Love And Pain, Me And Her - Bab 62 Merasa Bingung

Raisa keluar dari kamar mandi, melihatku sedang menatap bingkai foto, dia agak segan. Untuk meredakan suasana, aku sengaja tersenyum berkata,

“Raisa, kita pergi ke rumah sakit, kamu tidak harus pakai begitu cantik? Seolah-olah mau pacaran.”

Raisa tersenyum, dapat dilihat bahwa dia tersenyum dengan enggan.

"Pergi keluar bersamamu, pasti harus berpakaian lebih cantik, agar tidak mempermalukanmu."

Aku tersenyum pahit, ini adalah kata-kata yang sering dikatakan Raisa padaku di masa lalu, setiap kali ketika berpergian, dia pasti akan berpakaian cantik. Dia bilang kalau dia cantik, maka bisa membuatku merasa bangga.

Pada saat ini, aku sedikit bingung, seolah-olah aku dan Raisa kembali ke masa lalu.

Tiba di rumah sakit, dokter yang bertugas memeriksa suhu Raisa, suhu tubuhnya tiga puluh sembilan derajat. Dia tidak berani menunda, segera melakukan infus.

Di ranjang rumah sakit, Raisa perlahan-lahan tertidur, dan aku selalu duduk di samping, memandangi wajah yang sangat familiar dan sangat bernostalgia. Hal-hal yang terjadi di masa lalu muncul di pikiranku, pada saat itu kami selalu bersama, hanya berpisah selama beberapa hari, kami akan merasa seperti setahun.

Pada saat itu, meskipun Raisa agak manja, tapi dia sangat melekat padaku. Dia bilang aku sengaja memanjakannya, karena aku membuatnya tidak lagi mandiri, jadi dia tidak bisa hidup tanpaku.

Tapi pada akhirnya, dia meninggalkanku, dengan cara yang tidak bisa kuterima.

Aku sedang melamun, Raisa tiba-tiba bergerak, lalu berteriak, "Ugie, jangan pergi"

Aku segera memegang erat tangan Raisa dan menyadari bahwa dia mengalami mimpi buruk. Raisa juga bangun, dia membuka mata, dan melihatku di depannya. Air matanya mengalir keluar, mungkin tidak ingin aku melihat sisi lemahnya, dia segera memutar kepalanya.

Dan aku masih memegang tangannya dengan erat, menghiburnya dengan lembut dan berkata, “Raisa, tidak apa-apa, aku ada di sini”

Aku tahu nada suaraku agak mesra, tapi aku benar-benar berkata tanpa sadar.

Raisa juga memegang tanganku erat-erat, dia menangis terisak-isak. Bantal sudah dibasahi air matanya, tapi aku tidak tahu bagaimana menghiburnya, satu-satunya yang bisa kulakukan adalah diam-diam menemaninya.

Sampai subuh jam empat Raisa tertidur lagi, tetapi aku tidak tidur sepanjang malam.

Sudah hampir waktunya bekerja, tapi Raisa masih belum bangun, aku menyelimutinya dengan lembut. Lalu mengirim Wechat pada Veni, dan memberitahunya bahwa aku sibuk hari ini, menyuruhnya datang untuk merawat Raisa di siang hari. Setelah mengatur semuanya, aku diam-diam meninggalkan bangsal.

Ini sudah awal musim gugur, daun-daun yang jatuh di jalan berkeliaran seiring angin musim gugur. Aku masuk ke bus dan berangkat ke perusahaan.

Baru saja tiba di Departemen penjualan, aku bersiap-siap mengambil handuk dan mencuci muka di toilet, tiba-tiba terdengar seseorang memanggilku. Ketika aku berbalik, langsung melihat Lulu sedang berdiri di pintu dan berkata dengan dingin padaku, “Ugie, Presdir Mirani memanggilmu!”

Aku meletakkan handuk, ikut di belakang Lulu. Tidak tahu apakah gadis ini salah minum obat atau apa yang terjadi. Setiap kali dia melihatku selalu bercanda beberapa kata denganku. Tetapi hari ini, dia berpenampilan seolah-olah menolakku ke ribuan mil jauhnya.

Aku berbisik padanya, "Lulu, semalam mabuk?"

Begitu aku bertanya, Lulu segera memutar kepala dan memelototiku dengan kejam, dan berkata dengan wajah memerah, “Ugie, orang seperti apa kamu? Membawaku keluar minum bir, kamu malah pergi meninggalkanku?”

Aku menatap Lulu dengan ekspresi penuh keluhan, dan berkata dengan pahit, “Lulu, kamu yang menyuruhku kembali, kalau tidak bagaimana mungkin aku berani pergi.”

Sebelum selesai berkata, Lulu sepertinya benar-benar marah, dia menatapku dengan wajahnya yang memerah dan berkata, "Aku menyuruhmu pergi? Lalu kalau aku menyuruhmu pergi mati, mengapa kamu tidak pergi?"

Aku tidak tahu harus tertawa atau menangis, begitu wanita kesal, benar-benar tidak dapat berbicara secara baik-baik. Tapi aku masih merasa aneh, jadi bertanya lagi padanya, "Lulu, sebenarnya ada apa? Apakah Robi si bocah itu menyinggungmu? Kamu jangan sungkan, nanti aku kembali dan menghajarnya."

Begitu menyebut Robi, Lulu sepertinya semakin marah, dia memelototiku dengan ganas, kemudian memarahi kami berdua, “Kalian berdua sama saja, ular dan tikus dalam satu lubang, melakukan kejahatan bersama.”

Aku merasa bingung dimarahi Lulu, tetapi dia juga tidak mengatakan apa yang telah terjadi, sepertinya hanya bisa bertanya pada Robi.

Mengetuk pintu dan masuk ke kantor Isyana. Dia sedang duduk di sana melihat materi, melihat aku masuk, dia melirikku dan mengerutkan kening, berkata, "Ugie, mengapa kamu sama seperti Lulu?"

Kata-kata Isyana mengejutkanku, apakah Lulu memberitahunya sesuatu? Aku segera bertanya, "Ada apa?"

Isyana tersenyum, menatapku dan berkata, “Kalian berdua terlihat tidak semangat, apakah semalam begadang?”

Aku tersenyum dan mengangguk tanpa banyak bicara.

Isyana memanggilku untuk memberitahuku semalam telah menentukan waktu dengan KIMFAR. Waktu penandatanganan adalah 10:18, dan juga sudah menghubungi reporter, yaitu beberapa media bisnis keuangan dan komersial di ibukota provinsi.

Sebenarnya para wartawan sama sekali tidak ingin melaporkan hal-hal sepele seperti itu. Karena kerja sama semacam ini ditandatangani setiap hari. Selain itu, KIMFAR dan Nogo bukan perusahaan yang sangat terkenal dalam industri ini, sama sekali tidak ada nilai untuk melaporkannya. Tetapi uang dapat menyelesaikam segala hal, memberikan beberapa amplop untuk mereka, orang-orang ini secara alami akan datang.

Proses penandatanganan tidak rumit, kalau bukan untuk diketahui lebih banyak orang, itu sama sekali tidak perlu mengundang wartawan. Setelah mengatur susunan kegiatan, Isyana berkata padaku, “Setelah menandatangani kontrak, bulan ini kamu harus lebih fokus dalam perencanaan ini, kamu dapat menggunakan siapa saja di perusahaan, apakah kamu sudah menentukan siapa yang ingin kamu gunakan?”

Aku mengangguk, aku sudah memikirkan hal ini sebelumnya, aku segera menjawab, "Aku akan menggunakan Amori dari Departemen Perencanaan."

Isyana tersenyum, dia mengerti maksudku. Hal terakhir kali dengan Sutan selalu membuatku merasa malu pada Amori. Aku selalu ingin mencari kesempatan untuk menebusnya, dan kali ini adalah kesempatan yang terbaik.

Isyana berpikir dan berkata, “Bulan ini aku akan menyuruh Lulu pergi bersama kalian, meskipun dia tidak mengerti perencanaan, namun dia sangat hebat dalam aspek-aspek lain. Dia juga dapat menangani urusan sehari-hari, jadi kalian dapat fokus membuat perencanaan ini.”

Terpikir sikap Lulu terhadapku tadi, aku tersenyum pahit, tapi tetap mengangguk setuju.

Aku tiba-tiba teringat Kalin, dan segera berkata pada Isyana, "Ada satu hal lagi, aku ingin mengatakan padamu, yaitu Kalin. Proyek KIMFAR, aku berencana menyelesaikannya bersama Kalin."

Begitu aku mengatakannya, Isyana tertegun, dia menatapku dengan aneh dan bertanya, "Mengapa?"

Siapapun tahu, kontrak kali ini berhasil ditandatangani, pasti akan mendapat komisi besar, jelas aku yang menyelesaikannya sendiri, tetapi malah meminta dihitung bekerja sama dengan Kalin, tidak peduli siapapun tidak akan bisa mengerti.

Aku tersenyum menjelaskannya, “Kalin selalu memiliki komplain padaku, aku ingin mengambil kesempatan ini untuk membuktikannya.”

Isyana tersenyum, dan bertanya, "Kamu harus tahu, ini bukan jumlah yang kecil? Apakah kamu sudah memikirkannya?"

Aku mengangguk dengan tegas. Sebenarnya, aku tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Isyana, alasan aku menarik Kalin, karena elit di seluruh tim penjualan Nogo dikontrol dengan kuat olehnya. Meskipun menandatangani kontrak dengan KIMFAR, tapi kalau Nogo benar-benar ingin keluar dari kesulitan, harus mengandalkan departemen penjualan untuk bertahan di depan. Oleh karena itu, harus menenangkan Kalin.

Dan alasan aku tidak memberitahu Isyana tentang ini sangat sederhana, aku hanya ingin melakukan sesuatu untuknya dan perusahaan secara diam-diam, tidak ingin membuatnya merasa tertekan.

Sebelum jam sepuluh, Bong Casa membawa beberapa eksekutif KIMFAR datang ke Nogo. Agar terlihat penting, Isyana sengaja membawa tim manajemen senior turun untuk menyambutnya secara pribadi, dan satu-satunya orang yang tidak memiliki kerjaan adalah aku, mempersilakan semua orang ke ruang rapat, dan menunggu waktu tiba, konferensi penandatanganan resmi dimulai.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu