Love And Pain, Me And Her - Bab 230 Khawatir Mereka Bertemu

Mata Robi melotot, dia berdiri. Saat baru saja mau berbicara, aku langsung ikut berdiri, berteriak kepada keduanya, “Apakah kalian sudah selesai? Jika ingin berkelahi kebawah saja sana, jangan merusak barang-barang dirumah”

Robi melirik Sutan sekilas, dia lalu kembali duduk di soda. Sutan mengeluarkan sebatang rokok, setelah menyalakan, duduk di sisi lain.

Aku melihat Sutan, berkata dengan perlahan, “Sutan! Walau bagaimanapun, belakang ini kamu memang sedikit keterlaluan. Pekerjaan memang penting, tapi tubuh Veni belum pulih, kamu harus meluangkan sedikit waktu untuk menjaga dia”

Selain membujuk, aku juga tidak ada cara lain lagi.

Sutan menghisap rokoknya, menoleh melihat Veni. Berkata dengan sedikit meminta maaf, “Veni, belakangan ini aku terlalu sibuk. Beri aku waktu, setelah aku menyelesaikan ini semua, akan membawamu jalan-jalan. Saat itu, aku pasti akan menemanimu dengan baik”

Veni tersenyum menggeleng. Dia tidak mengatakan apapun, tapi aku bisa merasakan dengan jelas, senyuman Veni, sebuah senyuman pahit.

Besok pagi, rombongan kami pergi ke bandara. Belum melewati pengecekan, ponselku tiba-tiba masuk sebuah pesan. Setelah dilihat, itu dari Robi. Pesannya berisi nama kakak sepupunya, dan posisi di kantor dan nomor teleponnya. Dia sekali lagi mengatakan padaku, supaya aku harus memberitahu kakak sepupunya, luangkan waktu untuk melihat orang tuanya.

Aku hanya membalas “baik”. Nama kakak sepupu Robi cukup menarik, 乔巧. Melihat nama ini, merasakan sepertinya adalah wanita yang kecil dan indah. Saat aku melihat, Isyana tiba-tiba berada disampingku, dia bertanya dengan suara rendah, “Melihat apa?”

Aku tersenyum, memberitahukan kepada Isyana perintah Robi.

Perjalanan kali ini sangat lancar. 3 jam lebih, kami dengan lancar sampai di Beijing. Tidak berbeda banyak dengan kota-kota di China. Selain beberapa bangunan kuno. Beijing juga penuh dengan gedung-gedung tinggi, lalu lintas yang ramai, dan orang-orang yang berlalu lalang.

Karena hari ini tidak perlu pergi ke CB. Jadi setelah sampai dihotel yang sudah dipesan terlebih dahulu. Aku pergi mandi, bersiap untuk istirahat sebentar. Baru pergi mencari kakak sepupu Robi.

Aku baru saja menyeduh teh, mendengar ketukan pintu dari luar. Aku kira adalah Isyana, segera bangkit dan membuka pintu. Tapi saat membuka pintu, terlihat wajah menawan Kalin di pintu.

Menyuruhnya masuk. Kalin menekan ranjangku, sambil tertawa berkata kepadaku, “Ugia, ranjang kamu ini, lebih nyaman daripada ranjang dikamarku”

Aku tertawa. Kalin benar-benar mengatakan omong kosong, semua kamar sama, bagaimana mungkin?

Aku juga mengikuti pembicaraannya dan berkata, “Kalau kamu merasa ranjang ini bagus, aku bisa berganti kamar denganmu”

Kalin memajukan bibirnya, memiringkan kepala dan memutar bola matanya, “Huh! Benar-benar tidak asik. Sedikitpun tidak romantis, apa kamu tidak bisa mengundangku untuk menginap semalam?”

Terhadap kata-kata seperti ini yang diucapkan dari mulut Kalin, aku sama sekali tidak merasa terkejut.

Tapi aku hanya tersenyum, tidak berani menjawabnya.

Kalin melihat aku menyeduh teh, dia pergi menuangkan untuk diri senditi. Sambil melirikku, bertanya, “Ugie, aku ada berita yang sangat kacau untukmu. Apa kamu ingin mendengarnya?”

Kalin sengaja menunjukkan ekspresi misterius, membuatku tidak begitu suka. Aku mengambil satu batang rokok, menyalakan dan menghisapnya, berkata dengan asal, “Lihat suasana hatimu saja, jika kamu ingin mengatakan maka aku akan dengar. Tidak ingin mengatakan aku juga tidak bisa apa-apa”

Kalin tertawa. Dia meminum tehnya, lalu berkata kepadaku, “Orang yang paling tidak kamu sukai, sekarang berada di Beijing!”

Aku tertegun, mendongak melihat Kalin, sedikit terkejut bertanya, “Maksudny Don Juan Romino juga berada di Beijing?”

Kalin mengangkat bahu, mengangguk, “Kamu langsung mengingat dia saat mengatakan orang yang tidak kamu sukai, tapi yang kamu katakan benar, memang Don Juan Romino!”

Aku segera terdiam. Isyana karena proyek CB, sudah tiga kali datang ke Beijing. Tapi untuk dua kali sebelumnya, Don Juan Romino juga satang. Apakah ini kebetulan, atau Don Juan Romino sengaja?

Aku menghisap rokok,bertanya lagi, “Bagaimana kamu bisa tahu?”

Kalin juga tidak menyembunyikan, dia langsung berkata, “Dia meneleponku, bertanya kita tinggal dimana. Aku tebak dia sekarang pasti menuju kemari, mungkin saja sebentar lagi kamu bisa melihat dia”

Aku mengernyit. Don Juan Romino ini, benar-benar terus mengikuti. Awalnya berencana setelah selesai berdiskusi dengan CB, aku dan Isyana bisa berjalan-jalan di kota Beijing berduaan, tapi kemunculan tiba-tiba Don Juan Romino, membuat aku sedikit tidak berminat lagi.

Aku tidak perlu menutup-nutupi dengan Kalin, bertanya lagi, “Kalin, kamu bilang Don Juan Romino datang ke Beijing, apa mungkin karena proyek CB?”

Kalin sambil menuangkan teh ke dalam cangkir, sambil berkata perlahan, “Aku juga tidak begitu jelas. Tapi proyek kali ini bukankah Direktur An mendapatkannya melalui sebuah hubungan spesial? Seharusnya Don Juan Romino tidak bisa merebut?”

Aku sedikit mengangguk. Proyek ini dikenalkan oleh paman Isyana. Ditambah lagi dengan hasil iklan online kami yang bagus. Biasanya, walaupun Don Juan Romino ingin merebut, takutnya juga tidak bisa.

Saat berbicara dengan Kalin, dari luar terdengar suara ketukan pintu. Kalin melihat aku sekilas, tersenyum berkata, “Aku tebak Direktur Isyana!”

Sebenarnya aku juga mengira adalah Isyana. Walaupun aku tidak ingin Isyana melihat Kalin berada di kamarku, tapi tidak ada cara lain, aku hanya bisa pergi membuka pintu.

Saat pintu terbuka, aku merasa lega. Orang didepan pintu bukan Isyana, tapi Lulu. Kali ini Isyana juga membawa Lulu.

Lulu melihatku, segera berkata, “Ugie, Direktur Isyana tidak akan makan siang bersama kita lagi. Menyuruh kita membereskan sendiri dihotel, dia ada urusan, sudah pergi terlebih dahulu”

Aku sedikit tertegun, saat seperti ini, Isyana bisa kemana? Ditambah lagi tadi Kalin memberitahuku, Don Juan Romino juga berada di Beijing. Aku tidak tahan berpikir, apakah Isyana pergi menemui Don Juan Romino?

Aku belum berbicara, terdengar suara Kalin dari dalam, “Wah! Ugie, apakah kamu menaruh informan di sisi Direktur Isyana. Bahkan Direktur Isyana pergi, ada yang datang melapor padamu”

Lulu saat ini baru melihat Kalin yang didalam. Tapi Lulu tidak begitu menyukai Kalin. Dia hanya memajukan bibirnya, berbalik dan pergi.

Kembali kekamar, Kalin tersenyum padaku. Sengaja menggodaku, “Ugie, apakah kamu khawatir Direktur Isyana menemui Don Juan Romino?”

Aku tidak berbicara, kata-kata Kalin, memang benar sesuai dengan pemikiranku.

“Jika ingin telepon saja, lebih baik dari pada kamu disini berpikir yang tidak-tidak”

Kalin berkata, dia tersenyum dan berdiri. Mengedipkan mata kearahku, dan berjalan keluar dari kamarku.

Aku memegang ponsel, sesaat merasa sedikit ragu. Telepon atau tidak?

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu