Love And Pain, Me And Her - Bab 277 Diperlakukan Dengan Sopan

Aku tidak pernah memikirkan bahwa, aku akan bertemu lagi dengan Isyana dengan bantuan Jane. Meskipun aku dan Isyana berpura-pura untuk tenang. Tetapi kami mengetahui bahwa, hubungan percintaan kami itu bukan hubungan yang biasa, melainkan sudah terukir di dalam hati kami masing-masing. Walaupun kami mengatakan sudah berlalu, tetapi perasaan kami masih terhenti pada masa lalu.

Pada hari berikutnya, aku masih tetap menulis rencana bisnisku. Perencanaan yang Amori meminta aku untuk membuatnya, juga sudah selesai. Sore ini, aku dan Amori berjanji untuk bertemu. Aku akan menyerahkan buku perencanaan itu kepadanya. Awalnya aku ingin memerasnya untuk mentraktir bir kepada aku, tetapi dia sangat sibuk, dan mengatakan lain kali saja. Setelah mengambilnya, Amori pun pergi dengan terburu-buru.

Awalnya aku berencana untuk pergi berjalan-jalan. Tetapi aku mengingat bahwa rencana bisnisku masih belum selesai, lalu aku pun memutuskan untuk pulang dengan menaik bus.

Setelah sampai di halaman rumahku, tiba-tiba aku melihat di depan pintu terdapat seunit Bentley Flying Spur. Kawasan rumahku merupakan kawasan yang biasa, biasanya jarang sekali terdapat mobil yang nilainya lebih dari 1 miliar. Apalagi mobil mewah seperti Bentley Flying Spur.

Meskipun aku tidak mempunyai mobil, tetapi aku sangat tertarik dengan mobil. Aku pun melihatnya sejenak. Ketika ingin memasuki halaman rumahku, aku mendengar suara seorang wanita dari belakang,

Ketika aku berbalik, aku melihat seorang gadis yang muda berdiri di samping mobil itu. Gadis itu menatapku dengan penuh harapan.

Gadis itu terlihat sangat familiar. Aku tertegun sejenak, dan mengingat. Bahwa aku pernah bertemu dengannya di Beijing, dia adalah asisten Viali. Aku menjadi lebih kaget, asisten Viali, kenapa tiba-tiba muncul di luar halaman rumahku?

Ketika aku sedang memikirkannya, asisten itu sudah berjalan ke hadapanku, dia berjabat tangan denganku. Kemudian, asisten itu pun berkata,

“Hai, Tuan Ugie. Mohon maaf telah menganggu anda. Begini, Presdir Viali ingin bertemu dengan anda. Dan beliau menyuruhku untuk menjemput anda”

Aku sedikit tertegun sambil menatapnya, dan bertanya, “Kamu menungguku di sini dari tadi? Kenapa tidak meneleponku saja?”

Asisten itu segera menjawab, “Tadi aku sudah menekan tombol bel. Tampaknya anda tidak berada di dalam rumah, dan aku pun merasa seharusnya anda sedang berurusan di luar. Jadi takut akan menganggu anda jika menelepon anda, jadi aku menunggu anda di sini”

Asisten itu mengenakan pakaian yang sopan, dan membuatku merasa malu. Tetapi ketika memikirkan Viali yang tampak dingin, dan sombong. Aku menjadi tidak nyaman, dan segera bertanya kepada asisten itu,

“Presdir Viali ingin bertemu denganku, kenapa dia tidak datang saja, dan harus memintaku untuk pergi menemuinya?”

Sebenarnya kali ini Viali datang ke sini, aku juga merasa penasaran. Karena aku merasakan bahwa, mungkin berhubungan dengan kemarin ketika Robi meneleponnya.

Asisten itu melihat aku menayakan ini, dan dia pun segera berkata, “Maaf, Tuan Ugie. Masalah Presdir Viali aku tidak enak untuk menanyakannya, tetapi dia sudah menyuruhku untuk datang menjemputmu. Dan juga berharap anda untuk pergi menemuinya. Jika begitu aku juga tidak akan dipersulitkan, aku mengucapkan terima kasih kepada kamu terlebih dahulu”

Asisten itu tampak kasihan, aku merasa tidak enak untuk menolaknya. Aku hanya dapat menerimanya, dengan mengangguk dan berkata, “Kalau begitu pergi sekarang?”

Asisten itu segera mengangguk, dan dia pun membuka pintu mobil untukku.

Di dalam mobil, aku masih merasa penasaran. Dan bertanya kepada asisten itu lagi, “Kenapa kamu mengetahui alamat rumahku?”

Asisten itu duduk di bagian depan, dia berbalik untuk menatapku, dengan senyuman yang sopan, “Presdir Viali yang memberitahuku. Mengenai kenapa Presdir bisa mengetahuinya, aku kurang jelas”

Aku menjawab “Oh”. Melihat desain mobil ini yang mewah, aku tidak dapat menahan dan bertanya lagi, “Kalian membawa mobil dari Beijing?”

Asisten itu tersenyum, dan menggelengkan kepalanya sambil berkata, “Supir mengendarainya ke sini sebelum kami datang. Aku dan Presdir Viali datang dengan menggunakan pesawat pada pagi tadi. Karena Presdir Viali harus mengurusi beberapa masalah, dengan mengatur seunit mobil ke sini, maka untuk berpergian pun menjadi lebih mudah”

Aku hanya diam saja sambil mendengarkan pertanyaannya. Orang seperti Viali, pemikirannya sulit untuk ditebak. Mengatur sebuah mobil mewah ke sini terlebih dahulu, dan dirinya naik pesawat kelas utama ke sini. Hanya karena agar lebih mudah untuk berpergian di sini. Kalau begitu menyewa mobil bukannya lebih mudah?

Aku sambil memikirkan, dan membantu Viali menghitung uang yang seharusnya tidak dikeluarkan olehnya dalam beberapa hari ini. Pemikiranku sama seperti orang biasanya, yang menganggap mereka sangat boros, sebenarnya, kami tidak pernah mengetahui bahwa, bagaimana pemikiran orang seperti Viali.

Tiba di halaman hotel, pelayan hotel pun membuka pintu dengan sopan. Asisten itu pun memberikan tip kepadanya. Aku mengikuti asisten itu untuk naik ke atas, asisten itu berencana membawa aku menuju ke cafe lantai tiga. Masih belum sampai di depan lift, tiba-tiba aku mendengar suara tertawa seorang anak kecil yang naif. Ketika aku berbalik, aku melihat seorang anak kecil sedang berlari, dan sambil tertawa.

Ketika melihat anak lelaki kecil itu, aku tertegun sejenak. Ternyata anak kecil itu adalah anak dari Presdir wanitanya Sutan, Wulandari, yang bernama Beibei. Aku dengan penasaran melambaikan tanganku ke arah Beibei, dan berkata, “Beibei, sini, apakah kamu masih ingat dengan paman?”

Anak kecil itu sangat imut. Ketika melihatnya, aku sedikit tidak tahan untuk menganggunya. Beibei menatapku, dan langsung berkata dengan tersenyum, “Ingat, kamu adalah orang jahat!”

Sambil berkata, Beibei menujukkan gerakan membuka pistol kepadaku. Anak ini tidak takut dengan orang lain.

Aku pun berjalan menuju menghampiri Beibei, dan masih belum sampai di hadapannya. Aku mendengar ada seseorang yang memanggil namaku dari samping, “Ugie, kenapa kamu berada di sini?”

Ketika aku berbalik, aku melihat Sutan dan Wulandari berjalan keluar dari samping. Sutan memegang sebuah tas wanita, jelas sekali itu adalah tas Wulandari. Ketika mereka berdua berdiri di hadapanku, kami saling menyapa dengan sopan. Yang berbeda dengan kemarin adalah, kali ini Wulandari memperlakukan aku dengan lebih sopan.

Mungkin takut aku salah paham, Sutan segera berkata, “Hari ini adalah ulang tahun Beibei, dia menyukai teppanyaki di sini. Jadi kami membawanya ke sini”

Aku tersenyum dan menatap Sutan.

Ketika Sutan sedang mengatakan Beibei. Wulandari pun berjalan ke hadapan Beibei, dia merapikan pakaian Beibei. Dan aku menatap Sutan, sambil berkata, “Sutan, bukannya kamu adalah Direktur Marketing. Kenapa yang kamu lakukan adalah pekerjaan seorang pengasuh anak?

Sebenarnya yang ingin aku katakan adalah, yang dilakukan oleh kamu merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang ayah. Tetapi ketika hendak dikatakan, aku pun tidak jadi untuk mengatakannya.

Sutan tersenyum pahit dengan tak berdaya, dia berkata dengan pelan, “Hei! Aku juga tidak ingin, tetapi ini adalah perintah dari bos. Aku hanya dapat menurutinya saja, bagaimanapun kita hanya sebagai karyawan, dan dia adalah bos?”

Aku dapat memahami perasaan Sutan. Terkadang, kami juga harus percaya diri, dan berjuang dengan penuh harga diri. Yang disayangkan adalah, ketika memasuki dunia kerja, segala sesuatu tidak dapat diputuskan oleh kita sendiri.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu