Love And Pain, Me And Her - Bab 622 Situasi Win-win

Sesuai apa yang tertulis di wasiat Djarum, vila Gunung Moon seharusnya adalah milik Isyana. Apa yang disebut sebagai wasiat sebenarnya adalah letak kelicikan Tyas. Saat itu, dia tidak menginginkan hal lain selain hak kepemilikan perusahaan. Dia memberikan semuanya kepada Isyana. Ini merupakan salah satu poin yang membuat wasiat tersebut terlihat nyata. Namun, setelah kepergian Djarum, Isyana sibuk dengan perselisihan internal perusahaan sehingga belum sempat mengelola vila Gunung Moon. Alhasil, vila ini masih di tangan Tyas.

Aku mengemudi dan melajukan mobil di sepanjang jalan. Perjalanan yang membutuhkan tiga jam hanya ditempuh dalam dua jam. Aku memarkir mobil di depan pintu vila, buru-buru membunyikan bel pintu beberapa kali.

Bel pintu berbunyi beberapa kali sebelum pintu elektronik perlahan terbuka. Aku berjalan tergesa-gesa ke halaman rumah. Begitu tiba di pintu vila, terlihat sosok familiar berdiri di depan pintu vila. Mata orang itu memancarkan cahaya dingin, menatapku dengan dingin. Orang itu adalah Asisten Han. Jelas sekali bahwa dia sudah mengetahui kedatanganku.

Aku maju selangkah, memberinya tatapan dingin juga, bertanya tanpa memasang ekspresi apapun, "Di mana Isyana?"

Asisten Han tidak berbicara, dia berbalik dan membuka pintu. Dia menyorongkan tubuh, memberi isyarat agar aku masuk. Tanpa ragu-ragu, aku masuk ke vila. Terakhir kali aku datang ke vila karena diundang oleh Djarum secara pribadi untuk membicarakan persoalan tentang Isyana dan aku. Dalam sekejap mata, tempat yang sama diisi orang yang beda. Djarum telah meninggal.

Seperti sebelumnya, Asisten Han masih menghargai kata seperti emas. Dia menunjuk ke atas dan mengucapkan empat kata dengan dingin: "Ikut aku ke atas!"

Aku sangat akrab dengan semua yang ada di vila ini. Mengikuti Asisten Han, aku datang ke lantai tiga. Mungkin ini adalah kebetulan yang tidak disengaja. Terakhir kali aku dan Djarum melakukan percakapan terakhir di ruang kerja lantai tiga. Kali ini, Asisten Han membawa aku ke ruang kerja lagi.

Sebelum dia membuka pintu, aku sudah melangkah maju. Aku buru-buru membuka pintu. Saat pintu terbuka, beberapa orang di ruang kerja menoleh ke arahku secara bersamaan. Melihat pemandangan di ruang kerja, hatiku yang tergantung akhirnya melega. Aku telah menemukan Isyana. Dia sedang duduk di sofa dengan paras dingin. Kedatanganku membuat ekspresinya yang awalnya sedingin es itu muncul senyuman tipis.

Di seberang Isyana, Sutan duduk dengan malas di posisi utama dalam ruang kerja. Terakhir kali saat Djarum mengobrol dengan aku, dia juga duduk di posisi itu. Tyas duduk di kursi anyaman di samping Sutan.

Melihat aku masuk, Sutan mencibir. Dia memiringkan kepalanya untuk melihat ke arah Isyana, berkata dengan tidak senang: "Direktur Isyana, bukankah kamu mengatakan bahwa kamu datang sendirian? Pada akhirnya kamu tetap memberi tahu keberadaanmu kepada mantan kekasihmu."

Sutan mengira Isyana memberitahuku keberadaan mereka. Isyana tidak berbicara, aku juga tidak ingin berbasa-basi dengan Sutan. Sambil berjalan menuju Isyana, aku bertanya dengan lembut: "Isyana, apakah kamu baik-baik saja?"

Kemunculan aku sepertinya membuat Isyana sangat senang. Dia menatapku, perlahan menggelengkan kepalanya, berkata dengan lembut, "Aku baik-baik saja, bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?"

Aku tersenyum tipis. Sebelum aku menjawab pertanyaan Isyana, terdengar Sutan berbicara dengan nada sinis: "Karena kamu sudah datang, mari duduk dan ikut mendengarkan."

Aku berbalik untuk melihat Sutan. Dia sedang menatapku dengan penuh keangkuhan. Aku tidak berbicara, duduk di samping Isyana dengan diam.

Tyas sekilas melihat aku, tidak menghiraukan aku. Sebaliknya, dia memandang Isyana dan berkata dengan serius: "Isyana, aku tidak akan mengatakan hal-hal ekstra padamu. Kalau kamu mau mengambil kembali segel resmi perusahaan, lisensi, dan dokumen-dokumen penting, maka kamu harus melakukan apa yang aku katakan. Aku sudah berjanji kepadamu barusan, aku boleh berjanji padamu asalkan kamu menyerahkan posisi direktur. Aku boleh menyisihkan posisi presiden untukmu. Dengan demikian, kita bisa bekerja sama satu sama lain di masa depan. Aku berjanji untuk mendukung pekerjaanmu sepenuhnya."

Tyas masih belum menyerah. Dia bahkan menggunakan cara ini untuk memaksa Isyana menyerahkan posisi direktur. Isyana menghadapi Tyas, wanita yang paling dibencinya. Beberapa saat kemudian, Isyana bertanya dengan pelan, "Bagaimana jika aku tidak setuju?"

Tyas mencibir, dia melihat sekeliling ruang kerja. Kemudian dia berbicara dengan tampang bangga: "Ini sangat sederhana. Kalau kamu tidak setuju, tempat ini akan menjadi kantor Djarum Group untuk sementara waktu. Di tempat ini, aku akan mengeluarkan surat-surat penting mengenai internal perusahaan kepada berbagai departemen perusahaan dan cabang di luar provinsi dan luar kota. Jangan lupa, segel resmi perusahaan ada di tanganku. Cabang-cabang perusahaan hanya mengenali stempel resmi perusahaan, tidak mengenal kamu yang merupakan direktur."

Tyas jelas tidak iseng. Bagaimanapun Djarum Group adalah perusahaan berskala besar. Setiap kota penting di dalam provinsi ini terdapat cabang perusahaan mereka. Semua perusahaan cabang ini sama sekali tidak memahami pertikaian internal para manajer puncak perusahaan. Jika Tyas benar-benar bertindak demikian, maka perusahaan akan mengalami masalah. Di satu sisi terdapat perintah yang dikeluarkan oleh Isyana sebagai direktur perusahaan, sementara di sisi lainnya ada perintah yang dikeluarkan oleh Tyas dengan menggunakan segel resmi perusahaan. Jika masalah ini terus berlanjut, seluruh perusahaan akan menghadapi pertikaian dahsyat, serta terdapat risiko skorsing. Ini juga merupakan tujuan Tyas. Karena dia tidak bisa menjadi direktur, dia pun tidak akan membiarkan Isyana mengambil alih dengan lancar.

Kata-kata Tyas membuat muka Isyana memuram karena marah. Isyana menatap Tyas, tidak mau mengalah. Dia berkata dengan dingin: "Kalau begitu, aku hanya bisa menyelesaikan masalah ini melalui jalur hukum."

Tyas tersenyum penuh kemenangan, lalu mengangkat-angkat bahu. Dia menatap Isyana, bernada provokatif: "Oke, tuntut saja aku! Mungkin setelah gugatan ini berakhir, Djarum Group sudah tidak ada lagi."

Usai bicara, Tyas terkikik. Sambil melihat Isyana, dia melanjutkan: "Sebenarnya aku amat ingin melihat adegan itu terjadi. Aku mau melihat bagaimana karier yang dibangun oleh ayahmu dihancurkan olehmu."

Begitu Tyas selesai berbicara, Sutan tersenyum dengan niat jahat.

Dalam konfrontasi kali ini, Tyas jelas berada di sisi yang lebih menguntungkan karena mereka bisa mengabaikan masa depan perusahaan. Begitu Isyana tidak setuju dengan persyaratan mereka, mereka bisa memilih cara yang menghanyutkan semuanya. Berbeda dengan Isyana, dia harus mempertimbangkan masa depan perusahaan. Ini merupakan alasan utama mengapa dia berada di sisi yang tidak menguntungkan.

Isyana menatap Tyas, raut mukanya semakin buruk. Tapi sekarang dia tidak punya pilihan selain berkompromi.

Melihat Isyana tidak berbicara, Sutan menatapku secara provokatif. Dia tersenyum jahat dan berkata, "Ugie, tolong bujuk Direktur Isyana! Selama hutan masih ada, jangan takut tidak ada kayu bakar. Lagipula, kami berjanji akan memberi posisi direktur kepadanya. Ini pada dasarnya adalah situasi win-win, kenapa tidak diiyakan saja?"

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu