiap akhir pekan.

Aku membuat teh krisan ukuran besar untuk Isyana. Dalam cangkir transparan itu, teh krisan di dalam air panas, mulai perlahan-lahan terbuka. Dan aku mengambil sekaleng bir dan duduk di depan Isyana.

Isyana menatap jauh, aku manatap Isyana, Dalam cahaya lampu kuning yang redup, Isyana terlihat lebih menawan, suasana seperti ini sungguh nyaman.

Setelah beberapa saat, Isyana kembali menatapku. Dia tersenyum dan bertanya kepadaku, "Ugie, kamu biasa duduk dengan Raisa seperti ini, ya kan?"

Aku terdiam!

Meski hari ini dengan Isyana, lumayan banyak membicarakan masa laluku dengan Raisa, Tapi aku tidak ingin Isyana terus menerus mengungkitnya. Tapi Isyana, dia selalu menyebut Raisa ketika aku sedang tidak siap, ini yang membuatku serba salah.

Isyana melihat aku tidak menjawab, Dia meraih gelas dan menyesap teh. Gerakannya ringan dan santai, Aku hanya bisa bengong menatapnya.

"Duduk di sini, aku bisa membayangkan suasana saat kamu dan Raisa minum teh di sini."

Isyana sekali lagi menyebut Raisa, Aku memandang Isyana dengan senyum masam dan berniat ganti topik, berkata, "Isyana, apa pendapatmu tentang situasi PT. Nogo Internasional sekarang ini?"

Alasan mengapa aku menanyakan ini, pertama, karena aku tidak ingin membahas tentang Raisa lagi, dan kedua, Kalin dan Bong Casa telah memperingatkan aku bahwa air dalam produk PT. Nogo Internasional mungkin ada yang tidak beres, dan mungkin akan ada masalah. Aku ingin tahu apa pendapat Isyana tentang ini.

Isyana tertawa, dia menatapku dan bertanya, "Ugie, apakah kamu ingin mengganti topik dan tidak mau bahas Raisa?"

Aku menyesap bir dan menyalakan sebatang rokok. Aku tersenyum pahit dan menggelengkan kepala.

Isyana akhirnya tidak menyebut Raisa lagi, Dia memiringkan kepalanya dan memikirkannya. Dia berkata dengan tenang, "Aku pikir segala sesuatu di PT. Nogo Internasional berkembang ke arah yang baik. Sebelumnya sudah menandatangani kontrak dengan KIMFAR, masih ada dua proyek periklanan. Iklan ini telah mengurangi tekanan pada PT. Nogo Internasional. Dan sekarang ini aku sebuah bisnis besar, sudah dalam tahap pembicaraan, Jika bisnis besar ini berhasil, aku pikir PT. Nogo Internasional akan keluar dari situasi sulit ini. "

Isyana tampak bahagia, ketika dia selesai mengatakan itu, dia menatapku dengan bangga.

Melihat ekspresi Isyana, dia tampaknya penuh percaya diri pada masa depan PT. Nogo Internasional. Suasana hatiku juga terinfeksi olehnya dan bertanya, "Bisakah kamu memberi tahu aku, sekarang sedang membicarakan bisnis dengan perusahaan apa?"

Isyana tersenyum, Dia menatapku dan berkata dengan lembut, "Boleh tidak aku tidak kasih tahu?"

Aku tersenyum dan menggelengkan kepala. "Tidak boleh!"

"Huh"

Isyana melototi aku lagi, dia berkata dengan manja, "Kamu sangat mendominasi ya! Kok kamu bertingkah seperti CEO! Tidak, aku tidak akan memberi tahu kamu dulu, Ketika sudah selesai, aku akan memasak sendiri khusus untuk kamu, kita makan besar nanti. "

Aku tersenyum, Dengan bercanda, aku berkata, "Masakan kamu emangnya bisa dimakan?"

Isyana cemberut, wajahnya tersenyum jahat, menatapku dan berkata, "Aku sudah tunggu kamu bilang begitu! Kalau begitu, kamu saja yang memasak, aku tinggal makan saja, gimana?"

Semakin akrab aku dengan Isyana, kelucuannya semakin terlihat. Bahkan aku sering tidak dapat mengingat kesan dingin dan gagahnya dia sebagai presiden direktur wanita lagi.

Aku tersenyum dan mengangguk, dan berkata perlahan, "jika kamu suka, aku akan memasak untuk kamu selamanya."

Sesudah itu, Isyana sempat menatapku sejenak, lalu dia memalingkan muka.

Suasana di balkon tiba-tiba berubah, Canggung dan sedikit ambigu.

Aku menertawakan diriku sendiri, menyesap bir, dan membuat pernyataan akhir untuk diriku sendiri, "Tetapi kamu harus bayar gaji, aku tidak akan memasaknya secara gratis."

Isyana tersenyum, Alih-alih melanjutkan, dia malah menguap dan menatapku, berkata, "Ugie, aku mulai mengantuk."

Aku merasa sedikit bingung dan kecewa, Tetapi tetap meletakkan bir, berdiri, memandang Isyana dan berkata, "Kalau begitu aku akan antar kamu pulang."

Isyana menjawab "hm" dengan lembut. Dia lalu melihat ke jam tangannya, memandang aku dengan santai dan bertanya, "Ugie, kamu tebak sekarang jam berapa?"

"Sebelas?"

Aku menjawab, Isyana tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Dia juga sedikit terkejut dan berkata, "sekarang sudah hampir jam dua."

Aku memandangnya dengan kaget, ketika bersama Isyana, waktu selalu berlalu dengan sangat cepat.

Keluar dari balkon, aku melihat ke arah sofa. Lalu berkata kepada Isyana, "atau kamu malam ini tidur disini saja, Kamu bisa tidur di kamarku dan aku bisa tidur di sofa."

Sesudah itu, Isyana menatapku, begitu dia kelihatannya mau buka mulut, aku memotongnya dan berkata, "jangan tanya berapa banyak wanita yang sudah pernah tidur disini bersamaku, Tidak ada, Kamu yang pertama."

Aku mengatakan yang sebenarnya, Isyana tersenyum, dia menatapku, mengangguk pelan, yang paling mengejutkan aku adalah wajahnya tampak genit dan manja.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu