Love And Pain, Me And Her - Bab 207 Saingan Cinta

Don Juan tersenyum kecil, dia melihat Lulu dan berkata, “Kita menjemput orang yang sama!”

Semenjak kedatangan Don Juan, sampai sekarang. Dia belum pernah melihat ke arahku. Mungkin di matanya, aku hanya udara, atau pun orang yang tembus pandang. Dia tidak menghiraukanku, secara alami aku juga mengabaikannya. Terakhir kali Kalin mengajakku, aku dan Don Juan sudah mengesampingkan semua rasa malu kami. Aku juga sudah tidak perlu menyapanya lagi.

Don Juan dan Lulu mengobrol sedikit. Dia tiba-tiba mengeluarkan sebuah kotak hadiah kecil dari sakunya. Dia langsung memberikannya pada Lulu dan berkata, “Lulu, ini untukmu!”

Wajah Lulu terlihat kaget, dia menatapku terlebih dulu. Dia terlihat sedikit ragu, namun masih menerima hadiah itu.

“Coba buka. Apakah kamu suka?”

Senyum Don Juan sangat menawan, dia dengan lembut bertanya pada Lulu.

Lulu dengan perlahan membuka hadiahnya dan terlihat sebuah liontin yang bersinar di dalamnya. Meskipun liontin itu tidak besar, namun pengerjaanya sangat detail dan memberikan kesan yang sangat jernih dan bersinar.

Lulu terlihat kaget, dia kemudian mengembalikan kotak hadiah itu kepada Don Juan, dengan raut wajah yang tidak wajar mengatakan, “Pak Don, hadiah ini terlalu mahal. Saya tidak bisa menerimanya.”

Don Juan tertawa dengan hangat. Kemudian menggelengkan kepala dan berkata, “Lulu, kulitmu sangat bagus. Liontin yang indah ini sangat cocok untukmu. Tenanglah, ini tidak semahal yang kamu pikirkan. Ini adalah sample barang yang dikirimkan oleh klien kami, kamu tidak mungkin membiarkan aku seorang pria memakai ini, kan? Jadi, kamu pakailah, anggap saja kamu sedang membantuku.”

Ternyata Don Juan cukup hebat! Bahkan saat memberikan hadiah pada orang lain, kata-kata yang dia ucapkan sangat masuk akal. Tidak heran kenapa orang diluar sana mengatakan bahwa dia sangat romantis, wanita yang menyukainya bisa memiliki hubungan yang cukup kuat. Seperti apa yang dia baru saja katakan dan lakukan pada Lulu, wanita yang tidak mencintainya, setidaknya punya perasaan yang baik terhadapnya.

Wanita secara alami ingin tampil cantik! Tak terkecuali dengan Lulu, meskipun dia sedikit malu, namun dia tetap menerima hadiah yang diberikan Don Juan. Kedua orang ini mulai mengobrol lagi, Don Juan membawa bunga dan pergi ke tempat lain.

Setelah Don Juan pergi, Lulu mengeluarkan liontinnya. Dia sengaja mengatun liontin itu di depanku, dia tertawa bahagia dan berkata, “Ugie, cantik tidak?”

Aku menunjukkan wajah cemberut padanya, membalikan kepalaku dan tidak menghiraukannya.

Lulu masih belum menyerah, dia menghadap lagi ke depan wajahku. Masih tertawa dan bertanya, “Aku sedang bertanya padamu, cantik tidak?”

Aku melotot padanya dan mengancam, “Lulu, kamu jangan bilang aku tidak memperingatkan mu. Kamu mengambil mainan ini dan mengayunkannya di depan mataku. Hati-hati jika aku membuangnya.”

Lulu memasang wajah cemberut, dia menjulingkan matanya, dan mendengus dingin, “huh! Awasi mata mu!”

Setelah itu, dia memasukkan kembali liontin kedalam kotak hadiahnya.

Pada saat ini, terjadi sedikit perubahan pada hatiku. Lulu adalah teman baikku, namun pada saat dia menerima hadiah dari Don Juan, hatiku merasa sedikit tidak nyaman.

Dari dulu sampa sekarang, Don Juan seperti gunung besar yang tidak bisa aku langkahi, dan menghalangi di depanku. Meskipun Isyana jelas bersikap lebih baik padaku dari pada dia, namun aku masih saja tidak nyaman. Harus aku akui, di depan Don Juan, aku selalu memiliki perasaan rendah yang tidak bisa dikendalikan.

Dia terlalu sempurna, Don Juan memiliki segalanya yang diimpikan oleh semua pria. Dan dia, sekarang adalah sainganku. Ini membuatku merasa, hidup ini sedang mempermainkanku.

Melihat Lulu yang masih memandangi liontin di dalam kotaknya itu. Aku juga tidak memperdulikan dia, aku langsung pergi keluar untuk merokok. Salju sudah berhenti, namun cuaca semakin lama semakin dingin. Aku merokok dengan gemetaran, sambil menghitung waku kedatangan Isyana.

Saat datang untuk menjemput Isyana, suasana hatiku sangat bagus. Namun saat Don Juan muncul, suasana hatiku berubah menjadi sedikit cemas. Dia bisa terang-terangan memberikan Isyana bunga, dapat menunjukkan perasaanya, tapi aku tidak bisa! Ketika Isyana pergi, aku ingin mengantarnya, dia tidak setuju. Terlihat jelas, dia masih belum ingin orang perusahaan tau, bahwa aku sedang mengejarnya. Meskipun sudah banyak orang yang tau!

Dalam siaran bandara, diberitahukan bahwa pesawat yang ditumpangi Isyana sudah mendarat. Aku segera kembali ke dalam, namun Lulu entah pergi kemana. Aku melihat disekitar, dan mendapati Don Juan sedang berjalan menuju pintu penjemputan.

Saat sampai di depanku, Don Juan menatapku, dia berkata dengan penuh kebencian, “Ugie, kamu cukup menjijikkan?”

Don Juan sangat marah. Tapi aku tidak tau apa alasan dia begitu marah. Aku juga tidak tanya, aku balik menatapnya, dan berkata dengan sinis, “ Pak Don , jangan menggunakan komentar orang lain padamu, dan menaruhnya pada ku! Aku tidak mampu menerimanya.”

Aku dengan sinis membalasnya. Don Juan mendengus dengan dingin, dan berkata dengan sinis, “Orang sepertimu tidak berguna, kita lihat saja.”

Setelah itu, dia membalikkan kepalanya dan tidak melihatku lagi.

Aku masih tidak mengerti, kenapa Don Juan tiba-tiba mengamuk padaku, dan berkata bahwa aku ini menjijikan. Sedangkan aku tidak melakukan apapun?

Saat aku berpikir, aku melihat Isyana dan beberapa rekan kerjaku, sedang mendorong koper mereka dan berjalan keluar.

Don Juan langsung melangkah maju. Dia dengan sengaja menghalangiku, dia terus menerus melambaikan tangan ke arah Isyana, dengan elegan berkata, “Isyana, disini, selamat datang kembali.”

Don Juan menghalangi penglihatanku, aku tidak tau Isyana melihatku atau tidak. Tapi aku tidak ingin terus-terusan bermain dengan Don Juan, aku segera mundur satu langkah. Dan berjalan ke samping, aku hanya diam dan melihat Isyana.

Wajah Isyana terlihat lelah, namun senyumnya tetap sangat cerah. Dia tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Don Juan, dia terlihat sangat elegan ketika melambaikan tangannya, bahkan di tengah kepadatan bandara, Isyana masih terlihat sangat luar biasa.

Namun hatiku terasa sedikit asam. Mungkin karena sikapnya yang sangat ramah pada Don Juan.

Mungkin Isyana tidak melihatku, dia berjalan ke depan Don Juan. Dia tersenyum dan bertanya, “Don Juan, bagaimana kamu tau kalau hari ini aku pulang?”

Pertanyaan Isyana membuatku sedikit lega, setidaknya bukan dia yang memberi tau kepulangannya hari ini.

Don Juan tersenyum dengan bangga, “Isyana, jika ingin menjadi pacarmu, tentu saja aku harus memperhatikan segala sesuatu mengenai mu.”

Isyana tersenyum centil. Ketika dia ingin mengatakan sesuatu, dia tiba-tiba melihatku di kerumunan orang. Mata Isyana langsung bersinar, dan dia tersenyum kecil, senyuman lega. Dia tidak berpikir bahwa aku akan datang.

Dia berjalan ke sisiku, Isyana masih tersenyum dan bertanya, “Ugie, kenapa kamu juga datang? Dimana Lulu?”

Aku tersenyum dan menggelengkan kepala, “Tadi dia masih disini, mungkin dia sudah pergi ke parkiran.”

Isyana mengangguk kecil. Don Juan mengusulkan Isyana untuk naik mobilnya. Namun ditolak oleh Isyana. Kami beberapa orang, berjalan menuju arah parkiran mobil. Belum sampai, terlihat Lulu yang sedang berlari ke arah kami. Tidak tau anak ini tadi pergi kemana.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu