Love And Pain, Me And Her - Bab 271

Robi melihatku dengan aneh. Setelah waktu yang lama, aku baru mengangkat kepalaku melihat Robi dan berkata dengan tegas: "Robi, aku sudah memikirkannya. Aku ingin memulai bisnis!"

Begitu perkataanku di dengar olehnya, Robi pun langsung tertawa. Dia memandang ke arah kedai kopi yang kosong dan segera berkata: "Baiklah, kalau begitu uang 200 juta yang ku hutang tidak aku kembalikan lagi kepadamu. Aku akan memberikan setengah kepemilikan dari toko ini."

Aku langsung mengerutkan keningku dan memarahinya: "Dasar bajingan! Aku sedang serius, aku ingin memulai bisnis."

Setelah keluar dari PT.Nogo Internasional. Banyak orang bertanya kepada aku tentang apa yang ingin aku lakukan selanjutnya, tetapi aku bingung dan tidak bisa memutuskan apa-apa. Karena pengalaman hari ini, aku sudah bertekad bulat , aku harus memulai bisnis. Hanya ketika aku sudah memiliki uang, aku baru bisa menghadapi Don Juan, tentu saja Isyana juga!

Robi melihat diriku yang tidak bercanda. Dia pun mulai menjadi serius. Dia melihatku dan bertanya: "Kalau begitu apakah kamu sudah terpikirkan ingin membuat bisnis apa?"

Aku sedikit mengangguk, "Aku punya beberapa ide awal, tetapi ide itu belum begitu matang."

Sebenarnya, setelah Bong Casa mengatakan kepadaku bahwa tidak mungkin untuk kembali bekerja di KIMFAR, aku sudah mulai terpikirkan untuk memulai bisnis. Terutama setelah aku menjadi semakin menyadari akan kekuranganku sendiri, pemikiran untuk memulai bisnis di benakku muncul lebih kuat lagi. Karena aku yakin bahwa aku dapat mengatasi kekurangan aku sebelumnya.

Robi bertanya lagi: "Cepatlah kamu beritahu ide kamu, sebenarnya apa bidang bisnis yang ingin kamu geluti?”

Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala, "Aku tidak bisa mengatakannya sekarang, karena ideku masih belum begitu jelas. Tunggu sampai ide ini sudah matang, maka aku akan memberitahukannya kepadamu."

"Titik!"

Robi memandangku dengan tatapan yang penuh keraguan.

Aku sedikit tersenyum dan menunjuk ke ponsel yang ada di meja untuk mengganti topik pembicaraan: "Robi, kamu tadi begitu terburu-buru menelepon sepupumu. Apakah kamu tidak takut dia akan menolakmu, dan membuat Don Juan menertawakanmu? "

Robi tertawa. Dia melihat ponselnya dan langsung berkata kepadaku: "sebenarnya, kamu tidak terlalu mengerti hubunganku dengan sepupuku. Di mata orang luar, kami hanyalah seorang kakak sepupu dan adik biasa. Tetapi di dalam hati kita berdua, kita sudah seperti kakak dan adik kandung. "

Aku melihat Robi dengan penasaran. Robi tertawa dan dengan sengaja mempermainkanku, "kenapa, sudah tidak ada Isyana, apakah kamu sekarang sudah mulai tertarik dengan sepupuku? Haruskah aku memperkenalkannya padamu?"

"Bajingan!”

Aku memarahi Robi.

Robi pun tidak peduli dan lanjut mengatakan, "Sebenarnya, Viali tumbuh dewasa di dalam keluargaku. Ketika dia berusia tiga atau empat tahun, orang tuanya bercerai. Bibiku menikah dengan orang lain dan tinggal di luar negri, sementara pamanku kecanduan judi dan sering membuat onar diluar. Tidak ada orang yang bisa menjaganya. Orangtuaku tidak tahan melihatnya, jadi mereka membawa Viali ke rumah kita. "

Robi sambil berkata sambil mengangkat kepalanya melihatku: "Eugie, bukan aku melebih-lebihkan kepadamu. Sepupu aku benar-benar seorang wanita yang aneh! Ketika dia masih kecil, dia suka bermain dengan anak laki-laki. Terlebih lagi dia adalah tipe orang yang selalu memimpin. Anak-anak nakal di lingkungan perumahan kami langsung menjadi patuh ketika bertemu dengannya. Sekelompok besar anak-anak nakal, semua mendengarkan perintahnya. Ketika aku masih kecil dan dibuli oleh orang lain. Aku hanya perlu mengatakan bahwa kakakku adalah Viali , orang yang bersangkutan pun langsung takut. Pada saat itu, aku sering menggunakan nama Viali untuk menakut-nakuti orang dan menjadi seekor anjing penganggu.”

Aku sedikit tersenyum, dan sengaja mempermainkan Robi dan berkata: "kamu waktu itu cukup rendah hati, karena mengakui bahwa kamu adalah seekoranjing pengganggu."

Sebenarnya, kesan aku sebelumnya dengan Viali tidak lah terlalu baik, intinya aku tidak suka sikapnya yang dingin dan mendominasi itu. Tapi setelah mendengar cerita dari Robi, aku masih sedikit penasaran dengannya. Jadi aku lanjut mendengarkan ceritanya, "di sekolah menengah pertama, dia tiba-tiba menjadi tertarik pada piano. Dia pulang dan langsung memberitahu kepada ibuku bahwa dia ingin belajar piano. Akhirnya, dia hanya membutuhkan waktu kurang dari setahun untuk mencapai level 10. Sehingga gurunya berpikir bahwa dirinya telah menemukan bakat luar biasa dan akan mengolahnya. Tiba-tiba dia malah belajar untuk melukis. Aku tidak melebih-lebihkan, kamu jangan melihat Viali sebagai seorang pebisnis dan wanita yang kuat saja. Tetapi, sebenarnya dia mahir dalam piano, catur, kaligrafi, dan melukis. Jika kamu pergi ke rumahnya, kamu akan mempercayainya. Nah, koleksi seninya lebih dari cukup untuk membuka sebuah pameran kecil. "

Sambil bercerita, Robi sambil meminum secangkir kopi dan melanjutkan : "setelah SMA, orang lain belajar dengan sangat keras dan dia hanya belajar sambil bermain-main, dia bahkan memiliki waktu untuk membentuk band kecil dengan teman-temannya. Akhirnya dia diterima di Sekolah bisnis Wharton di University of Pennsylvania dan mendapatkan beasiswa penuh. Menurutmu apakah ini membuat orang kesal atau tidak?”

Kata-kata Robi membuatku melongo. Aku tidak menyangka Viali, yang begitu bekerja keras, ternyata memiliki pengalaman yang legendaris. Tampaknya orang benar-benar tidak bisa dinilai hanya dari penampilannya saja.

Aku yang masih berpikir, Robi pun menggelengkan kepalanya, "ah! Berhentilah berbicara tentang dia. Dia di dalam kehidupanku adalah sebuah kenangan yang menyakitkan sejak kecil. Salah satu kata yang paling sering dikatakan oleh orang tua aku adalah, lihatlah Viali dan belajarlah dari Viali. Ahh, mengapa aku memiliki seorang kakak yang begitu sempurna”

Robi tampak seperti sedang mengeluh, tetapi sebenarnya dia sedang pamer.

Sebenarnya, aku lebih penasaran mengapa Don Juan menutup teleponnya. Tidak diduga, Viali juga tidak menelepon balik. Aku dan Robi terus mengobrol, dan aku juga tidak bertanya tentang masalah ini.

Selama beberap hari berikutnya, aku selalu berada di dalam rumah. Aku mematikan ponselku dan mulai mencari semua jenis informasi. Karena aku sudah bertekad untuk memulai bisnis, jadi aku harus menyiapkan semuanya dengan matang.

Malam ini, aku sambil makan mie sambil mencari informasi. Aku sedang asyik mengerjakan kesibukanku, dan tiba-tiba ada suara ketukan diluar pintu. Aku tertegun, aku tidak dapat menebak siapa yang bisa datang kerumahku di waktu seperti ini.

Aku meletakkan semangkuk mie ku di atas meja, aku berdiri dan menggenakan sendal lalu pergi untuk membuka pintu. Begitu membuka pintu, aku langsung melihat Amori berdiri diam di depan pintu. Aku tidak menyangka Amori bisa datang dan menemuiku. Aku sedikit terkejut lalu membiarkannya masuk ke dalam rumahku.

Amori masih sama seperti dulu, ekspresinya masih saja polos. Begitu masuk ke dalam rumah, dia melepas kacamatanya dan menyeka embun yang ada di lensanya. Dia sambil menyeka sambil menunjuk ke dokumen di atas meja dan bertanya: "Eugie, apa yang sedang kamu kerjakan?"

Aku tertawa sebentar dan menyerahkan sebatang rokok kepada Amori dan dengan acuh tak acuh berkata, "Aku hanya bosan dan mencari sedikit informasi. Bagaimana kamu bisa tahu dimana aku tinggal?”

Amori mengenakan kacamatanya dan menatapku dengan sedikit aneh. "Apakah sulit untuk mecari rumahmu? Lulu yang memberitahukannya kepadaku"

Aku tahu bahwa Amori tidak akan pernah dengan tanpa alasan datang kerumahku. Pasti ada sesuatu yang salah dengannya. Tetapi dia tidak mengatakan, dan aku juga tidak bertanya.

Kita duduk diatas sofa dan saling mengobrol. Tak satu pun dari kami mengungkit Isyana maupun PT.Nogo Internasional, seolah-olah kami sengaja menghindari topik pembicaraan itu.

Setelah beberapa saat, Amori mengambil sebatang rokok, menatapku dan perlahan mengatakan: "Eugie, aku datang menemuimu hari ini karena aku membutuhkan bantuanmu."

Aku melihat Amori dengan rasa ingin tahu dan dengan sengaja bercanda dengannya, "Aku pikir kamu datang untuk mencari masalah dengaku. Ayo, ada apa?"

Demi menerbitkan buku untuk Rose, aku telah meminjam uang 40 juta dari Amori . Sampai sekarang aku tidak tahu bagaimana caranya aku bisa mengembalikannya.

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu