Love And Pain, Me And Her - Bab 21 Mempermalukan Secara Langsung

Dengan tertekan aku kembali ke kantor. Ketika masuk ke dalam departemen penjualan, melihat beberapa rekan sedang membisikkan sesuatu. Aku juga tidak mempedulikan, dan segera kembali ke tempatku. Seorang rekan kerja yang memiliki hubungan baik denganku datang menghampiri aku. Dia menepuk pundakku, dan berbisik di telingaku, “Ugie, kamu dalam bahaya sekarang. Harus lebih berusaha lagi”

Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya, dan bertanya, “Bahaya apa?”

Dirinya menujuk komputer, dan berbisik, “Lihat e-mail”

Aku membuka e-mail internal perusahaan. Ada satu yang dikirim pagi ini. Setelah klik untuk melihat, ternyata adalah laporan penjualan bulan ini. Namaku berada di paling terakhir, dengan penjualan kosong.

Kinerja penjualan Nogo menggunakan sistem eliminasi terakhir. Masa percobaan selama tiga bulan, jika tidak ada kinerja, dengan peringkat terakhir. Akan langsung dipulangkan.

Aku dengan kesal duduk di atas kursi. Mataku menatap laporan penjualan, pikiranku kosong. Setelah sejenak, aku tiba-tiba merasakan ada yang aneh. Dengan buru-buru, aku bergegas melihat laporan tersebut dengan teliti.

Aku semakin lihat semakin merasa gelisah. Karena penjualan peringkat pertama, bulan ini hanya dengan proyek yang senilai 600 juta lebih. Satu tim dijumlahkan, semuanya hanya sekitar 2 miliaran.

Aku di perusahaan yang dulu. Setiap bulannya penjualanku mencapai belasan miliar. Dan skema Nogo, lebih besar dari perusahaan yang aku kerja dulu. Mengapa penjualannya begitu suram?

Aku teringat, beberapa hari yang lalu Isyana di rumahku, pernah mengatakan perusahaannya sedang menghadapi permasalahan. Meskipun sebelumnya aku tidak merasakannya, tetapi melihat laporan ini, aku merasakan apa yang dikatakannya.

Ketika aku sedang melihat, seorang rekan tiba-tiba memanggilku, “Ugie, Kalin menyuruhmu sekarang menuju ke ruangan Presdir Mirani ”

Kalin adalah kepala departemen penjualan. Umurnya sekitar tiga puluhan, terlihat menawan. Terutama bagian yang berisi, seharusnya menempati posisi pertama dalam perusahaan. Walaupun aku baru masuk kerja hampir satu bulan, tetapi sudah mendengar banyak mengenai hubungan percintaannya.

Tiba di luar ruangan Presdir Mirani. Aku mengetuk pintu dengan pelan, dan mendengar suara “Masuk” dari dalam. Aku baru perlahan-lahan mendorong pintu.

Di belakang meja yang luas, Isyana sedang mengerutkan keningnya, tangannya sedang memegang sebuah dokumen. Aku tebak sepertinya merupakan laporan penjualan bulan ini.

Di seberang Isyana. Kalin menyilangkan kedua kakinya, dan duduk di atas kursi. Kedua tangannya menyilang di depan dadanya, seperti ini. Juga tidak bisa menghalangi dadanya yang berisi.

Asisten Lulu berdiri di samping Isyana. Dirinya melihat aku masuk, dan mengedipkan matanya ke arahku. Maksudnya untuk memberitahuku, sekarang suasana hati Presdir Mirani sedang tidak bagus.

Aku seperti orang yang transparan. Setelah masuk, tidak ada yang menghiraukanku. Aku hanya berdiri di samping dengan diam-diam. Dan menatap Isyana dengan canggung.

Walaupun aku sering mengejek Isyana, dari lubuk hatikku juga tidak takut padanya. Tetapi sekarang bagaimanapun berada di perusahaan, masih ada orang lain di samping. Sikapku harus lebih menghormatinya.

Setelah sejenak, Isyana melemparkan dokumen itu ke atas meja. Dia bertanya Kalin dengan mengernyit, “ Kalin, mengapa penjualan bulan ini begitu anjlok?”

Kalin dengan tidak berdaya membentangkan tangannya. Kelihatan tidak mampu untuk bertindak. Tetapi dia masih menjelaskan, “Presdir Mirani, dulu proyek-proyek grup semuanya diberikan kepada kita. Hanya dengan proyek grup, sudah cukup untuk menjalankan operasional Nogo. Tetapi sekarang kamu menolak proyek grup. Volume bisnis kita otomatis menurun”

Walaupun Kalin adalah kepala departemen penjualan, tetapi bagaimanapun Isyana adalah Presdir. Tetapi ketika Kalin berbicara dengan Isyana, sepertinya tidak memperhatikan ini. Sebaliknya, nada bicaranya sedikit mengeluh.

Dan juga proyek grup yang mereka bicarakan, aku sama sekali tidak mengerti. Malahan aku sedikit penasaran, bisnis yang sudah di tangan, mengapa Isyana menolaknya?

Isyana masih mengerutkan keningnya, dan terus bertanya, “Bagaimana dengan klien-klien besar dulu? Tidak mungkin bulan ini tidak ada iklan yang ingin mereka lakukan?”

Kalin memiringkan kepalanya, tetap dengan ekspresi tidak berdaya, “Tentunya mereka ada proyek. Tetapi juga tidak tahu kenapa, mereka mencari perusahaan lain”

Isyana segera bertanya, “Ke perusahaan yang mana?”

Kalin dengan enggan berkata, “SHOPI”

Setelah Kalin selesai berkata, hatiku berdebar, kenapa SHOPI lagi? Hari ini Rehan juga mengatakan, mereka sudah menandatangani kontrak dengan SHOPI.

Isyana semakin mengernyit. Dia melempar laporan di tangannya ke atas meja. Berbalik untuk menatapku, dan bertanya, “Kamu sudah bernego dengan KIMFAR beberapa hari, bagaimana progresnya sekarang?”

Aku menatap Isyana, dengan rasa maaf dan berkata, “Aku hari ini pergi bertemu dengan Rehan. Tetapi dia mengatakan bahwa KIMFAR sudah menandatangani kontrak dengan SHOPI ”

Ketika menyebutkan SHOPI, Kalin berbalik untuk menatapku. Kemudian, dia berbalik dan berkata kepada Isyana, “ Presdir Mirani, aku ingin mengungkapkan pendapatku. Jika salah, kamu jangan mempermasalahkannya”

Isyana tersenyum, dirinya menatap Kalin, “ Kalin, kamu juga merupakan karyawan lama Nogo. Langsung katakan saja kalau ada apa”

Kalin lagi-lagi menatapku, dan berkata, “ Presdir Mirani, proyek besar seperti KIMFAR, kamu menyuruh orang baru untuk meraihnya. Aku rasa itu tidak sesuai”

Orang bego juga dapat mendengarnya, omongan Kalin tertuju padaku. Isyana menatapku, dan tidak mengatakan apa pun.

Kalin terus berkata, “Masih ada! Meskipun aku tidak memahami SDM, tetapi departemen kami bukan tempat sampah. Orang seperti apa pun bisa masuk. Contohnya Ugie ini kamu merekrutnya ke dalam departemen penjualan, sekarang sudah hampir sebulan. Satu proyek pun tidak ada. Orang seperti ini, aku rasa tidak cocok lagi untuk terus bekerja di bagian penjualan”

Aku berdiri di tempat semula dengan canggung. Bagaimanapun tidak menyangka, Kalin akan langsung menunjuk namaku agar diriku pergi dari departemen penjualan. Aku rasa niat awalnya adalah mengusirku, tetapi karena aku direkrut oleh Isyana. Jadi dirinya tidak mengatakan seperti itu.

Isyana tidak berkata, setelah sejenak, dia berkata kepada Kalin, “Aku akan memikirkan kata-katamu. Seperti ini dulu sementara, kamu kembali ke tempatmu. Penjualan bulan ini tergantung padamu”

Sikap Isyana terhadap Kalin sangat baik. Cara berbicara juga dengan ramah.

Kalin tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Dia berdiri, dan melewatiku. Dirinya sengaja menatapku. Kemudian, meninggalkan ruangan.

Setelah Kalin pergi, Isyana juga menyuruh Lulu keluar. Di dalam ruangan hanya sisa kami berdua. Isyana menatapku, dan bertanya, “Ugie, tadi komentar Kalin terhadapmu, bagaimana pemikiranmu?”

Aku juga menatap Isyana, dengan tulus berkata, “Presdir Mirani, sebenarnya yang dikatakan Kalin masuk akal. Bulan ini aku memang tidak memiliki penjualan. Tetapi aku berharap masih mempunyai kesempatan. Karena sekarang aku tidak ingin meninggalkan departemen penjualan, apalagi meninggalkan Nogo ”

Isyana terasa kaget, dengan aneh dirinya menatapku dan berkata, “Aku mengira kamu akan mengundurkan diri. Kamu bukannya selalu tidak ingin datang ke Nogo ? Kenapa sekarang menjadi tidak ingin meninggalkan?”

Benar yang dikatakan Isyana, sebelumnya aku memang ingin pergi dari Nogo. Tetapi hari ini yang dikatakan Raisa, memotivasi aku. Raisa mengatakan, hanya dengan menaikkan statusku, aku baru memenuhi syarat untuk bebicara langsung dengan Rehan. Ini hanya merupakan salah satu alasan.

Satu lagi. Kejadian hari ini, membuat aku memutuskan tidak boleh seperti ini lagi. Aku harus melakukan sesuatu, agar orang yang meremehkanku, dan merendahkanku tidak ada lagi. Jadi, aku harus bertahan di Nogo.

Tetapi aku tidak akan memberitahu Isyana alasan-alasan ini, aku menatapnya dengan senyuman, dan sengaja meniru nada bicaranya, “Karena kamu cantik, puas dengan jawaban ini?”

Ini merupakan jawaban yang diberikan Isyana beberapa hari yang lalu, ketika aku bertanya mengapa menerimaku untuk bergabung dalam Nogo. Perbedaannya hanya dia mengatakan karena aku tampan, dan aku mengatakan karena dia cantik.

Akhirnya Isyana tidak mengernyit lagi. Dirinya tersenyum, dan tidak peduli dengan perkataanku.

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu