Love And Pain, Me And Her - Bab 358 Pembicaraan Dengan Sutan

Pada awalnya Robi tidak terlalu senang dengan sikap Sutan belakangan ini. Jika memberitahunya mungkin dia akan menggila. Setelah memikirkannya sejenak aku memutuskan untuk tidak mengatakannya.

Veni dan Sutan datang bersama. Semua orang sudah lama tidak bertemu, ketika datang dan sudah bersama, tentu saja mereka langsung mengobrol dengan gembira. Sutan dan Robi minum bir di bar, sementara aku, Veni dan Lulu mengobrol di ruang tunggu.

Warna wajah Veni pada awalnya sudah tidak baik, dulu wajahnya berwarna putih. Walaupun saat ini juga masih putih namun saat ini lebih seperti putih karena sedang sakit. Mungkin ini berhubungan dengan tubuhnya yang belum pulih sepenuhnya.

Setelah mengobrol singkat, Veni tiba-tiba bertanya kepadaku," Ugie, apakah kamu pulang ke rumah tahun baru ini?“

Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala," Tidak pulang!" Ayah dan Ibu melewati tahun baru di selatan, membuang dan tidak memperdulikan anaknya yang sedang merantau ini. Bagaimana dengan kalian? kalian pulang?"

Veni tersenyum dan menganggukan kepala, dia mengambil tas dan membukanya," Kebetulan jika tidak pulang, aku dan Sutan pulang ke rumah masing masing. Ketika tahun baru nanti, kamu datang ke rumah bantu aku menyiram bunga ya."

Aku sambil tersenyum menerima kunci darinya, Aku tahu Veni menanam banyak bunga karena tidak ada kesibukan.

Orang pun perlahan sudah mulai berdatangan, hanya bayangan Isyana saja yang tidak ada disini. Veni bertanya kepadaku," Ugie, dimana Isyana? Mengapa dia belum datang?"

Aku hanya tersenyum pahit, menolehkan kepala menatap Lulu, Lulu langsung menyilangkan kedua tangannya dan berkata kepadaku," Jangan menatapku. Aku hanya menelpon Presdir Mirani saja, dia juga tidak mengatakan dia pasti akan datang, dia hanya berkata akan melihat situasi nanti."

Robi dan Sutan sudah datang menghampiri. Robi juga mendengar dan bertanya kepadaku," Ugie, apakah pukulan masalah Nogo itu terlalu besar sehingga dia tidak berani menunjukkan dirinya?"

Setelah memikirkannya, aku dengan berpura-pura santai berkata," Ya sudah, lebih baik kita menunggu sambil minum. Ayo kita mulai."

Setelah mengatakannya, aku membuka botol alkohol. Orang-orang pun mulai mengobrol sambil minum. Yang paling tidak disangka adalah Amori, dia seakan sudah tidak malu-malu dan duduk di samping Elisna, keduanya seperti sedang mengobrol sesuatu. Elisna pun kadang mengeluarkan suara tawanya.

Baru saja minum sejenak. Telepon Sutan berbunyi. Dia mengeluarkan ponselnya, melihatnya dan langsung berkata kepada kita semua," Kalian minum dulu ya, aku akan menjawab telepon dari kantor dulu."

Robi awalnya sedang bercanda dengan Lulu. Ketika mendengar Robi mengucapkan ini dia langsung berkata,‘ Oi! Apakah takut kami mendengar? Jawab saja disini."

"Masalah perusahaan!“

Sambil mengatakannya, Sutan berjalan ke daerah kantor dan menjawab teleponnya.

Melihat bayangan punggung Sutan, Veni hanya tersenyum pahit. Aku tidak bisa menahan diri dan bertanya," Veni, bagaimana kalian belakangan ini?"

Veni hanya tersenyum, dia menganggukan kepala dan berkata," Cukup baik kok!"

Walaupun nada bicara Veni sangat santai namun ekspresi wajahnya mengkhianatinya. Sementara Lulu sama sekali tidak peduli semua ini dan langsung bertanya kepadanya,“ Kak Veni, kapan kalian akan menikah? Aku sudah tidak sabar minum arak pernikahan kalian.”

Veni awalnya tidak minum namun ketika mendengar pertanyaan Lulu, dia mengambil gelas yang berisi anggur merah itu dan menyesapnya. Sambil tersenyum menggelengkan kepala dan berkata," Tidak usah terburu-buru! Pasti akan ada waktunya untuk kamu meminumnya."

Aku mengambil dua botol bir dan berjalan dalam diam ke belakang Sutan. Sutan juga sudah melihat aku datang, dia pun langsung berbicara dengan orang di ujung telepon," Baiklah, masalah secara detail kita bicarakan hari senin, aku masih ada urusan lain disini."

Setelah mengatakannya, Sutan memutuskan telepon dan tersenyum kepadaku.

Aku memberikan satu botol bir kepadanya, kami berdua duduk di lokasi kantor. Setelah menyentuh botol bir Sutan, kami pun sama-sama minum seteguk. Dan pandanganku terus tertuju kepada jam tangan di tangan Sutan. Itu adalah sebuah jam Tissot Carson, tidak terlalu mahal kira-kira senilai dua puluh juta.

Ketika melihat jam tangan itu, ingatanku terbersit pada adegan dia dan Don Juan di rak jam tangan mahal kemarin. Aku sengaja tersenyum dan bertanya," Sutan, baru beli jam baru?"

Sutan pun tersenyum. Dia menaikkan lengan kemejanya dan memperlihatkan jam tangan di tangannya dan bertanya kepadaku," Bagaimana, keren kan?"

Aku menganggukkan kepala," Bagus! Keren!"

Sutan pun tersenyum dengan bangga sambil melihatku berkata," Aku saat ini pasti tidak tega menghabiskan uang untuk membeli jam tangan semahal ini. Kamu tebak, siapa yang memberikannya kepadaku?"

" Veni?"

Aku yang sudah tahu jawabannya dan masih dengan sengaja bertanya.

Sutan menggelengkan kepala.

" Wulandari?"

Aku terus berpura-pura tidak tahu.

Sutan kembali menggelengkan kepalanya, dia sambil tersenyum dengan berbisik memberitahuku," Sudahlah, pasti kamu tidak akan bisa menebak. Aku beritahu kamu, jam tangan ini diberikan oleh Don Juan."

Perkataan Don Juan ini membuatku terpaku! Aku kaget bukan karena jam tangan ini diberikan oleh Don Juan, karena aku sudah tahu sejak awal. Yang membuatku kaget adalah Sutan bisa mengatakan hal yang sebenarnya ini kepadaku.

Sutan melihat jam tangannya sekilas, kemudian melanjutkan," Bagaimana, kamu tidak menyangka kan? Jam tangan ini tidak hanya diberikan kepadaku, namun juga

dia berikan kepada beberapa penanggung jawab di departemen kami juga! Don Juan berkata ini adalah hadiah tahun baru yang diberikan oleh SHOPI Advertising."

Kejujuran dari Sutan ini membuatku merasa bersalah. Aku tiba-tiba merasa, pikiranku terlalu sempit. Sebelum ini terjadi aku berpikir Sutan sengaja menyembunyikan hubungannya dan Don Juan dariku. Namun tidak menyangka Sutan akan langsung mengatakan yang sebenarnya. Sepertinya mereka hanya bertemu karena bisnis, aku berpikiran terlalu banyak pada masalah ini.

Sutan mengira kekagetanku karena Don Juan memberinya jam tangan. Dia pun melanjutkan," Ugie, kamu tidak tahu. Perusahaan kami saat ini akan memborongkan marketing dan promosi produk keluar. Salah satu calonnya adalah SHOPI Advertising. Proyek ini tidaklah kecil, sehingga Don Juan mengeluarkan tenaga sebanyak ini. Kamu mungkin tidak tahu, beberapa saat terakhir Don Juan sudah mentraktir kami makan di restoran dengan meja seharga puluhan juta sebanyak dua hingga tiga kali."

Sambil mengatakan nya, Sutan kembali melihat jam tangan di lengannya. Ekspresinya sedikit bangga. Semua ini sudah diberitahukan oleh Deren kemarin. Hanya saja aku sedikit penasaran, perihal ini sudah berlangsung dua hingga tiga bulan. Mengapa Sutan masih belum menetapkan akan diberikan ke perusahaan yang mana.

Ketika aku mengucapkan apa yang menjadi pertanyaanku ini. Sutan dengan aneh tersenyum sambil menatapku, dengan sengaja menjawabku dengan berbisik," Ugie, bukankah kamu dulu bekerja di periklanan, bagaimana hal sederhana seperti ini kamu tidak mengerti? Kamu pikirkan, saat ini perusahaan iklan sudah tahu bahwa kami akan memborongkan iklan. Masing-masing perusahaan terus memperhatikan kami dan mengikuti kami dari belakang, melayani kami dengan alkohol dan teh mahal. Jika aku dengan cepat memutuskan untuk memberikannya kepada salah satu perusahaan, bukankah mereka sudah tidak lagi akan mengejar untuk melayani kami?"

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu