Love And Pain, Me And Her - Bab 99 Jalan-Jalan Di Kampus

Sebenarnya, kata-kata Sutan membuat hatiku merasa kurang nyaman. Di matanya, normal saja kalau aku yang melakukan penjualan, dan kalau dia yang melakukan penjualan, dia merasa tidak dihargai bakatnya. Tentu saja, aku bisa memahaminya. Dalam kata-kata Profesor Li, Sutan memang terlalu kompetitif dan selalu ingin menang dan tidak terima kekalahan.

Aku juga tidak menganggap serius kata-katanya. Aku bertanya lagi kepadanya, "Bukannya jabatan direktur pemasaran kamu selama ini baik-baik saja? Kenapa mereka minta kamu melakukan penjualan? Apakah kamu ada melakukan kesalahan dalam pekerjaan kamu?"

Ketika mendengar pertanyaanku, Sutan langsung mencibir. Dengan nada keras dia berteriak, "Aku membuat kesalahan di tempat kerja? Lucu! Apakah kamu pernah melihat aku melakukan kesalahan? Mereka hanya tidak menyukai aku. Perusahaan telah diakuisisi dan semua pimpinan sudah diganti. Sekelompok orang licik itu mulai menginjak aku. Minta aku pilih berhenti kerja atau pergi ke penjualan. Sialan, mereka hanya memaksa aku berhenti! Aku malah tidak mau berhenti begitu saja, aku akan menunjukkan kepada mereka sesuatu. "

Kata-kata Sutan tidak ada habisnya, aku juga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Ketika aku mau bertanya lagi, Sutan tiba-tiba melihat kearah Veni, wajahnya Sutan terlihat seperti anak yang baru melakukan kesalahan, dan sedang meminta maaf kepada ibunya, Sutan menyandarkan kepalanya di bahu Veni. Dengan suara serak, Sutan mengeluh, "Veni! Aku minta maaf padamu. Aku berjanji kepadamu akan memberikan kehidupan yang baik. Tapi aku tidak bisa mewujudkannya. Aku tidak berguna, Aku benar-benar tidak berguna."

Tapi Veni malah tertawa, Dia memegang pundak Sutan dan berkata dengan lembut, "Sutan! Kamu mau kasih aku kehidupan yang baik bagaimana? Bukankah aku baik-baik saja sekarang? Asalkan bisa bersamamu setiap hari, itulah kehidupan terbaik bagiku, Jika kamu tidak bahagia kerja disana, berhenti saja. Ada "Asalkan kita masih punya tekad dan semangat, kita tetap bisa bertahan. Apakah kamu masih khawatir tidak bisa menemukan pekerjaan baru? Kalau ternyata semuanya tidak bisa berjalan dengan lancar, kita pulang ke desa dan menjual sayuran saja, Selama kita bersama, kesulitan apa yang tidak bisa kita atasi?"

Veni berkata dengan lembut, Kata-katanya sangat menyentuh hatiku, aku bahkan mulai iri pada Sutan, apalagi yang bisa bikin kita bahagia selain bisa bersama dengan orang yang kita cintai?

Ketika Veni mengatakan ini, tanpa sadar aku menatap Raisa. Raisa terlihat canggung, Dia melihat keluar jendela, dia anggap semua ini tidak ada hubungannya dengan dia.

Akhirnya Sutan baru bisa berdiri tegak, Dia meraih tangan Veni, dan berkata dengan samar, "Veni! Kamu tenang saja! Mereka tidak bisa mengusirku seperti ini, Aku tidak akan pergi ke mana pun. Aku akan bangun lagi di tempat aku jatuh, Cepat atau lambat, Jabatan Direktur pemasaran pasti akan menjadi milikku lagi! "

Sesudah itu, Sutan mengangkat tangannya tinggi-tinggi, Ini seperti sedang bersumpah kepada Tuhan.

Veni tersenyum dan mengangguk, Dia dengan penuh kelembutan dan berkata kepada Sutan, "Sutan, aku percaya padamu. Tapi kamu harus berjanji padaku bahwa kamu tetap harus menjawab teleponku, apapun yang terjadi."

Robi mengerutkan kening, dan menatap mereka dengan tidak sabar. "Oke, cepat pulang dan bermesraan sana. Jangan di sini malah membuat kita yang masih single ini merasa iri.

Veni dan Sutan tertawa, Saat ini Sutan memperhatikan Isyana yang berada di sampingku. Dia terhuyung-huyung berjalan ke arah Isyana dan meminta maaf.

"Maaf, Presdir Mirani, aku baru melihat anda, aku sudah membuat malu. "

Isyana tersenyum dan menggelengkan kepalanya, Dia sambil tersenyum dan berkata, "Tidak apa! Mereka hanya mengkhawatirkanmu, kelak kalau ada apa-apa, Jangan hilang, Jika kamu tidak nyaman dengan perusahaanmu saat ini, PT. Nogo Internasional selalu siap menyambutmu."

Aku tidak menyangka Isyana akan mengatakan itu, aku menatapnya dengan tatapan aneh, tetapi dengan begitu banyak orang di sana, aku juga tidak bisa bertanya apa yang sedang dipikirkannya.

Sutan tertawa dan berkata, "Terima kasih, Presdir Mirani, aku tidak akan bersaing dengan Ugie. Ugie lebih baik dari aku, Dia akan menunjukkan kemampuannya di PT. Nogo Internasional.”

Setelah basa basi sejenak, Kami keluar dari restoran, Sutan, Veni, dan Raisa sudah pergi dengan satu taxi. Robi menatapku dan Isyana, mengangkat bahu, berkata dengan nada menggodaku, "Aku tidak akan menjadi pengganggu diantara kalian, kalian cari tempat untuk ngobrol ya, Aku pergi dulu."

Sesudah itu, Robi juga naik taksi dan pergi.

Hanya tersisa aku dan Isyana, Melihat waktu, sudah jam Sembilan lebih. Aku bertanya pada Isyana, "Aku antar kamu pulang ya."

Terakhir kali, Bibi Salim, dirampok di depan pintu masuk komplek tempat Isyana tinggal saat ini, aku sangat khawatir kalau Isyana pulang sendirian.

Isyana perlahan menggelengkan kepalanya, Dia melihat ke Universitas yang diseberang jalan, dan berkata, "Jangan buru-buru, ayo kita pergi jalan-jalan ke kampus sana."

Aku tersenyum dan mengangguk.

Setelah aku tamat kuliah, Setiap kali aku masuk ke kampusku ini, perasaanku bergejolak penuh dengan berbagai kenangan. Waktu berlalu begitu cepat, dan masa terbaik aku di kampus hilang begitu saja. Aku juga menyesalkan nasib yang mempermainkan kehidupan manusia. Aku menemukan cinta di Universitas ini, tetapi pada akhirnya, kita harus berpisah juga dan menjalani kehidupan masing-masing yang berbeda.

Aku dan Isyana berjalan di sepanjang jalan kecil tanpa tujuan, Setelah beberapa saat, Isyana berkata pelan, "Aku lumayan suka dengan Veni, Dia memiliki kepribadian yang hebat.”

Aku mengangguk, Veni memang wanita yang paling lembut yang pernah aku temui. Aku belum pernah melihatnya marah sejak kenal dia begitu lama. Dan sikap dia kepada Sutan, sangat sayang dan lembut, membuat kita semua sangat iri.

Tiba-tiba aku terpikir apa yang dikatakan Isyana tadi, jadi aku bertanya kepadanya, "Isyana, apakah kamu benar-benar mau mengundang Sutan ke PT. Nogo Internasional?"

Isyana memiringkan kepalanya dan menatapku. Dia bertanya, "Mana boleh main-main soal itu?"

"Mengapa?"

Tiba-tiba Isyana berhenti berjalan. Dia menatapku lama sekali sebelum dia berkata dengan lembut, "Karena dia adalah temanmu!"

Aku menatap Isyana dan merasa terharu.

Setelah berjalan sebentar, Isyana tiba-tiba melihat ke bangku panjang di taman kecil dan berkata, "Kita duduk di sana sebentar."

Kami duduk di bangku panjang, Di taman kecil ini, banyak pasang muda mudi sedang memadu kasih. Isyana menatap mereka dan tiba-tiba menoleh ke arah aku dan berkata, "Ugie, apakah kamu dan Raisa dulu seperti mereka?"

Pertanyaan Isyana membuatku sedikit malu. Aku menyalakan sebatang rokok dan tidak menjawabnya.

"Ceritakan tentang kamu dan Raisa"

Isyana bertanya lagi.

Aku lupa buku mana yang pernah aku baca dan mengatakan bahwa hal terbodoh bagi seorang pria adalah berbicara tentang wanita yang pernah dicintainya di depan wanita yang disukainya sekarang. Meskipun aku memahami hal itu, aku tetap mengangguk dan berkata, "apa yang ingin kamu ketahui?"

Isyana tersenyum, Dia memikirkannya dan berkata, "Ceritakan saja padaku bagaimana kamu mengejarnya."

Aku mengisap rokokku dalam-dalam, memandang kejauhan, berkata dengan pelan, "sebenarnya, tidak ada yang istimewa. Awalnya aku suka dia, dan kemudian aku mulai menyatakan cintaku, Karena pengakuan cinta ini, aku hampir saja dihukum."

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu