Love And Pain, Me And Her - Bab 151 Puisi

aku menduga Rose pasti memiliki kabar terbaru, ketika aku tidak bisa dihubungi, dia datang kesini untuk mencariku.

Ketika keluar dari pintu masuk perusahaan, Rose sedang memandang ke sekeliling.Dan ketika melihat aku keluar, dia segera berlari menghampiri, sambil tertawa bertanya kepadaku, "Ugie, bagaimana masalah kontak dengan penerbit?"

Aku tersenyum pahit tanpa daya sambil memandang Rose berkata, "Bro, apakah menurutmu penerbit itu tukang fotokopi ? Yang akan langsung mencetak setelah bilang cetak? Kamu beritahu dahulu, apakah darimu ada berita baru ?"

Rose menggelengkan kepalanya terlebih dahulu, tetapi kemudian mengangguk, "Ada kabar!"

Perkataan Rose membuat jantungku berdetak lebih cepat. aku langsung bertanya, "Apakah pacar pelukis itu Riski?"

Rose menatapku, kemudian menggelengkan kepalanya, "Tidak, dia bukan Riski"

Kata-kata Rose membuat harapan yang baru saja muncul padam kembali. Pada awalnya rencanaku adalah, jika Rose mengenal pacar dari Riski, aku bisa masuk lewat pacarnya. berjuang menangkap Riski.

Karena dari percakapan antara aku dan Jane, aku bisa merasakan. Perlakuan Riski sangat baik kepada pacarnya, dia sudah jelas mengambil cuti tahunannya, namun karena pacarnya tidak memiliki waktu, dia tidak jadi pergi berlibur keluar.

Tetapi jawaban yang diberikan Rose membuatku berkecil hati. Rencana yang baru saja kuingat sekali lagi gagal.

aku menghela nafas dan sangat kecewa. aku tidak puas, namun tidak memiliki rencana lain . Apakah aku benar-benar menemui jalan buntu?

aku mengeluarkan dan menyalakan sebatang rokok, aku mengerutkan kening

sambil berpikir.

Tindakan aku ini sepertinya membangkitkan minat Rose. Dia memiringkan kepalanya ke arahku, terbatuk ringan sambil memanggil namaku dengan perlahan, "Ugie"

Aku menatap Rose. Aku hampir lupa, Rose masih berada di sisiku.

Rose melanjutkan, "Nama Pacarnya bukan Riski Rahman, tapi Rezki Rahman. Namun tampaknya ada beberapa orang yang memanggilnya Riski"

Aku memandang Rose dengan bodoh!

Pada saat ini, aku sangat ingin memberi pelukan hangat kepada Rose, Namun pada saat yang sama ingin memukulnya dengan keras. Orang ini sama sekali tidak bodoh, dia hanya sedang mempermainkan aku !

Melihatku yang tercengang, Rose hanya tersenyum. Dia pun menambahkan, "aku telah menyelesaikan permintaanmu , sekarang kamu katakan, bagaimana dengan koleksi puisi aku?"

Akhirnya aku bisa menghela nafas. Ini adalah satu-satunya kabar baik yang aku dapatkan selama beberapa hari ini. Aku memandang Rose dan langsung berkata, "Ayo, kita pergi makan dulu, kita bisa bicarakan ini sambil makan bersama. Kamu ingin makan apa ?"

Rose membelai perutnya dan setelah berpikir sejenak dia menjawab, "Ayo pergi ke tempat hotpot yang terakhir dibawa oleh Lulu."

"Oke!"

aku dengan cepat menyetujui.

aku menaiki taxi bersama Rose ke restoran hot pot itu. Setelah mengambil pelajaran terakhir kali, kali ini aku memesan dua pot kecil. Ketika panci sudah datang, aku berbicara dengan Rose sambil menyajikan hidangan ,

"Rose, kamu tinggal di mana sekarang?"

Rose menundukkan kepalanya ke arah panci, sambil berkata dengan samar, "Sewa apartemen"

aku yang penasaran kemudian bertanya kembali, "Bukankah kamu tidak mempunyai uang? Ketika pergi bukankah kamu meminjam uang Lulu, Darimana kamu mendapatkan uang untuk menyewa apartemen?"

Rose mengambil sepotong daging kambing dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia sambil makan berkata, "Apa yang kau mengerti ? Aku meminjam uang dari Lulu, supaya bisa mengembalikan uangnya kepada dia di masa depan. Dengan begitu aku memiliki alasan untuk menemuinya kembali. Jika tidak, Lulu pasti tidak akan mau aku temui "

Perkataan yang diucapkan Rose, menunjukkan ekspresi sedih. Namun hal ini tidak mengganggu nya dalam makan.

Aku pun tersenyum pahit. Walau kelihatannya orang ini sangat polos ,namun tidak disangka dia cukup cerdik.

Setelah makan beberapa saat, aku kembali mencoba bertanya kepada Rose, "Rose, bisakah kamu membuat janji dengan pelukis wanita itu, aku ingin mencarinya untuk mengobrol?"

Rose berkata tanpa berpikir, dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa! Kita belum dekat sama sekali ,hanya kadang-kadang mengobrol bersama mengenai lukisan. Jika bukan karena kamu yang menyuruh aku pun, aku tidak enak menanyakan hal pribadi mengenainya."

Aku tersenyum singkat dan meletakkan sumpit ke bawah, aku pun menatap Rose sambil berkata dengan perlahan, "Rose, apakah kamu masih menginginkan koleksi puisi itu ?"

Rose mendengar nada mengancam dari perkataanku. Sumpitnya terhenti di udara, menatapku dengan matanya yang besar dan berkata, "Ugie, apa maksudmu? Bukankah kita sudah sepakat, aku bantu kamu menanyakan nama pacarnya , dan kamu akan membantu menghubungi penerbit mengenai puisi ku. Kamu tidak bisa mengingkari janji seperti itu. "

Rose berteriak kepadaku. Melihatnya dengan janggut yang panjang namun dengan ekspresi yang polos membuat aku aku ingin tertawa. Namun aku menahannya . Sambil dengan serius berkata kepadanya,

"Rose, apakah kamu tahu betapa sulitnya untuk menerbitkan buku sekarang? Kamu pergi untuk menanyakan sebuah nama, namun ingin menerbitkan buku. Kamu bercanda kan? Tapi aku berjanji, selama kamu bisa mengajaknya untuk bertemu denganku, aku pasti akan mewujudkan buku puisi mu.”

aku menatap Rose dengan ekspresi kemenangan di wajah. Mimpi terbesar pria ini adalah menerbitkan buku puisi. aku tidak percaya, dengan godaan sebesar ini didepannya , apakah dia bisa menolak aku?

Rose menatapku. Setelah beberapa saat, dia membanting sumpitnya di atas meja, dia berdiri sambil memelototiku dia berkata, "Ugie, perkataan kamu tidak bisa dipegang ! Sekarang kamu mengancamku! Aku tidak mau berurusan dengan orang-orang sepertimu lagi. Buku puisi itu akan aku pikirkan cara lain, namun jangan harapkan aku membantumu . "

Reaksi Rose benar-benar di luar dugaanku. Setelah berkata hal itu, dia pun bangkit berdiri, dan pergi keluar .

aku terkaget, mengapa semua seniman ini memiliki temperamen yang buruk? Aku buru-buru bangkit untuk meraihnya, tetapi Rose keras kepala, dia melemparkan tanganku ke samping. dan langsung pergi ke arah pintu keluar.

Tamu-tamu lain di restoran itu sedang mengawasi kami. Meskipun aku malu, aku masih melangkah maju untuk menghentikan Rose , sambil dengan suara rendah berkata kepadanya, "Rose, jangan marah dulu. Kita bisa bicarakan hal ini baik-baik, Bagaimana jika seperti ini, buku puisi akan aku bantu terbitkan, perjanjian kita berakhir . Namun aku masih meminta kamu untuk mengundang pelukis wanita itu untuk bertemu denganku dan sebagai imbalannya aku akan membantumu untuk bertemu dengan Lulu. Kita membuat kesepakatan baru lagi, bagaimana?

Rose mendongak, sambil mencibir dia menatapku dengan jijik, dan berkata langsung, "Huh ! Perasaan ku terhadap Lulu murni, Apakah itu digunakan untuk kesepakatan yang kau inginkan? Kamu tidak perlu menghujat perasaanku, selamat tinggal!"

Setelah Rose selesai berbicara, dia melangkah keluar dengan langkah cepat. Dan aku hanya bisa berdiri dengan bodoh sambil menatap punggung Rose, Aku tak bisa menahan tangis dan tak berdaya.

aku dengan kesal kembali ke tempat duduk aku, namun aku tidak berminat untuk melanjutkan makan. aku hanya dengan bosan minum bir, bertanya-tanya dalam hati, aku sudah menyebut senjata pamungkas bernama Lulu, namun Rose masih juga pergi . aku menyalahkan diri sendiri ,apakah aku terburu-buru? Jika tadi menunggunya reda terlebih dahulu, mungkin perihal ini tidak akan menjadi semakin parah .

Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan untuk menelpon Lulu. Sepertinya hanya dia lah satu-satunya yang bisa mengambil alih, atau memiliki kesempatan untuk mengubah pikirannya.

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu