Love And Pain, Me And Her - Bab 405 Salah Paham

Melihatku kembali, Eddy segera maju dan dengan penasaran bertanya kepadaku.

" Pak Ugie, apakah wanita itu benar-benar kakak sepupu dari Robi? Cukup cantik juga ya."

Perkataan anak ini membuat Isyana menjadi lebih marah kepadaku.Aku sekarang juga tidak menyukainya, aku pun langsung memberinya kunci dan tanpa basa-basi berkata,” Segera kembali ke perusahaan. Delivery Makanan harus mulai bekerja dalam tiga hari."

Ketika aku mengucapkannya, Eddy langsung membelalakkan mata dan dengan tidak mengerti menatapku dan berkata," Tiga hari? Tidak bisa, waktunya terlalu sempit."

Sebelum menunggu dia selesai menjawab, aku segera melotot kepada nya dan berkata," Aku beritahu kamu, jika dalam tiga hari kamu masih belum selesai. Aku akan menghitungnya berdasarkan denda, Jika itu sampai terjadi jangan tidak terima ya."

Setelah mengatakannya, aku tidak memperdulikan Eddy yang mengerutkan kening dan langsung kembali ke kantor.

Di dalam kantor, Viali sedang duduk di atas sofa, salah satu tangannya memegang segelas air hangat. Wajahnya sangatlah pucat. Sepertinya flu nya kali ini sangat parah. Aku berencana merebuskan sup jahe, Namun Viali tiba-tiba berkata," Ugie, apakah wanita itu adalah wanita yang kamu sebut kamu sukai sebelumnya?"

Viali bukanlah orang yang suka bergosip. Aku menatapnya singkat dan dengan tidak menyembunyikan berkata jujur, kepadanya" Ya, namanya adalah Isyana. Dia juga teman baik dari Robi."

Kedua tangan Viali memegang gelas. Walaupun dia sudah mengenakan bajuku, namun dapat terlihat dia masih merasa agak dingin. Setelah terdiam sejenak dia baru berkata," Ugie, Maaf, sepertinya dia salah paham denganmu."

Aku hanya tersenyum pahit,Isyana salah paham denganku, namun aku khawatir Viali akan merasa bersalah sehingga langsung berkata," Tidak apa-apa, aku akan menjelaskan kepadanya dengan jelas. Minumlah air hangat terlebih dahulu, aku rebuskan sup jahe untukmu."

Setelah mengatakannya, aku langsung membalikkan badan dan keluar dari pintu.

Bar Boss sebelumnya memiliki sebuah dapur yang peralatannya cukup lengkap. Ketika renovasi, aku sengaja mempertahankannya. Ketika sampai ke dapur, aku sambil merebus sup jahe sambil mengeluarkan ponsel ingin menelpon Isyana.

Ketika mengeluarkan ponsel, aku baru menemukan tidak tahu sejak kapan namun ponsel ini sudah mati. Aku menyalakan ponsel dan setelah itu langsung muncul lima hingga enam pesan masuk.

Ketika membukanya, ternyata semua dikirimkan oleh Isyana. Sejak pukul dua belas malam hingga pagi ini. Aku pun melihat pesan satu persatu, Pesan pertama tertulis:" Ugie, apakah kamu sudah tidur? Suara petir di luar sangatlah kencang, aku agak takut."

Pesan kedua tertulis:" Ai, kelihatannya sudah tidur, kalau begitu mimpi yang indah ya!"

Pesan ketiga dikirim pada pagi hari tertulis," Ugie, mengapa ponselmu masih dimatikan? telepon di workshop juga tidak diangkat?"

Melihat pesan ini satu per satu, aku pun tersenyum pahit, tidak salah jika Isyana marah, ternyata dia sudah menghubungiku sejak kemarin malam hingga pagi ini dan masih tidak bisa menghubungiku sehingga dia datang ke workshop untuk mencariku.

Aku awalnya ingin menelpon Isyana dan menjelaskan kepadanya. Namun aku khawatir dia tidak menjawab sehingga menggantinya menjadi mengirim pesan Aku menjelaskan keseluruhan cerita kepadanya.

Setelah pesan dikirimkan, aku hanya termenung sambil menunggu sup jahe di dalam panci sambil menunggu balasan dari Isyana.

Sayangnya hingga sup jahe ini mendidih, Isyana tidak membalas pesanku.

Setelah menuang satu mangkuk sup jahe, aku berjalan kembali ke kantor. Ketika memasuki nya, aku melihat asisten Medith yang tidak tahu sejak kapan sudah datang, sementara Viali sudah menukar pakaiannya.

Mereka berdua sedang duduk di sofa sedang mengobrol. Melihatku yang masuk, Viali langsung berkata," Ugie, terima kasih untuk kemarin ya! Aku harus pergi dulu, Aku harus bertemu dengan penanggung jawab proyek."

Viali sambil berbicara sambil bersin. Namun kemudian dia tidak menunggu jawabanku langsung membalikkan badan dan pergi. Aku segera meletakkan sup jahe di atas meja, karena terlalu buru-buru dan karena mangkok itu pun juga panas dan penuh. Goyangan ini membuat isi dalam mangkuk itu pun keluar mengenaiku dan membuatku bersuara karena kesakitan.

Viali membalikkan kepala melihatku, dan aku mengerutkan kening melihatnya, sambil dengan tidak senang berkata," Viali, kamu gila ya? Kamu sudah seperti ini dan kamu masih mau bertemu dengan pelanggan?"

Ketika Viali berbicara, hidupnya sudah tersumbat, Flu nya pasti cukup berat. Ketika dia mau berbicara, aku menunjuk sup jahe di atas meja dan melanjutkan," Habiskan dulu dan kemudian pergi ke rumah sakit."

Jika hanya flu saja bisa lebih mudah untuk ditangani. Yang aku khawatirkan adalah, Viali kemarin malam mendapatkan syok. Aku takut hal itu akan meninggalkan efek di dalam hatinya.

Viali dengan ragu memandangku, kemudian dia kembali melihat jam tangan. Dengan sedikit kesulitan berkata," Ugie, Terima kasih ya. Tapi aku tidak ada waktu! Tenang saja, aku sudah tidak ada masalah. Ketika naik ke mobil aku akan minum obat."

Sambil mengatakannya, Viali kembali akan pergi. Aku segera dengan terburu-buru menghampiri dan menghalangi di pintu masuk. Kemudian aku mengunci pintu masuk itu.

Setelah semua tindakan ini aku lakukan, Viali pun tersenyum. Ini adalah pertama kali Viali tersenyum dari hati dihadapanku,Tidak bisa disangkal bahwa senyumannya sangatlah indah.

Sayangnya, senyumannya ini perlahan menghilang. Dia menatapku dan berkata," Ugie, mengapa kamu sama seperti Robi, selalu melakukan hal yang kekanak-kanakan?"

Yang dia maksud adalah aku mengunci pintu dan tidak membiarkannya untuk pergi. Aku melihatnya sekilas dan dengan tenang berkata," Viali, walaupun pekerjaan penting namun kesehatanmu jauh lebih penting. Kamu tidak bisa terus tenggelam dalam pekerjaan dan tidak memperdulikan kesehatan tubuhmu sendiri."

Viali menatapku, dia tidak berkata apapun, pada saat yang sama tidak bergerak sedikitpun.

Sikapnya saat ini membuatku tidak senang, aku menunjuk sup jahe di atas meja dan dengan dingin berkata," Habiskan sup itu!"

Viali terkejut, dia terlihat tidak menyangka aku akan menggunakan nada perintah seperti ini untuk berbicara kepadanya. Namun dia tetap tidak bergerak. Aku pun menambahkan," Viali! Jangan anggap aku bercanda denganmu, aku katakan terakhir kali, habiskan sup jahe itu. Kemudian pergi ke rumah sakit denganku. Jika tidak hari ini aku tidak akan membiarkanmu keluar dari pintu ini."

Viali baru akan berbicara dan aku langsung menaikkan tanganku, memotongnya pembicaraannya dengan dingin dan berkata," Tidak usah ucapkan apapun lagi, Semua yang kamu lakukan hari ini sesuai dengan permintaanku. Jika ada pendapat lain kembali mengikuti pendapat dariku! Selain itu aku akan mengatakan ini, bahkan jika aku harus menggendongmu, aku akan menggendongmu sampai ke rumah sakit, seperti kemarin aku menarikmu dari kegelapan hingga ke dalam mobil."

Ketika aku selesai mengucapkannya, ekspresi Viali pun berubah, kali ini adalah ekspresi yang rumit. Bibir nya bergerak, seakan dia memikirkan sesuatu namun pada akhirnya tidak diucapkan. Hanya berjalan dalam diam ke depan meja, mengambil mangkuk jahe, melihatku dan mulai minum sup itu seteguk demi seteguk.

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu